Hari ibu adalah perayaan atau peringatan terhadap peran seorang ibu untuk keluarga baik untuk anak-anaknya, dan juga suaminya.Â
Para anak biasanya merayakan hari ibu dengan sukacita dan terima kasih kepada ibu mereka yang telah melahirkan dan membesarkan mereka.
Anak-anak tidak lupa mengucapkan selamat hari ibu dan memberikan kado spesial untuk ibu mereka.Â
Perayaan hari ibu yang seharusnya penuh kebahagiaan dan rasa terima kasih itu,  tidak berlaku untuk Asti, hari Ibu justru mengingatkannya sebagai anak durhaka, karena di hari ibu itulah, Asti  justru membawa ibunya ke panti Jompo, karena di hari itu, ibu Asti pergi ke luar rumah, tetapi lupa jalan pulang dan ibunya sempat pingsan di jalan dan untung ibunya diketemukan kenalannya dijalan dan membawanya ke rumah sakit.
Awalnya Asti mengira ibunya hanya  menderita pikun biasa, tapi keadaan ibunya semakin hari bertambah parah, dan dokter di rumah sakit mengatakan kalau ibunya menderita alzheimer dan gejalanya sudah cukup parah dan perlu perawatan khusus.Â
Atas rekomendasi dokter, ibu Astipun dirawat di panti Jompo.
Itu keputusan  paling berat yang harus di ambil Asti.
Di dunia ini  ibunya adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki Asti. Orang tuanya adalah anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan dan Ayahnya meninggal dunia, saat Asti masih berumur 10 tahun, setelah bertarung cukup dengan  penyakit kanker.
Asti harus bekerja, dan di dalam satu bulan Asti bisa beberapa kali lembur karena pekerjaan kantor yang menumpuk. Kondisi pekerjaannya itu tidak memungkinkan Asti bisa mengawasi ibunya  selama 24 jam.
Asti masih ingat kejadian dua tahun lalu, betapa perih hatinya  ketika dia harus memasukkan ibunya ke panti jompo.
Saat itu pikiran Asti terasa gelap dan dipenuhi ketakutan dan yang  ada ddipikirannya, dia harus membawa ibunya ketempat perawatan yang bisa  merawat dan memantau kondisi ibunya selama 24 jam.
 Jika terjadi apa-apa dengan ibunya para perawat dan dokter selalu ada.
 Belum lagi Asti harus menanggung cemoohan para tetangganya  tentang dirinya  yang disebut sebagai anak durhaka, anak tidak punya hati, karena tega membawa ibunya ke panti jompo daripada merawat ibunya sendiri dengan mempekerjakan seorang perawat.
Memang  sifat manusia  seakan lebih tahu tentang kehidupan orang lain melebihi orang itu sendiri, dan seolah lebih bijaksana dan lebih benar dalam menghadapi segala sesuatu daripada orang lain.
Asti masih teringat dengan tangisan ibunya, Â saat dia meninggalkan ibunya di panti Jompo, walupun pada saat itu ibunya seperti orang linglung dan lupa dengan dirinya, tapi ibunya sama sekali tidak mau melepaskan tangan Asti.
Asti terpaksa harus berbohong kalau dia hanya pergi sebentar ke toilet, tapi ibunya seperti memiliki insting akan ditinggal disitu, atau mungkin juga  karena kontak batin antara ibu dan anak, tangisan ibunya pecah, hati Asti terasa diiris sembilu mendengar tangisan ibunya.
Selama seminggu di panti Jompo, ibunya menangis terus. Dan selama satu Minggu itu Asti hanya memperhatikan ibunya dari jauh, dia belum berani nendekat karena jika mendekat ibunya langsung menangis histeris karena minta pulang, dan Asti tidak tega jika mendengar tangisan histeris ibunya.
Tiap malam Asti selalu di hantui mimpi buruk. Dalam mimpi Asti melihat ibunya  tidak mengenali dirinya dan ketika Asti mencoba memegang tangan ibunya, ibunya langsung menepis tangannya dan berlari menjauh.  Dalam mimpi itu, Asti juga mendengar suara banyak orang dengan pandangan marah nenunjuk dirinya serta berkata anak durhaka.
***
Setiap pulang dari kantor Asti tidak langsung pulang ke rumah, tapi mengunjungi ibunya.
Jika hari libur, pagi-pagi Asti sudah muncul di pant Jompo. Sejak ibunya menderita Alzheimer Asti seperti tidak punya kehidupan sosial apalagi hubungan asmara, fokusnya hanya ibunya.
Pernah ada suatu masa ketika rasa lelah dan capek tidak tertahankan, Â Asti mulai marah dengan keadaan dan mulai mempertanyakan kenapa ibunya harus menderita alzheimer, Â dan masih banyak pertanyaan kenapa yang muncul dipikirannya. Â
Tapi disisi lain pikiran-pikiran seperti itu semakin menambah rasa bersalah Asti pada ibunya
***
Udara pagi begitu sejuk bersama dengan semilir angin, burung-burung yang bertengger di atas pohon pun berkicau bersahut-sahutan menghangatkan suasana pagi yang cerah.
Di bangku taman, Â tampak seorang wanita paruh baya tertegun melihat ke arah kejauhan, entah apa yang sedang dilihatnya, 'dan entah apa juga yang sedang dipikirkannya. Sangat sulit untuk menebaknya.
Ekspresi wanita paruh baya itu  begitu datar, tetapi matanya bersinar polos seperti mata kanak-kanak yang tak mengenal beban.
Wanita paruh baya  itu adalah ibu Asti, sudah 3 tahun ibunya berada di panti Jompo Cemerlang.Â
Asti terus melihat ibunya dengar pikiran berkecamuk.
Seperti punya mata di belakang ibunya menoleh dan  tersenyum melihat Asti, dan melambaikan tangan menyuruh Asti menghampirinya.
Walaupun Asti sudah mendengar dari perawat, kalau kondisi ibunya hari ini sangat baik, dan ingatannya juga kembali, tapi tetap saja, Asti masih  kaget melihat ibunya mengenalinya karena sudah cukup lama ibunya tidak mengenalinya.
"Apa kabarmu nak?"Ibunya berkata lembut dengan tatapan cinta seorang ibu, sambil membelai kepala Asti.
 Asti sudah lama tidak merasakan sentuhan kasih ibunya, semenjak ibunya menderita Alzheimer.
'Saya baik-baik saja, Bu! Kata Asti pelan dan sedih ketika melihat wajah ibunya semakin menua dan penuh dengan keriput.
Awal pembicaraan yang sedikit kaku itu akhirnya mengalir menjadi pembicaraan dari hati ke hati yang panjang.
Sesaat mereka terdiam sambil menikmati angin sepoi-sepoi dan menghirup aroma bunga yang harum.Â
Hati mereka dipenuhi rasa rindu antara ibu dan anak yang sudah lama tidak berkomunikasi.
" Asti, ibu minta maaf Karena membuat kamu menderita karena memiliki ibu seperti ku." ibunya memegang tangan Asti dan matanya tampak berkaca-kaca.
"Kenapa ibu berkata seperti itu?" jawab Asti sedih.
"Kamu tidak berkencan, kamu tidak memiliki kehidupan sosial, kamu mengorbankan masa mudamu demi mengurus ibu." Kata ibunya dengan suara parau.
Tangis Asti pecah setelah nendengar perkataan ibunya.
Asti merasa bersalah karena memasukkan ibunya ke panti jomp, rasa bersalah karena pernah  marah dengan keadaan yang menima ibunya, merasa lelah harus merawat ibunya,
Ibunya seperti mengetahui pikiran Asti dan ibunya pun memeluk Asti dan ikut menangis sedih.
"Jangan merasa bersalah anakku! Ibu tahu kamu mengasihi ibu dan tidak mau berpisah dari ibu, tapi  kondisi alzheimer  ibu yang memang memerlukan perawatan khusus, jadi langkahmu sudah benar membawa ibu kesini." Ibunya mengelus pundak Asti untuk menenangkan Asti.
"Ibu tidak pernah merasa kesepian, justru ibu nemikrkan kamu yang harus sendirian di rumah. Pastlah kamu  merasa sepi dan itu pasti sangat berat buatmu. Jadi jangan pernah merasa bersalah lagi ya anakku!"
Asti hanya bisa mengangguk, mereka pun berpelukan sambil menangis.
Keesokan harinya kondisi ibu Asti kembali seperti semula, tidak ingat lagi dengan dirinya.
 Walaupun di dalam kelemahan ibunya, Asti tahu cinta ibunya begitu besar untuk dirinya. Banyak doa  yang dipanjatkan ibunya'untuk dirinya.
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H