Disclaimer dulu ah. Sebenarnya, saya belum pernah naik roller coaster sih, jadi saya amat sangat tidak kompeten untuk memberikan testimoni tentang betapa mualnya jungkir balik di atas sana.Â
Well, saya cuma bisa berkomentar dari sudut pandang PENGAMAT aja ya, setelah saya mendengar dan melihat pengalaman teman-teman saya di wahana itu.
Ini nih.
Tidak jarang dalam kehidupan sehari-hari kita, kita terlalu banyak 'menyerap' informasi baik menggunakan indera penglihatan (seperti melihat, membaca) atau indera pendengaran (seperti mendengarkan cerita atau curhatan seseorang) yang kemudian kita timbun sampai overload di kepala kita. Kondisi ini disebut sensory overload.
Kadang malah jadi bumerang untuk diri sendiri. Baru ngeliat orang lain yg ngejalanin eh tapi sendirinya sudah ketakutan, sudah cemas duluan, sudah langsung menolak dan menutup segala kemungkinan.
Ada quote (entah dari mana, saya lupa hehe), "Manfaatkan keberuntungan pemula, selalu ada pengalaman pertama untuk semua hal", yang challenging banget untuk coba diterapkan.Â
Iya, saya sepakat. Tapi kalau ga dicoba yaaaa..tetep aja bakalan ketakutan sendiri akibat overthinking-nya, ya ga sih?
Kata saya sih, meskipun berat, overthinking itu harus dilawan. Seperti kalau kita lihat orang naik roller coaster sambil dilemesin aja, santuy aja, ikutin aja, eh tahu-tahu sudah sampai di ujung. Udah selesai. Malahan orang itu bisa ngerasa happy dan lega.Â
Kok bisa?
Sepertinya, karena dia berfokus pada sensasi yang diterima saat berada di atas sana dan menepiskan pikiran "jangan-jangan nanti begini begitu" yang memunculkan cemas dan takut.Â
Dengan demikian, individu tersebut sudah berhasil naik roller coaster itu secara mindful, hadir utuh dan penuh dalam peristiwa. Silakan mampir untuk menyimak penjelasan saya tentang mindfulness di video berikut.
Kondisi mindful membuat kita lebih sadar atas pikiran dan emosi negatif kita, sehingga kita dapat menghadapi itu dengan keseimbangan batin.Â
Selanjutnya ketika kita penuh perhatian, kita dapat terbuka terhadap pengalaman dan kenyataan saat ini tanpa penghakiman, penghindaran, atau penekanan/represi (Bishop et al., 2004).
Seorang psikolog dan psikoterapis dengan area of expertise di bidang mindfulness, Corinne Sweet, menyatakan bahwa mindfulness telah diakui oleh the National Institute for Health and Care Excellence (NICE) sebagai salah satu bentuk psikoterapi yang efektif untuk menghadapi stres fisik dan psikologis (Sweet, 2014).
Sewaktu saya pertama kali melewati jalan setapak di foto ini, rasanya agak gimana gitu, creepy, semacam mau masuk ke 'dunia lain'.Â
Ternyata ya santai aja pas dijalani. Lokasi ini tidak semenakutkan bayangan yg ada di pikiran saya awalnya. Bahkan, sama sekali berbeda ternyata, meskipun saya pernah menjelang petang melewatinya.Â
Kemudian, saya simpulkan, kesan pertama yang saya rasakan sepertinya hanya deception yg dilakukan oleh pikiran saya untuk membuat saya enggak bergerak.
Intinya, ga ada penyembuh atau solusi dari overthinking selain MELAWAN. Bagaimana kalau sudah pernah melawannya dan masih kepikiran? Hmmm, ya lawan terus.Â
Jawabannya sama aja untuk pertanyaan, "Bagaimana kalau baju kita kotor setelah dipakai?" Tetap dicuci kan ya?Â
Berapa kali nyucinya? Berkali-kali dan terus menerus kan ya?
Kalau capek gimana? Lelah dan merasa tidak berdaya lagi untuk berjuang...
Nah. Yuk dikelola lagi energinya, demi kesehatan mental kita. Salah satu cara untuk recharge adalah melalui meditasi.Â
Meditasi juga bisa mulai dilakukan sebelum kita mengalami krisis lho. Baik formal atau informal, meditasi bisa dilakukan sebagai upaya menjaga level energi diri.Â
Jika merasa diri sangat sibuk sampai ga punya waktu untuk mengagendakan sesi meditasi formal, maka meditasi informal dapat menjadi pilihan.
Praktik meditasi informal adalah apa yang terjadi ketika kita membuat keputusan untuk menggunakan aktivitas apa pun yang kebetulan kita ikuti/lakukan sebagai dasar untuk pengembangan kesadaran kita (Gunatillake, 2016).Â
Untuk apa menyisipkan meditasi informal dalam aktivitas kita?Â
Meditasi dapat membantu pikiran kita 'melambat' sehingga kita mulai menggeser fokus hanya pada hal yang ada di sini dan saat ini (the Here and Now). Selanjutnya, kondisi ini akan mempermudah rute kesadaran kita untuk mencapai mindful.
Sebagai latihan untuk  meredakan gejolak roller coaster di dalam pikiran kita, maka manfaat yang dapat kita peroleh antara lain:
- Mengurangi ketegangan dan kecemasan
- Membantu individu untuk lebih berkonsentrasi
- Membantu individu untuk lebih mensyukuri pengalaman kehidupannya
Beberapa contoh konteks antara lain perawat menerima banyak manfaat dari penerapan Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR), termasuk mengurangi stres, kecemasan, depresi, kelelahan, dan kepuasan kerja yang lebih baik (Ghawadra, S.F, Abdullah, K.L., Choo Wan Yuen, Phang Cheng Kar, 2019) dan pada pekerja di lokasi tambang (Molek-Winiarska & onierczyk-Zreda, 2018).Â
Menurut Molek-Winiarska & onierczyk-Zreda, penggunaan MBSR dapat direkomendasikan dalam kegiatan kesehatan dan keselamatan di tempat yang sulit dengan kondisi kerja yang berbahaya, seperti pertambangan, untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja.
MBSR memiliki efek positif pada hasil kesehatan mental yang diukur dengan benar sesaat setelah intervensi dan pada tindak lanjut (de Vibe, Bjrndal, Fattah, Dyrdal, Halland, Tanner-Smith, 2017)
Selanjutnya, latihan yang dapat Anda coba sendiri adalah di saat berjalan.
- Berjalanlah dengan kecepatan teratur yang nyaman.
- Bernapaslah secara teratur sesuai ritme berjalan Anda
- Ayunkan lengan Anda untuk mengendurkan bahu dan kumpulkan momentum yang lembut
- Perhatikan lingkungan Anda
- Rasakan kaki Anda saat menginjak tanah, rasakan beban lengan Anda saat mereka berayun di samping Anda
- Perhatikan keseimbangan di tulang belakang Anda dan angkat kepala saat berjalan
- Pertahankan perhatian Anda pada apa yang Anda lihat, apa yang Anda cium, apa yang Anda dengar
- Waspadai seluruh tubuh Anda berjalan.
- Tetap hadir >> di sini dan sekarang. Tahan ya, jangan sampai pikiran Anda travelling :)Â
- Jika pikiran Anda mulai kemana-mana, cek step 1.. jangan-jangan Anda menjadi berjalan terlalu cepat tanpa Anda sadari. Kemudian, ulangi step 2 dengan menyadari dan mengelola napas kembali.
By the way...
Suatu saat, jika ada kesempatan, saya mau beneran naik roller coaster ah.
Referensi:
- Bishop, S. R., Lau, M., Shapiro, S., Carlson, L., Anderson, N. D., Carmody, J., et al. (2004). Mindfulness: A proposed operational definition. Clinical Psychology: Science and Practice, 11, 191-206.
- de Vibe, M., Bjrndal, A., Fattah, S., Dyrdal, GM., Halland, E., Tanner-Smith, E.E. (2017). Mindfulness-based stress reduction (MBSR) for improving health, quality of life and social functioning in adults: a systematic review and meta-analysis. Campbell Systematic Reviews 2017:11, DOI: 10.4073/csr.2017.11Â
- Ghawadra, S.F, Abdullah, K.L., Choo Wan Yuen, Phang Cheng Kar (2019). Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR) for psychological distress among nurses: A Systematic Review. Journal of Clinical Nursing. DOI: 10.1111/jocn.14987
- Gunatillake, R. (2016). Modern mindfulness. London: Pan McMillan
- Molek-Winiarska, D. & onierczyk-Zreda, D. (2018). The application of MBSR in a stress-management intervention in a study of a mining sector company, International Journal of Occupational Safety and Ergonomics, DOI:10.1080/10803548.2018.1452843
- Sweet, C. (2014). The mindfulness journal. London: Pan McMillan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI