Ibuku seorang ibu rumah tangga yang membuka usaha jahit pakaian di rumah. Berbelanja di Pasar Tanah Abang kerap dilakukannya untuk membeli kain bahan pakaian pelanggannya. Jarak rumahku ke Pasar hanya selama 15 menit berjalan kaki. Aku sering menemani ibu berbelanja. Ibu memiliki 3 orang karyawan tetap dan 1 orang karyawan musiman.Â
Dua orang khusus menjahit menggunakan mesin jahit menyambung potongan-potongan kain yang sudah diukur, yang seorang lagi khusus menjahit dengan tangan. Biasanya untuk memasang buah kancing dan menjahit kelim atau mengesom. Ketiga karyawan ibu punya keterampilan menjahit dengan variasi yang unik.Â
Ibu Pungky benar-benar lihai menjahit, jahitannya halus namun harus terus diingatkan untuk mengikuti arahan ibu. Kalau tidak, dia akan menghasilkan potongan yang berbeda dari yang dipolakan. Ibu Asmi dapat menjahit dengan rapi tapi jangan tugaskan ia untuk pakaian yang banyak aksen. Kemahirannya tidak berbunyi saat itu.Â
Pakaian-pakain dengan model lurus, sederhana dan tak banyak ornamen akan dihasilkannya dengan sangat mengesankan. Ibu Murti jagonya mengesom. Keliman yang dibuat halus tak teraba. Seakan ia menempel ujung bahan dengan lem saja. Ketiga karyawan tetap ibu adalah single parent. Ibu Pungky bercerai dari suaminya sejak putri mereka berusia 5 bulan.Â
Bu Asmi ditinggal wafat sang suami di usia pernikahan mereka yang kedelapan belas. Ibu Murti ditinggal suaminya yang menikah lagi dan tak pernah diberi kejelasan status. Mempekerjakan mereka sesuai keterampilannya adalah salah satu cara ibu memberi kesempatan bagi sesama perempuan untuk berdaya dan menyantuni sesama.
Ibu sibuk sepanjang hari. Mulai sejak pagi menyiapkan seluruh anggota keluarga untuk beraktivitas di luar rumah, bapak pergi ke kantor, aku kakak dan adik berangkat ke sekolah.Â
Namun tahukah engkau? Otak ibu paling sibuk justru saat ia berbaring telentang di tempat tidur. Dalam posisi telentang, wajah ibu menatap ke atas matanya terbuka lebar. Tak lama mulutnya komat-kamit. Saat komat-kamit seperti itu, tak satupun orang atau kejadian yang bisa mengalihkannya.Â
Ibu sedang konsentrasi mengaplikasikan rumus hitungan dalam pembuatan pola pakaian. Sebagai pemilik usaha jahit pakaian MIYIKA, ibulah yang memegang sepenuhnya bagian pembuatan pola dan pengguntingan kain atau bahan bakal pakaian yang akan dijahit. Karyawan musiman ibu adalah Darnila, seorang anak piatu yang harus menjadi "ibu" bagi 2 orang adiknya.Â
Di rumahku, ia  membantu ibu mengerjakan pengemasan pakaian yang butuh dikirim lewat jasa ekspedisi. Dengan keterampilan khas anak muda ia menggunakan gawai untuk urusan pengecekan ongkos kirim dan pelacakan posisi barang kiriman. Pilihan ibu untuk jasa pengiriman barang selalu jatuh pada JNE.Â
Sepanjang sejarah usaha ibu, pengiriman hasil jahitannya selalu tiba sesuai perkiraan, bahkan beberapa kali lebih awal daripada estimasi awal. Usaha ibu berkembang sangat baik dan menjadi langganan karyawati beberapa perusahaan swasta dan BUMN di kawasan sekitar Tanah Abang dan Kebon Sirih.Â
Jasa bapaklah yang membuat usaha ibu menjangkau pelanggan di kantor-kantor tersebut. Bapak yang karyawan perusahaan swasta di daerah Cempaka Putih memasarkan jasa jahit pakaian yang ibu pimpin lewat teman kantor dan beberapa kenalannya. Dua dekade lebih bapak dan ibu bahu-membahu berbagi kebahagiaan di antara mereka dan menebar manfaat bagi sesama. Aku berjanji akan meneladani beliau berdua.