Mohon tunggu...
Ida S
Ida S Mohon Tunggu... Administrasi - Joyful

Youtube: https://www.youtube.com/channel/UC_VcRcUxjRCthjILM9AmNAA/ my blog: https://agrace2011.blogspot.com/ https://mywishes09.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Salahkan Anak-anak Bercita-cita Menjadi Seorang YouTuber?

26 September 2020   21:40 Diperbarui: 26 September 2020   21:54 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dilansir dari CNBC Indonesia, Senin (22/7/2019), Lego melakukan survei terhadap 3.000 anak yang berusia antara 8 hingga 12 tahun. Anak-anak tersebut berasal dari AS, Inggris dan China, serta sebanyak 326 orang tua yang memiliki anak berusia antara 5 hingga 12 tahun.

Hasilnya, hampir sepertiga dari anak-anak dalam survei tersebut mengatakan, mereka ingin menjadi YouTuber ketika mereka tumbuh dewasa. Sementara 11% lainnya mengatakan mereka ingin menjadi astronaut.

Menjadi Influencer dan Youtuber  bisa meraih popularitas, dan uang yang berlimpah.  Sepuluh YouTuber terkaya di dunia pada  tahun 2019 menurut Forbes, di urutan pertama ditempati oleh seorang anak berusia delapan tahun bernama Ryan Kaji. dengan penghasilan  mencapai US$ 26 juta atau Rp 364 miliar.

Tidak hanya Ryan Kaji yang masuk daftar 10 Youtuber terkaya dunia, ada Anastasia Radzinskaya dari Rusia yang masih  berusia 5 tahun dengan penghasilan $ 18 juta hanya dalam satu tahun.

Kisah sukses YouTuber anak ini tentu saja mengilhami banyak orang termasuk anak-anak sehingga tidak heran kalau impian Anak Sekarang menjadi YouTuber.

Benarkah keinginan menjadi YouTuber murni keinginan si anak?

Anak berkeinginan menjadi YouTuber dari 2 faktor:

1.  Faktor Orang tua

Banyak orangtua justru yang berkeinginan menjadikan anak mereka YouTuber.

Siapa yang tidak tertarik dengan penghasilan fantastis seperti yang diperoleh Ryan dan Anastasia, hampir semua orang menginginkannya, apalagi menjadi YouTuber adalah pekerjaan yang menyenangkan.

Anak-anak zaman sekarang sudah terbiasa dengan Blitz kamera dari sejak bayi karena orangtua senantiasa mengabadikan momen-momen mereka lewat foto dan video sehingga tak heran anak-anak zaman sekarang pandai berpose dan tidak canggung lagi di depan kamera dan menjadi tertarik untuk menjadi sorotan.

Tidak cukup memposting di medsos seperti FB, IG, ataupun WA, momen-momen anak yang terekam lewat  foto dan video. Orang tua juga mulai membagikannya lewat YouTube, Tiktok tentu saja dengan harapan ditonton banyak orang dan syukur-syukur bisa menjadi terkenal dan menghasilkan banyak uang.

Dari sekian banyak orangtua yang menjadikan anak mereka YouTuber  mungkin hanya segelintir yang menjadi YouTuber  terkenal dan sukses, mungkin lebih banyak yang gagal.

Jadi suatu saat jangan kaget Kalau anak-anak anda mengatakan kepada anda bahwa mereka bercita-cita menjadi YouTuber karena andalah yang memperkenalkan dan menanamkan keinginan tersebut ketika anda ingin menjadikan mereka YouTuber sedari mereka balita bahkan mungkin bayi.

2.  Faktor Influencer

Anak-anak diperkenalkan gadget oleh orangtuanya mungkin sejak mereka masih bayi. Ketika bayi menangis terkadang para orangtua menunjukkan kartun anak-anak yang lucu ataupun lagu anak-anak yang riang dengan gerakan lucu dan menarik kepala bayi mereka yang menangis, dan ajaibnya tangisan bayi mereka langsung berhenti, sehingga orangtua terbiasa memberikan gadget sebagai solusi untuk mendiamkan tangisan anak mereka.

Orangtuapun  ada yang sudah membuatkan akun medsos seperti FB, ataupun IG untuk anak mereka yang masih balita, walaupun orangtua yang masih menghandle dan memposting konten di medsos tersebut.

Anak-anak kelas 4 SD bahkan sudah ada yang membuat sendiri akun medsos seperti: FB, IG, Twitter, WA ataupun YouTube, dan mulai memposting atas inisiatif mereka sendiri.

Mereka mulai memiliki konten-konten kesukaan mereka sendiri dan menonton konten-konten dari para influencer dan mulai menjadikan  idola influencer yang mereka tonton.

Disebut influencer karena bisa mempengaruhi  dan mengilhami orang lain untuk melakukan sesuatu atau menjadi sesuatu.

Influencer ini juga yang akhirnya membentuk pola pikir anak-anak untuk berkeinginan menjadi influencer atau YouTuber seperti para idolanya.

Salahkah anak-anak bercita-cita menjadi seorang YouTuber?

Jawabannya  Salah! tapi itu menurut opini saya.
Mungkin ada yang protes.

'kok salah! Menjadi seorang YouTuber Kan bisa terkenal dan menghasilkan banyak uang?"

Ia benar kalau bisa menjadi YouTuber yang terkenal dan sukses.

Tapi Kalau ternyata gagal sementara anak-anak kita tidak mempunyai rencana cadangan atau cita-cita lain, tidak punya background pendidikan tang baik serta tidak mempunyai keahlian lain, lantas mereka menjadi apa?

Yang ada anak kita menderita stres ataupun depresi jadinya.

YouTuber bisa menghasilkan banyak uang, tapi perlu dicatat dan digaris bawahi kalau menjadi YouTuber itu tidak mudah dan tidak semuanya bisa berhasil dan sesukses Ryan atau Anastasia, banyak juga yang gagal walaupun sudah melakukan banyak usaha.

Dan juga perlu dicatat banyak anak-anak muda demi membuat konten yang bisa viral dan meraih banyak penonton membuat video prank yang tidak bertanggungjawab seperti memberi bantuan  sembako ternyata di dalamnya berisi sampah.

Ada juga YouTuber asal Palembang juga melakukan prank yang hampir mirip berupa daging kurban berupa sampah, ataupun prank-prank lainnya yang tidak bertanggung jawab dan ujung-ujungnya bukan mendapatkaan viewer malah berurusan dengan hukum.

Banyak juga para YouTuber demi mendapatkan subscribers dan viewer menggunakan aplikasi atau cara-cara yang tidak benar dan menyalahi aturan YouTube, dan tentu saja pada akhirnya pihak YouTube mengetahuinya dan mensuspend atau menghapus akun-akun yang bermasalah tersebut.

Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, dimasa depan mereka akan menjadi pekerja di berbagai bidang atau sektor dan juga menjadi pemimpin.  Apa jadinya nasib suatu bangsa kalau semua anak bercita-cita menjadi YouTuber?

Untuk anak-anak yang bercita-cita menjadi YouTuber perlu ditekankan:

'Kalau kamu tidak berhasil menjadi YouTuber, kamu mau menjadi apa?'

Kalau begitu apakah buruk Kalau anak-anak menjadi YouTuber?

Jawabannya: 'Tidak. Malah perlu didukung.'

"Kok tidak konsisten dengan penjelasan di atas?

Sebagai orangtua harus memberikan support dan apresiasi untuk setiap keinginan dan cita-cita anaknya supaya anak tersebut dapat berkembang.

Orangtua tidak boleh langsung menolak mentah-mentah keinginan anak-anaknya karena justru dapat mematahkan semangat dan kepercayaan diri anaknya.

Untuk anak-anak yang bercita-cita menjadi YouTuber, para orangtua  sebaiknya memberikan pemahaman bahwa  dunia ini mempunyai banyak bidang ilmu ataupun pekerjaan yang menarik, dan masa muda cuma sekali. 

Maka orangtua menekankan agar anak-anak tidak fokus hanya menjadi YouTuber saja tetapi tetap harus belajar dan menimba banyak ilmu dan keahlian melalui pendidikan formal dan informal, membaca banyak buku untuk referensi, dsb. sehingga pikiran dan wawasan mereka terbuka.

Lalu mulai mencari tahu apa yang menjadi passion atau keinginan terbesar mereka dan temukan atau kenali talenta bawaan yang telah mereka miliki dan kemudian mengasahnya dan itu bisa menjadi pekerjaan yang benar-benar diinginkan. Di dalam proses belajar tersebut tekankan anak-anak bisa menjadi YouTuber sebagai hobi yang menyenangkan dan bisa dilakukan bersamaan.

Banyak YouTuber menjadi YouTuber berawal dari berbagi informasi tentang pekerjaan mereka ada YouTuber merupakan seorang pilot, dokter, desainer, koki, dsb.

Ada juga YouTuber yang masih mahasiswa berbagi pengalaman bagaimana kehidupan mereka selama kuliah di luar negeri dan bagaimana mereka bisa mendapatkan beasiswa keluar negeri seperti YouTuber Jereme Polin lewat kanal YouTube nya Nihongo Manttappu. 

Walaupun sudah menjadi YouTuber terkenal,  Jerome Polin tidak berhenti kuliah bahkan bercita-cita menjadi Menteri pendidikan.

Saya pernah menonton Chanel tentang tutorial penggunaan aplikasi, dimana pemilik Chanel ini bercerita tentang penghasilannya di YouTube melebihi gajinya sebagai karyawan dan akhirnya memutuskan resign dan memilih total menjadi YouTuber.

Menurut saya sangat disayangkan sekali jika dia harus resign karena dia masih muda dan masih banyak ilmu dan pengalaman dari dunia kerja yang mesti dia peroleh dan rasakan. Seharusnya dia bisa menyeimbangkan menjadi YouTuber dan kerja.

Karena dia belum tahu masa depan menjadi YouTuber 10 tahun mendatang apalagi Chanel tentang tutorial begitu menjamur dan tingkat persaingannya tinggi.

Jadi menurut saya sebaiknya anak-anak tidak menjadikan YouTuber sebagai cita-cita tetapi sebagai hobi.

Sehingga ketika mereka menjadikannya Hobi maka mereka tidak terobsesi Menjadi YouTuber terkenal dan juga tidak menjadi stres ataupun depresi ketika tidak berhasil menjadi YouTuber terkenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun