Mohon tunggu...
Franky Dwi Damai (Idham)
Franky Dwi Damai (Idham) Mohon Tunggu... Tutor - Mahasiswa Ilmu Hukum, Universitas Pendidikan Ganesha (UPG)

Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Singaraja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Langkah, Tergantung Penempaan Diri

22 Februari 2020   02:05 Diperbarui: 22 Februari 2020   02:05 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara realitas ada yang benar tidak singkron di mana anggapan bahwa (1) Guru mengajar, murid diajar, (2) Guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak tahu apa-apa (3) Guru berfikir, murid dipikirkan, (4) Guru bercerita, murid patuh mendengarkan, (5) Guru menentukan peraturan, murid diatur, (6) Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menyetujui, (7) Guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya, (8) Guru memilih bahan dan isi pelajaran, murid (tanpa diminta pendapatnya) menyesuaikan diri dengan pelajaran itu, (9) Guru mencampuradukan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya, yang dia lakukan untuk menghalangi kebebasan murid, (10) Guru adalah subjek dalam proses belajar, murid adalah objek belaka, (11) Problem-Possing Education.

Selama aku di sini, yang aku tahu hanya paksaan denda, ketakutan nilai kecil, atas tugas. Ketakutan ketidakhadiran dalam kegiatan itu yang mewarnai dan menyulut emosi mengingat, karena salah satu dark fungsi dan manfaat bidikmisi, terjadi sebuah keniscayaan sampai hari ini aku masih bisa di kasih kesempatan untuk berkesempatan melanjutkan perkuliahan.

Pada satu sisi aku juga sadar, bahwa aku yang perlu aktif dan kreatif untuk melebarkan relasi dan mencari pengalaman di luar akademik dengan mulai menemukan lingkungan pencerahan baru, agar aku bisa menambah pengalaman dalam penempaan hidup. Mulailah aku putuskan untuk masuk dalam pemilihan DPM Kampus, dan alhamdulilah aku menjadi salah satu kandidat, sampai pada akhirnya aku terpilih sebagai keterwakilan (Dewan Perwakilan Mahasiswa) versi miniatur kenegaraan yakni (MPM Rema) legislatif kampus.

Interaksi dunia legeslatif kampus, menjadikanku sadar bahwa memperbanyak relasi dan memperkuat jaringan adalah salah satu bagian penguat usia investasi jangka panjang. Hingga aku mulai mengenal salah satu seorang pemuda perantau juga sepertiku sebut saja Diki, Halim, Jaswanto, Yayan, dan Bang Zen. Kehadiran mereka lambat laun menjadi bumbu penyedap setiap kegelisahanku. Sampai pada akhirnya aku mulai diperkenalkan mereka dengan "HMI" Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Singaraja. Tahun 2016/2017 aku mulai masuk dan mengikuti Basic Training  LK 1.

Hingga sampai saat ini, aku menjejakkan dan  menjajakaki semester akhir, di mana aku dihadapkan pada tugas dan skripsi. Memang benar adanya, jikalau di manapun Kampusnya itu sama saja. Tergantung penempaan diri dan kesadaran untuk menempa diri,  untuk menjadi "uswatun hasanah" dengan modal iman, ilmu dan amal, semua akan terlaksana sebagaimana mestinya. Karena iman tanpa ilmu itu buta, sedangkan iman, ilmu dan tanpa amal adalah jurang kemunduran peradaban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun