Mohon tunggu...
Idha Nurwahida
Idha Nurwahida Mohon Tunggu... -

jika aku tdk bsa menjadi sesuatu maka setidaknya aku bisa melakukan sesuatu"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menghirup Racun Inspirasi di Penghujung Maret #BlopshopN5M

2 April 2012   09:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:08 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semburat jingga sang surya memancar cerah di langit kota Makassar. Hari itu, Sabtu terakhir di penghujung bulan Maret. 31 March 2012 tercetak tebal di layar hape-ku. Hari yang kunantikan untuk sebuah moment yang kunantikan pula. Betapa tidak, aku akan menjadi peserta ‘Blogshop Kompasiana dan Roadshow Negeri 5 Menara’ yang diadakan oleh kerjasama Kompasiana dan Islamic Bangking Perbankan Syariah Bank Indonesia. Ajang dimana aku, dia, dan mereka yang berlabel ‘Kompasianer’ akan bertemu dan bersilaturahmi di dunia sesungguhnya. Mengobati rasa penasaran setelah sekian lama, kami hanya bersapa ria dan mengenal diri lewat tulisan di dunia maya. Sekaligus pencarian ilmu, pengalaman, dan teman baru.Namun, bagiku ada satu alasan lain yang juga membuatku antusias dengan kegiatan ini. Tanda tangan. Tanda tangan Ahmad Fuadi, penulis novel Inspiratif negeri 5 menara. Novel yang kumiliki sejak bulan November 2011.

Pagi yang tenang di tanah Karaeng untuk pekan yang sempat memanas oleh aksi demonstrasi mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM. Ketuk palu siding paripurna Jumatmalam, 30 Maret 2012 cukup melumerkan segalanya. Jadi Aku tidak perlu kuatir terlambat meskipun aku harus 2 kali ganti pete-pete. Pukul 08.19 wita, aku tiba di depan Gedung Bank Indonesia kantor Makassar. Masih sepi. Pikirku. Kudekati pos jaga di gerbang gedung itu. Aku langsung disambut oleh seorang sekuriti dan langsung berkata, “jalan ke gedung belakang, naik lift lantai 4.” Wah, bapak security-nya keren, langsung tahu niatku padahal aku khan belum nanya. Hehe. Celotehku dalam hati. Setelah mengucapkan terima kasih, kulangkahkan kakiku ke belakang gedung yang ditunjukkan tadi.

Tak kurang 5 menit waktu yang kubutuhkan untuk tiba ke tempat yang kutuju. Sebuah banner yang menjadi “papan tanda tangan” pun menyambutku. Di sampingnya ada meja registrasi yang dijaga oleh 2 mbak-mbak cantik dari panitia pelaksana. Peserta yang sebelum datang aku mulai berjejer. Bergiliran mengisi daftar hadir. Daftar yang berisi list peserta yang sudah meregistrasi dirinya via akun Kompasiana ataupun via E-mail sebelum hari H kegiatan. namaku pun tertera di sana. Wahida Y. itulah diriku. Langsung kububuhkan alamat e-mail, nomor telfon, dan paraf pada kolom yang tersedia. Aku pun mengambil blackmarker yang disediakan dan membuat tanda tangan besar pada banner yang menyambutku tadi. The last step, ambil bingkisan yang berisi note, ID card, dan kaos dari kompasiana. Dan masuk ke dalam ruangan.

Kulihat kembali jam di hape-ku. Pukul 08.30 masih dengan waktu Indonesia bagian tengah. Kini aku berdiri di dalam sebuah ruangan yang sudah disulap sedemikian rupa menjadi ruangan pertemuan yang apik lengkap dengan soundsystem dan LCD projector. Di atas panggung nampak spanduk virtual kegiatan yang berasal dari paparan LCD. Pada bagian depan berderet meja-meja bundar yang dikawal oleh 5-6 kursi dengan nuansa putih biru. Kupandangi tiap meja. Mencari posisi yang strategis. Tidak di depan tapi materinya tetap bisa kunikmati. Aku cukup kaku karena aku masih sendiri. Aku tidak kenal siapapun. Adik kelas yang menjadi teman janjianku belum datang. Meja pada bagian tengah pun akhirnya menjadi pilihanku.

