2. Kenyamanan. Anak merasa nyaman dengan pakaian yang itu-itu saja karena pakaian tersebut sudah dikenalnya dengan baik, dari segi kenyamanan dan kemudahan saat mengenakan dan melepaskannya.
3. Berkaitan dengan kemampuan meregulasi diri, anak merasa percaya diri dengan penampilannya di luar kenyataan bahwa ibunya sering mengelus dada karena tampilan lusuh baju yang selalu dipakai, dicuci dan kering untuk kemudian dipakai lagi.Â
4. Kemudahan dan kemandirian. Anak merasa kegiatan berpakaian mudah saja jika dia dapat dengan seketika menentukan pilihan pakaiannya. Anaka-anak yang dapat memilih pakaiannya sendiri, lalu tergerak untuk mengenakannya sendiri sebenarnya sudah memperlihatkan kemandirian yang selama ini menjadi target pendidikan baik di rumah maupun di sekolah.
Jadi menurut hemat saya, sebaiknya anak dengan gaya fesyen mbah ringgo diberi kesempatan mengekspresikan diri. Ayah ibu mungkin bisa menyelipkan pesan-pesan kecil, seperti: piyama bukan baju untuk dipakai saat bepergian atau menghadiri acara khusus. Pakaian yang sudah memliki lubang karena lapuk (keseringan cuci, kering, pakai) bisa disingkirkan dari peredaran. Untuk menyingkirkan pakaian tersebut, ayah ibu bisa mengomunikasikannya dengan anak jika anak sudah dapat mengerti komunikasi sejenis. Jikapun belum, silakan singkirkan diam-diam.Â
Jangan sembunyikan semua pakaian kesayangan anak dengan tujuan supaya pakaian lainnya mendapat giliran untuk dipakai. Aapa yang kira-kira akan anak rasakan saat dia tidak dapat menemukan satupun pakaian yang ingin dikenakan? Frustasi, bisa jadi. Untuk jenis anak penurut sekalipun, siapa yang bisa menjamin kalau dia tidak menyimpan kenangan buruk saat pakaiannya semua lenyap.Â
Untuk mendukung perkembangan anak, segala bentuk ekspresi anak, termasuk preferensi berpakaian ala mbah ringgo, selama itu tidak membahayakannya, terima saja. Ini yang disampaikan oleh Dr. Brian Corrado, seorang psikolog dan co-owner Bethesda Group di Maryland (Sumber).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H