Tapi lagi-lagi karena saya bekerja jadi tidak semua tes CPNS bisa selalu saya ikuti.
Dikarenakan target saya menjadi CPNS, saya juga membuang kesempatan berharga yang menghampiri saya yaitu bekerja di perusahaan besar dengan jabatan yang keren dan tentu saja ada jenjang karier.
Pada saat itu yang membuat saya ragu untuk menerima pekerjaan tersebut, karena tugasnya sering ke lokasi atau ke pelosok.
Sementara target saya adalah menjadi PNS maka saya akhirnya memutuskan tidak menerimanya.
Saya berkali-kali mengikuti ujian CPNS tapi selalu gagal, tapi saya tetap mengikuti ujian CPNS sampai usia 35 tahun karena itu batas usia maksimum untuk bisa mengikuti  ujian CPNS.
Saat saya mengikuti ujian CPNS saya selalu lulus ujian tes tertulis dan sempat sampai tahap wawancara akhir, tapi pada waktu itu masih kuatnya nepotisme, dan sogok. Pada waktu saya akan mengikuti wawancara akhir, seorang teman menyarankan saya untuk mencari koneksi yang dapat membantu saya untuk bisa lulus ujian wawancara akhir.
Selain saya memang tidak mempunyai koneksi dan juga tidak rela harus menyogok maka saya memilih jalur murni, dan memang hasilnya tentu saja saya tidak lulus ujian CPNS.
Selain tidak tercapai target saya menjadi PNS, ada beberapa target saya lainnya juga tidak tercapai.
Dan apakah yang saya rasakan ketika target hidup saya tidak tercapai? Menyesal, kenapa ketika saya remaja tidak menetapkan target hidup, kecewa karena apa yang saya perjuangan tidak berhasil, sedih karena saya merasa belum ada pencapaian apa pun dalam karier saya.
Saya juga sering membandingkan hidup saya dengan orang lain yang hidupnya berhasil dan sudah mencapai apa pun target hidupnya sementara saya belum apa-apa. Tentu saja saat membandingkan hidup kita dengan orang lain yang menurut kita lebih enak dari hidup kita membuat kita tertekan.
Sebagai manusia wajar sekali saya merasakan perasaan yang saya sebutkan di atas tetapi life must go on, jadi saya juga harus melangkah.