Hampir jam Sembilan, acara juga hampir dimulai. Adik kelasku sudah datang. Kompasianer yang lain juga sudah berkumpul. Meja-meja yang tadinya kosong pun sudah terisi. Ada meja yang langsung full karena memang sudah satu rombongan, ada pula yang mesti nganggur dulu, menunggu peserta yang datang seorang diri seperti aku.

Bukan tulisan apa adanya. Judul slide materi pembuka pada acara ini. Materi yang dibawakan oleh Iskandar Zulkarnaen ini sebenarnya adalah materi creative writing. Bang Iskandar sendiri adalah Editor Kompasiana. Pada materi ini, banyak hal yang disampaikan oleh Bang Iskandar, seperti mengapa kita menulis, cara memilih tema tulisan, pengertian kreatif, perbedaan metode sains dan kreatif, sampai ke pencarian ide tulisan dan konten kreatif. Namun, ada dua kalimat kunci yang bisa kugarisbawahi untuk materi ini. Mungkin teman-teman kompasianer yang lain juga begitu.


  • Pilihlah tulisan yang dikuasai bukan yang disukai
  • Kreatif bukan apa yang dicari tapi apa yang kita temukan

Materi kedua dibawakan oleh Pepih Nugraha. Kang Pepih sendiri adalah pendiri dari Kompasiana. Kang Pepih ternyata sudah sangat akrab dengan kehidupan di kota Makassar. Kata Kang Pepih, jika Indonesia adalah negerinya yang pertama, maka Makassar adalah negerinya yang kedua. Sontak semua peserta bertepuk tangan. Bangga rupanya. Bahkan beliau lebih banyak mengenal lika liku adat bugis Makassar dibandingkan peserta yang berasal dari Makassar sendiri. Beliau sempat membahas masalah uang pannaik (istilah mahar di daerah bugis Makassar) yang selangit dan efeknya menjadi “silariang” (kawin lari).

Racun. Materi kedua seperti racun. Kata Kang Pepih, saya akan meracuni anda hari ini. Memang, beliau telah meracuni pikiran kami dengan segala sesuatu yang berhubungan tulisan. Tulisan naratif. Mulai dari unsure tulisan naratif, tujuan tulisan naratif, sampai criteria tulisan yang baik dibahas disertai dengan contoh-contoh yang menarik. Materi ini diwarnai dengan simulasi cerita yang diperankan langsung oleh peserta blogshop yang mengajukan diri untuk mendeskripsikan tempat yang pernah mereka kunjungi. Simulasi ini berlangsung cukup seru. Gaya dan cara bercerita peserta cukup menghibur peserta lain rupanya. Pada materi ini, aku juga ingin menandai dua kalimat yang jadi kalimat inti di catatanku


  • Jika kamu kesulitan menulis maka menulislah

  • Menulislah seperti anda sedang bercakap-cakap


Peserta masih antusias meskipun sudah duduk selama beberapa jam. Jam dinding dalam ruangan Blogshop menunjukkan waktu untuk makan siang. Sekitar jam duabelasan waktu itu. panitia sudah pasti maklum dan paham dengan keadaan peserta. Lapar dan perlu istirahat tentu. Panitia memutuskan rehat untuk makan siang dan sholat dhuhur. Makanan yang disajikan cukup mewah bagi peserta yang sebagian besar adalah mahasiswa perguruan tinggi di Makassar. Nasi kotak dengan porsi yang jumbo berisi nasi, pangsit, capcay, nugget ikan, ayam, telur, dan air mineral. Komplit khan??? Padahal sebelumnya, peserta sudah disuguhi dengan kotak snack yang berisi kue dan teh untuk sarapan. Betul-betul istimewa^^

Peserta ber-ishoma (istirahat, sholat, dan makan) ria sambil menunggu kedatangan pemateri ketiga, Ahmad Fuadi. Kedatangan beliau sempat terlambat karena kebetulan beliau juga mempunyai acara di tempat lain. Keterlambatan ini tidak menyurutkan semangat peserta untuk tetap ‘melek’. Apalagi acara ini dipandu oleh mc yang sangat ceria dan lucu. Itu menurutku. Nampaknya Mas Buyung, pembawa acara kegiatan ini sudah sangat berpengalaman dalam hal memandu acara. Terbukti dari gaya berbahasa, penyisipan lelucon, dan mimic pada saat mengadakan kuis maupun pada sesi pertanyaan. Hampir semua peserta menikmati adegan tiap adegan yang disuguhkan oleh pria ini. Mulai dari awal sampai pada ending kegiatan, tak pernah lepas senyum ataupun cekikikan dari mulut peserta karena ulah humoris mas Buyung.

Keceriaan peserta tak tidak pernah habis apalagi di depan kami sudah ada sosok yang kami tunggu-tunggu. Ahmad Fuadi bintang tamu sekaligus pemateri ketiga. Materi dibuka dengan pemutaran video biografi dan perjalanan Ahmad Fuadi ke berbagai belahan dunia. Aluran latar music yang menghentak dan foto-foto berlatarkan berbagai Negara di dunia adalah paduan serasi yang sontak menimbulkan riuh gemuruh tepuk tangan peserta. Kagum. Dan mungkin juga mempunyai keinginan besar seperti itu. Semua itu Mas Fuadi peroleh melalui tulisan. Tulisan ternyata bisa membawa kita kemanapun…

Menulis: inspirasi menjadi kenyataan. kalimat pembuka yang terlihat diawal slide Ahmad Fuadi. Materi yang dibawakan ini merupakan gambaran perjalanan lahirnya novel Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna. Mulai dari mengapa beliau menulis, proses menulis sebuah buku, hingga pencarian ide dipaparkan secara apik. Disertai dengan ilustrasi dan foto-foto yang menjadi bahan riset pembuatan novel. Termasuk dokumentasi tulisan kalimat “man jadda wajadah” yang menjadi mantra para Sahibul manara. Dari sini peserta banyak yang tercengang termasuk aku, ternyata butuh banyak persiapan dan waktu yang digunakan untuk menghasilkan sebuah tulisan. Selain itu, tulisan yang kita buat harus ditulis dengan hati. Salah satu kalimat yang ingin kucetak tebal di kepalaku. Selain itu, ada kalimat lain yang menarik perhatianku.


  • Peluru bisa menembus satu kepala, tetapi kata bisa menembus 1000 kepala

  • Sedikit-sedikit lama-lama menjadi buku.

Materi yang inspiratif. Benar-benar inspiratif buatku. Aku tidak tahu yang dipikirkan oleh peserta yang lain. Tapi pasti mereka puas dengan apa yang telah disuguhkan. Materi ini ditutup dengan sesi pertanyaan. Ada pertanyaan yang menarik pada materi ini sekaligus menjadi harapan untuk kompasianer di Makassar. Pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang kompasianer yang jauh-jauh datang dari Ambon. Kapan penulis terkenal seperti Andrea Hirata dan Ahmad Fuadi akan lahir di Makassar??? Semoga. Kalimat ini diamini oleh Ahmad Fuadi sendiri dan semua orang yang hadir termasuk perwakilan dari pihak Perbankan Syariah Bank Indonesia sendiri, Bapak Syukur Andi Yunus. Sambutan ini menjadi agenda terakhir sekaligus penyerahan bingkisan bagi peserta pemenang live twit selama kegiatan berlangsung.

Matahari perlahan mengurangi sengatannya. Acara mestinya sudah selesai. Namun, tak akan lengkap suatu acara tanpa ada acara foto bersama. Termasuk foto bareng Bang Iskandar, Kang Pepih, Ahmad Fuadi dan para kompasianer. Puluhan blitz kamera berkilat di sana dan sini. Tidak ketinggalan, moment yang kutunggu dari tadi. Kejar teken dari mas Fuadi. Kuambil negeri 5 menara-Ku dan ikut berdesakan dengan mereka yang rupanya punya obsesi sama denganku. Alhamdulillah, akhirnya novelku sudah tercap. ^^

Semburat jingga yang tadi pagi memancar cerah di langit Makassar berganti dengan langit sore yang berwarna kelabu. Kelabu tapi tak mengubah kebahagianku hari ini. Kebahagiaan atas ribuan inspirasi yang kuperoleh dari Blogshop kompasiana dan Roadshow Negeri 5 Menara. Inspirasi di penghujung Maret. Inspirasi yang mengalir seperti hujan mulai menyentuh halus pundakku saat kulangkahkan kakiku keluar dari gedung.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun