Orang Yang Bisa Menaklukkan Orang Lain Itu Kuat, Orang Yang Bisa Menaklukkan Diri Sendiri Itu Hebat  (Lao Tzu)
Saya masih selalu terkenang dengan cerita ibu saya, di beberapa tulisan di blog pribadi saya juga pernah menulis tentang kisah ini. Â Sebuah kisah tragis keluarga besar dari pihak ayah saya. Â Dulu Almarhun Kakek adalah seorang pengusaha cukup sukses. Â Beliau pemilik sebuah penginapan, pom bensin dan beberapa usaha lainnya, sayangnya harus berakhir tragis. Usahanya kolaps hingga harus menjalani masa tuanya dengan kehidupan yang pas-pas an.Â
Tak bisa dipungkiri, memiliki belasan putra dan putri serta seorang istri dari keluarga ningrat memang cukup berat menghidupinya. Â Tetapi sebetulnya itu bukan sebuah alasan untuk membuat usaha menjadi bangkrut. Iya memang gaya hidup juga berpengaruh, tetapi kalau usahanya tertata rapi tidak salah dalam manajemen tentu tidak akan berakhir dengan kebangkrutan.
Mengelola usaha memang bukan hal yang gampang, butuh fokus, butuh kepiawaian dalam memenej nya. Â Saya juga mengalaminya, bagaimana saat usaha kita tidak dijalani dengan fokus dan manajemen yang baik, bukannya berkembang yang ada dari tahun ke tahunnya terus menurun. Seperti sudah menjadi sebuah stigma yang harus kita amini bahwa banyak usaha kecil dan menengah (UKM) tidak pernah bertahan sampai lima tahun. Dan kesalahan fatal yang sering dilakukan oleh para pengusaha kecil adalah, ingin mengerjakan semua sendiri dan pengelolaan keuangan perusahaan dan rumah tangga yang tidak terpisah. Â
Persis, itulah yang saya alami. Â Meski sudah melewati masa lima tahun, tahun ini adalah tahun ke delapan usaha laudry saya seperti kata pepatah "Mati Enggan, Hidup pun Tak Mau.." Â Miris. Â Padahal background pendidikan saya akuntansi, paham betul tentang manajemen keuangan perusahaan dan rumah tanga harus dipisahkan.
Itulah mengapa saya memulai tulisan dengan sebuah kutipan dari Lao Tzu seorang filsuf asal Cina Kuno. Â Di dalam bisnis kemampuan untuk menaklukan diri sendiri itu penting. Â Ego untuk bisa mengelola diri sendiri hingga tunduk patuh pada pakem syarat untuk menjadi pengusaha sukses dapat kita patuhi. Â Sebagai seorang pelaku pengusaha kecil saya memahami, itu hal yang cukup sulit untuk dilakukan. Â Tak heran, kalau ternyata banyak pengusaha kecil di negara kita yang gulung tikar di usia sebelum lima tahun.
Kompasiana memahami itu semua, guna memberikan semangat dan pemahaman tentang manajemen keuangan perusahaan, Kompasiana mengadakan acara bertajuk "Cerdas Mengatur Finansial dalam Berwirausaha". Â Dengan menggandeng Lembaga Penjamin Simpanan dan Pemilik usaha Dapur Gladies acara ini pun digelar di Hotel Santika Jalan Sumatera No 52-54 Citarum Bandung. Â Bandung menjadi kota ketiga atau kota terakhir rangkaian acara Kompasiana Nangkring kali ini.
LPS hadir berdasarkan UU No 10 tahun 1998, maka pada tanggal 24 September 2004 Lembaga Penjamin Simpanan resmi berdiri. Â Namun lembaga ini baru mulai aktif tanggal 22 September 2005. Lembaga ini berfungsi untuk menjamin simpanan nasabah di bank dan juga untuk menjaga stabilitas system perbankan. Â Dengan adanya LPS ini diharapkan masyarakat tidak ragu lagi untuk menabung di bank karena sudah ada yang menjamin uangnya bila terjadi sesuatu dengan bank tempatnya menabung. Â
Setiap bank di Indonesia wajib untuk menjadi anggota LPS, baik itu bank pemerintah atau pun bank swasta. Â Bank konvensional maupun bank syariah, bank asing maupun bank nasional. Â Begitu pula dengan BPR atau Bank Perkreditan Rakyat wajib untuk menjadi anggota LPS. Â Nasabah pun tak perlu khawatir karena semua biaya yang berhubungan dengan LPS ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Â Keanggotaan bank ini ditandai dengan penempelan sticker di area pintu bank. Â Dan itu wajib dilakukan oleh semua bank anggota LPS bila tidak, bank itu akan dikenai denda.
Besar tabungan yang di jamin oleh LPS adalah dua milyar rupiah per nasabah per bank. Â Tidak hanya tabungan biasa yang dijamin LPS, deposito dan giro pun turut ditanggung. Â Namun untuk dapat dijamin simpanannya ada tiga syarat yang harus dipenuhi nasabah, syarat yang biasa disingkat 3T itu adalah:
- Tercatat dalam pembukuan bank
- Tingkat suku bunga bank tidak melebihi yang ditetapkan LPS yaitu 6,25%
- Tidak melakukan perbuatan yang merugikan bank (kredit macet misalnya)
Oya, khusus untuk bank syariah syaratnya hanya 2T karena bank syariah tidak menetapkan suku bunga tetapi bagi hasil. Â Lama penggantian uang kepada nasabah yang bank nya bermasalah adalah 90 hari sejak dilakukan proses rekonsiliasi dan verifikasi terhadap simpanan nasabah. Pak Tedi pun menambahkan bahwa dengan dijaminnya uang nasabah di bank tidak ada lagi ada alasan untuk tidak menabung di bank. Dengan menabung di bank secara tidak langsung melakukan pencatatan uang yang masuk dan keluar. Â Â Menyimpan uang di bank juga agar terhindar dari pencurian, kebakaran, atau dimakan binatang misalnya. Â Menabung di bank juga membantu pengusaha lain yang membutuhkan dana melalui pinjaman dari bank.
Berawal dari modal Rp 300.000 dilanjutkan tambahan modal 3,5 juta rupiah pinjaman dari orang tuanya, kini usahanya telah beromzet 60 juta per bulan per dapur... hmmm.. dapur nya bukan hanya di Bandung, sudah ada yang di Jakarta juga lho...Bahkan yang di Jakarta sudah jauh lebih rapi, bisa ditinggal tanpa harus ia berada di sana, sudah terbentuk sistem perusahaan dengan baik rupanya. Â Keren ya...Â
Meski bisnis di bidang kue brownies sudah banyak yang melakukannya namun yang menyasar dunia maya masih sedikit rupanya. Terbukti dengan Dapur Gladies yang harganya premium berkisar dari Rp 70.000 - Rp 150.000,00 tetapi bisnisnya berkembang dengan pesat, per hari rata-rata ia menjual 120 pack. Luar biasanya harganya padahal di atas harga brownies terkenal lainnya, tetapi bisa laku keras seperti itu.
Ada banyak ilmu yang bisa saya timba dari Mba Gladies, diantaranya keuletan, kreativitas, memanfaatkan jejaring di dunia maya, disiplin dan tentu saja kemampuan memenej finansial perusahaan dengan baik. Â Sekecil apa pun nominalnya, pengeluaran dan penerimaan tercatat dengan baik. Â Disiplin memisahkan uang perusahaan dan uang rumah tangga, ia tidak mengambil keuntungan dari usahanya selama setahun. Pendapatannya ia peroleh dengan menggaji dirinya sendiri, sementara sisa dari biaya operasional ia simpan di bank dan dengan tambahan pinjaman modal dari orang tuanya sebesar Rp 3,5 juta rupiah terbelilah oven keren dambaannya sebagai modal memberbesar kapasitas usahanya. Â Lagi-lagi saya terinspirasi... :)
Menggunakan jasa perbankan untuk bisnisnya mulai dari pembayaran ke supplier, penerimaan dari konsumen via online sampai dengan pembayaran gaji pegawai bagi Mba Gladies sangat menguntungkan. Â Dengan melalui perbankan secara tidak langsung ia telah mencatat proses penerimaan dan pengeluaran yang tentu saja membantu proses pencatatan manualnya. Â Selain itu dengan melakukan transaksi melalui perbankan ia merasa itu sangat membantu karena prosesnya jauh lebih mudah, hemat, cepat, aman dan tentu saja mudah untuk ditelusuri.
PR besar saya nih, melakukan transaksi via perbankan, pernah sih tapi berasa ribet karena dulu waktu saya melakukannya semua harus pulang pergi ke bank, jadi terhenti karena merasa ribet, dan itu saya lakukan sendiri. Â Padahal proses melalui perbankan itu terasa betul manfaatnya, hal ini terjadi di penerimaan dan pengeluaran uang dari hasil ngeblog. Â Walau ada beberapa juga yang langsung tunai, tapi penerimaan transfer melalui bank lebih sering terjadi. Â Hal itu sangat memudahkan ternyata. Â Ketika mencatatnya secara manual saya bisa menelusurinya di rekening bank kemudian ditambahkan penerimaan secara tunai.
Banyak sekali ilmu yang didapat di acara Kompasiana Nangkring ini, Â membuat saya jadi bertekad dan bersemangat untuk memperbaiki bisnis laundry saya. Â Terinspirasi oleh Mba Gladies yang mengawali usahanya dengan penuh tangis dan lelah, tapi kini tinggal menikmati hasilnya. Ia tinggal mempertahankan para pelanggan yang sudah loyal plus tentu saja terus promo agar usahanya terus berkembang lebih maju lagi.Â
Jadi teringat dengan bisnis laundry saya yang saya awali juga dengan banyak tangisan dan rasa lelah yang kemudian pernah berkembang lebih maju sampai memiliki banyak karyawan. Â Tapi karena kesalahan tidak memisahkan keuangan perusahaan dan rumah tangga sekarang malah maju di tempat. Â Sayang sekali kalau semua itu diakhiri, padahal sudah mengenal seluk beluknya cukup dalam. Semoga setelah semua ini ... menjadi jauh lebih baik lagi. Â Terima kasih Kompasiana Nangkring sudah membuat acara penuh manfaat seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H