" Oh, gak usah mba.."
" Gak apa-apa mba, ambil aja. Lumayan buat ganjel perut, macetnya masih lama.."
" Makasih ya mba.." dia mengambil satu dan sekali lagi, dia tersenyum. Kami pun menyantap wafer coklat itu bersama, sambil berbincang. Hingga akhirnya kami berpisah karena dia harus turun terlebih dahulu di Giant Cakung.
Sudah selesai?beluuummmmm!Sabar dooongggg...orang puasa kan kudu sabar:D
Lanjut ke cerita kedua, kejadiannya kemarin sore. TKP masih sama, di angkot 31 jurusan Pulo Gadung-Harapan Indah.
Bisa dibilang, kemarin adalah hari yang cukup membuat kepala saya mau pecah karena pekerjaan di kantor. Ada saja ujian yang datang dari pagi hingga sore. Termasuk ketika saya lupa membuat teh untuk bekal berbuka.
Sesampainya di terminal Pulo Gadung, saya kembali lupa membeli minum karena keasikan mengejar si angkot merah yang sudah mau jalan meninggalkan terminal. " Ayo sayang, satu lagi berangkat..satu lagi berangkaat! " teriak si calo wanita dari kejauhan yang sudah mengenal wajah saya sebagai pelanggan setianya. Alhasil, saya kembali mendapat tempat duduk di dekat pintu.
Seperti biasa, macet menghadang. Suara adzan berkumandang, SMS dari Ibu pun datang. Beberapa penumpang sudah mengeluarkan santapan berbuka mereka. Celingak-celinguk saya mencari penjual minuman yang biasanya suka wara-wiri di tengah kemacetan. Hasilnya, nihil. Tak ada minuman, makanan atau permen untuk membatalkan puasa saya. Tiba-tiba...
" Ini mba.." seorang bapak menyodorkan air putih kemasan dalam gelas ke hadapan saya, sambil tersenyum. " Mba puasa kan?Ini, dibatalin dulu..."
Saya yang bingung campur kaget masih memandangi bapak tersebut. Pakaiannya sederhana, hanya batik coklat dan celana panjang hitam. Bapak itu memeluk sebuah tas, dan dirambutnya sudah mulai tumbuh uban.
" Tapi, bapak minumnya.."