Tidak cukup memposting di medsos seperti FB, IG, ataupun WA, momen-momen anak yang terekam lewat  foto dan video. Orang tua juga mulai membagikannya lewat YouTube, Tiktok tentu saja dengan harapan ditonton banyak orang dan syukur-syukur bisa menjadi terkenal dan menghasilkan banyak uang.
Dari sekian banyak orangtua yang menjadikan anak mereka YouTuber  mungkin hanya segelintir yang menjadi YouTuber  terkenal dan sukses, mungkin lebih banyak yang gagal.
Jadi suatu saat jangan kaget Kalau anak-anak anda mengatakan kepada anda bahwa mereka bercita-cita menjadi YouTuber karena andalah yang memperkenalkan dan menanamkan keinginan tersebut ketika anda ingin menjadikan mereka YouTuber sedari mereka balita bahkan mungkin bayi.
2. Â Faktor Influencer
Anak-anak diperkenalkan gadget oleh orangtuanya mungkin sejak mereka masih bayi. Ketika bayi menangis terkadang para orangtua menunjukkan kartun anak-anak yang lucu ataupun lagu anak-anak yang riang dengan gerakan lucu dan menarik kepala bayi mereka yang menangis, dan ajaibnya tangisan bayi mereka langsung berhenti, sehingga orangtua terbiasa memberikan gadget sebagai solusi untuk mendiamkan tangisan anak mereka.
Orangtuapun  ada yang sudah membuatkan akun medsos seperti FB, ataupun IG untuk anak mereka yang masih balita, walaupun orangtua yang masih menghandle dan memposting konten di medsos tersebut.
Anak-anak kelas 4 SD bahkan sudah ada yang membuat sendiri akun medsos seperti: FB, IG, Twitter, WA ataupun YouTube, dan mulai memposting atas inisiatif mereka sendiri.
Mereka mulai memiliki konten-konten kesukaan mereka sendiri dan menonton konten-konten dari para influencer dan mulai menjadikan  idola influencer yang mereka tonton.
Disebut influencer karena bisa mempengaruhi  dan mengilhami orang lain untuk melakukan sesuatu atau menjadi sesuatu.
Influencer ini juga yang akhirnya membentuk pola pikir anak-anak untuk berkeinginan menjadi influencer atau YouTuber seperti para idolanya.
Salahkah anak-anak bercita-cita menjadi seorang YouTuber?