Soalnya tinggal, dimana jasad para aktivis itu? DKP mestinya tak membiarkan
Prabowo mengelak dari tanggungjawab atas korban penculikan yang tewas itu.
Tetapi, tidak tuntasnya kerja DKP bukan hanya soal korban yang tewas.
Penanggungjawab operasi penculikan juga tak semuanya kena jaring. Misalnya,
Mayjen Syafrie Syamsoeddin. Perwira yang sangat dekat dengan Prabowo ini,
teman sekelas di Akabri, diduga kuat ikut membantu Prabowo dalam operasi
penculikan. Kerjasama serupa juga mereka lakukan di Timor Timur. Dan, dua
diantara korban penculikan, Desmond dan Haryanto Taslam, kabarnya mendengar
suara Syafrie di antara para interogator. Jadi, memang aneh, kalau Syafrie
tidak terkena sanksi. Bagaimana ini bisa terjadi?
Satu analisa mengatakan, pada detik-detik terakhir, setelah Soeharto
tumbang, Syafrie pindah kubu. Karena itu, Wiranto melindunginya dengan
menarik ke jajaran staf Mabes ABRI. Syafrie, beberapa waktu lalu malah
diangkat menjadi anggota MPR. Atas perlindungan Habibie, tampaknya memang
makin sulit mengutak-atik Syafrie. "Padahal dia juga harus dikenai hukuman,"
kata seorang Mayjen yang pernah bertugas di Timtim.
Perwira lain yang juga dianggap tahu banyak soal penculikan para aktivis
adalah Mayjen Kivlan Zen, terakhir menjabat Kepala Staf Kostrad. Entah
kenapa, sampai sekarang kawan dekat Prabowo ini juga tak diperiksa DKP.
Lalu, bagaimana pula tindakan terhadap Mayjen Zaki Makarim, Kepala BIA, yang
mestinya juga ikut bertanggungjawab atas operasi intelijen itu?
Jadi, tugas DKP memang tak tuntas. Wiranto hanya mementingkan usaha
menyelamatkan wajah ABRI. Bukan menjunjung hukum dan keadilan. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI