Pendidikan  adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa agar tumbuh dan berkembang baik pengetahuan maupun karakter ke arah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah upaya untuk bertumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran serta tubuh anak.
Berbicara   mengenai pendidikan maka sosok yang muncul adalah guru, murid dan sekolah. Sekolah sebagai rumah kedua membantu orang tua dalam hal ini guru yang bertugas  menstansfer pengetahuan. Secara teoritis guru membantu orang tua untuk memindahkan/menstranfer ilmu pengetahuan yang dikuasainya kepada peserta didik, namun guru juga harus dapat mendidik untuk membentuk akhlak dan kepribadian peserta didiknya. dan tentunya menebalkan karakter baik yang sudah dibentuk dari rumah.
Kata guru dan pendidik merupakan dua kata yang berbeda dan tentunya memiliki makna yang berbeda juga yang menempel pada seseorang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Â Kata mengajar mengandung arti memberi pelajaran sedangkan kata pendidik adalah orang yang mendidik. Jadi seseorang yang bertugas mengajar dan mendidik dapat disebutkan sebagai guru atau pendidik yang tentunya sudah dibekali dengan kompetensi baik kompetensi pedagogik, kepribadian, Â sosial dan profesional.
Kompetensi di atas merupakan bekal bagi guru/pendidik dalam melaksanakan pembelajaran untuk dapat mencapai kualitas pembelajaran yang diharapkan. Tuntutan terhadap guru/pendidik seiring dengan perkembangan jaman saat ini guru semakin tinggi apalagi mengajar dan mendidik anak-anak yang disebut dengan generasi alpha. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan generasi alpha? Istilah generasi alpha diperkenalkan pertama kali oleh Mc Crindle peneliti dan konsultan generasi di Austalia. Generasi alpha merupakan anak-anak yang lahir dari tahun 2010 sampai sekarang. Generasi alpha merupakan generasi yang paling dekat dengan teknologi. Internet dan gadget merupakan bagian dari keseharian mereka, hal ini dipengaruhi oleh masa pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia.  Pandemi Covid-19 menjadikan generasi alpha dalam kehidupan sehari-hari menggunakan gadget untuk berinterasi termasuk juga untuk pembelajaran. Keterbatasan yang disebabkan  situasi dan kondisi yang melarang semua orang untuk bertatap muka langsung maka segala sesuatu dilakukan melalui online atau dalam jaringan (daring) computer dan internet. Generasi alpha selama masa pandemi covid-19 melaksanakan pembelajaran di sekolahpun dengan menggunakan sistem daring, hal ini dilakukan kurang lebih selama tiga tahun yang sudah pasti mereka sangat lihai dalam menggunakan gadget yang dimilikinya.
Generasi alpha disebut sebagian orang sebagai generasi yang pintar karena mereka dilahirkan dari orang tua yang milenial. Generasi milenial akan mewariskan pengetahuan digital mereka kepada anak-anaknya sehingga dapat dipastikan generasi alpha  mampu menguasai dan mengelola teknologi yang ada. Dengan demikian generasi alpha dapat dipastikan merupakan generasi yang memiliki wawasan luas karena mudah mengakses apa yang ingin diketahuinya. Dengan wawasan yang luas maka generasi alpha tumbuh menjadi generasi yang percaya diri, sikap kritis dan rasa keingintahuannya juga sangat tinggi.
Tidak hanya pintar namun generasi alpha  mudah menghadapi tantangan masa depan hal ini seperti yang disampaikan oleh Penulis Golgen Years, Deborah Carr yang mengatakan bahwa generasi alpha tumbuh dalam masyarakat yang lebih beragam sehingga mereka lebih berpikiran terbuka terhadap orang-orang yang berbeda dari mereka. Hal ini memungkinkan generasi alpha lebih menerima perbedaan dan inklusifitas.
Dalam perkembangan teknologi sudah pasti akan berdampak bagi penggunanya. Tidak tertutup kemungkinan generasi alpha juga memiliki sisi negatif sementara sisi positif sudah sebagian besar dipaparkan di atas. Menurut Mc. Crindler  juga memprediksi bahwa generasi alpha  tidak dapat lepas dari gadget dan juga kurang bersosialisasi, kurang daya kreatifitas dan bersikap individual. Generasi alpha juga menginginkan hal-hal yang instan dan kurang menghargai proses.
Berkaitan dengan hal di atas maka guru sebagai pendidik lebih banyak untuk melakukan proses pendidikan dibandingkan untuk mengajar, karena perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat banyak nilai dan norma yang berubah. Generasi alpha cenderung lebih mampu untuk menambah wawasan dan pengetahuan baru apalagi jika guru memberikan penugasan yang buat mereka menantang.
Proses untuk mengubah karakter  yang cenderung negatif dapat dilakukan pendidik secara sinergis antara lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat untuk mencapai keberhasilan pendidikan secara utuh. Lingkungan keluarga merupakan sekolah yang pertama dan utama berkewajiban untuk membentuk kepribadian dasar anak-anaknya. Sementara pendidik di sekolah seharusnya hanya  menebalkan kembali apa yang telah dibentuk oleh orang tua.
Apa sajakah yang seharusnya dilakukan oleh guru dalam mendidik generasi alpha?
- Menanamkan values dari kegiatan sehari-hari, seperti menanamkan sikap toleransi kepada peserta didk dan memastikan bahwa adanya saling menghargai dengan adanya keragaman di lingkungan sekolah. Keragaman di sekolah terdiri dari perbedaan suku, agama, ras dan budaya dari masing-masing peserta didik. Tugas guru di sini adalah membantu generasi alpha untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang selalu menghargai perbedaan yang ada di manapun nanti berada.
- Guru berupaya untuk selalu terlibat dalam berkomunikasi yang terbuka dan berkesinambungan baik antar peserta didik maupun orang tua sehingga tercipta lingkungan yang mendukung perkembangan peserta didik secara menyeleluruh.
- Melibatkan peserta didik dalam kegiatan sosial, pendidik dapat memberikan kebebasan untuk membuat pilihan sehingga dapat mengeksplor berbagai hal sesuai dengan bakat dan minat serta kebutuhan peserta didik itu sendiri. Hal tersebut akan lebih mengasah kemampuan sosialnya dan mengembangkan sikap empati di antara peserta didik. Karakter empati yang ditanamkan oleh pendidik akan membentuk generasi alpha menjadi orang yang ramah dan memahami suka duka orang lain, memiliki kepedulian serta menciptakan generasi  yang menyenangkan  orang lain.
- Pendidik dapat menjadi role mode peserta didik, karena cenderung peserta didik meniru apa yang dilakukan oleh pendidik terlebih lebih di kelas fase dasar/rendah, peserta didik  akan mengikuti penampilan pendidik bahkan nilai-nilai moral,  etika dan integritas yang dimiliki oleh pendidik.
- Pendidik bersama sama di sekolah menyediakan lingkungan kaya teks mengingat generasi alpha cenderung lebih  mengenal buku karena terbiasa berliterasi digital. Lingkungan kaya teks dapat ditempatkan pada pojok-pojok baca, majalah dinding dan buku bacaan yang berada di perpustakaan. Lingkungan kaya teks bertujuan untuk mengembangkan minat baca peserta didik.
- Memastikan  peserta didik membatasi penggunaan gadget di rumah serta berkordinasi dengan orang tua untuk melakukan pengawasan dan mengalihkan kegiatan yang dilakukan di gadget  ke kegiatan lain misalnya bermain dengan teman-teman sebayanya.
- Demikianlah upaya-upaya yang dilakukan oleh guru di sekolah dalam proses mengajar dan mendidik generasi alpha, hal ini merupakan bentuk kontribusi membentuk generasi  muda yang dapat menjadi generasi emas yang berkualitas yang hidup pada era Indonesia emas dengan menciptakan terobosan baru yang inovatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H