Mohon tunggu...
Ida S
Ida S Mohon Tunggu... Freelancer - https://www.facebook.com/share/15caRE7VfE/

Soshite Ikiru

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

4 Alasan Kurang Tepat Bertahan di Perusahaan yang Tidak Mempunyai Peningkatan Karir

24 September 2020   20:40 Diperbarui: 24 September 2020   20:45 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak orang yang memilih bertahan di perusahaan tempat dimana dia bekerja bukan karena perusahaan tersebut bagus dan bisa memberikan fasilitas atau benefit yang memuaskan karyawannya tetapi dikarenakan mereka terlena berada di zona nyaman yang sebenarnya tidak nyaman.

Ada banyak alasan yang membuat mereka bertahan di perusahaan tersebut, walaupun perusahaan tersebut tidak memberikan peningkatan dan keuntungan apa-apa untuk penghasilan dan karir mereka.

4 Alasan Kurang Tepat Untuk Bertahan di Suatu Perusahaan yang Tidak mempunyai  peningkatan karir adalah:

1.  Susah mencari pekerjaan jadi jangan berhenti dulu sebelum dapat gantinya.

Saya mempunyai beberapa teman yang bekerja di perusahaan yang banyak konflik tidak sehat, tidak ada peningkatan karier, tidak ada hal baru ataupun  pengetehkan baru yang bisa dipelajari, dsb.

Mereka sudah tidak betah bekerja disana tapi untuk resign takut dengan alasan susah mencari pekerjaan jadi jangan berhenti dulu sebelum dapat gantinya.

Saya pun pernah memakai alasan ini untuk bertahan di suatu perusahaan, padahal perusahaan tersebut tidak mempunyai peningkat  karir, tidak ada ruang untuk saya berkembang dan mempelajari hal-hal dan pengetahuan yang baru, belum lagi, sistem kerja dan sop perusahaan juga banyak tidak sesuai dengan peraturan Depnaker mulai dari jam kerja yang lebih panjang  tanpa ada uang lembur, tidak ada pengangkatan untuk menjadi karyawan tetap, jadi karyawan berstatuskan kontrak yang diperpanjang terus-menerus.

Tanggung jawab pekerjaanpun besar tidak sesuai dengan gaji yang diberikan.

Awalnya saya bertahan karena berada di zona nyaman yang sebenarnya tidak nyaman.

Ada berbagai kejadian yang disebabkan oleh kesalahan karyawan lain tapi saya ikut dirugikan dan kena imbasnya karena itu bagian tanggung jawab pekerjaan saya.

Kemudian saya mencoba melamar pekerjaan di perusahaan lain, tapi untuk izin keluar kantor  walau hanya sebentar saja tidak mudah, apalagi sampai izin tidak masuk kerja, ini lebih sulit lagi karena peraturan perusahaan  sangat ketat 

ditambah lagi bosnya juga sangat curigaan kalau ada yang tidak masuk atau izin agak dipersulit bahkan tidak diperbolehkan izin kalau tidak ada alasan yang tepat dan bukti misalkan kalau tidak masuk kerja dengan alasan sakit walaupun hanya satu hari harus ada surat keterangan dokter.
Izin tidak masuk kerja selain karena sakit dan ada surat keterangan  dokter, bisa izin untuk urusan urgen dan diluar itu izin tidak diberikan.

Akhirnya saya jarang melamar di perusahaan lain. Sementara saya sudah tidak bergairah lagi kerja di perusahaan tersebut, apalagi sejak ada berbagai pelanggaran berat yang dilakukan karyawan lain, dan saya kena imbasnya, dan ikut bertanggung jawab dalam hal penggantian materi, dan akibat itu juga mulai ada konflik di kantor membuat saya semakin tidak betah di perusahaan tersebut.

Saya ingin mengundurkan diri tapi takut karena belum mendapatkan pekerjaan lain, jadi takut pengangguran dan sangat sulit mendapatkan pekerjaan pada waktu itu apalagi peluang kerja di daerah tidak sebanyak peluang kerja di ibukota.

Sementara untuk melamar kerja ditempat lain terkendala dengan sulitnya izin keluar kantor pada saat tes. Walaupun tidak betah dan tersiksa,  saya terpaksa bertahan cukup lama di perusahaan tersebut karena takut jadi pengangguran.

Sampai suatu saat di puncak titik jenuh, saya mulai aktif lagi melamar pekerjaan baru dan saya pun mulai sering mengikuti rekruitmen tes dan saya mencari berbagai alasan untuk bisa izin sebentar keluar kantor ataupun izin tidak masuk kerja sama sekali.

Tentu saja dalam satu bulan itu ada beberapa kali saya izin dan tentu saja saya mendapat teguran, sindiran dari bos saya. Akhirnya saya berhasil resign setelah mendapatkan kerja baru.

Tapi menurut saya seharusnya dari sejak lama saya memberanikan diri untuk resign karena saya merasa kehilangan golden time sebagai orang muda yang mempunyai banyak mimpi dan banyak hal yang ingin dipelajari dan dicoba di dunia kerja.

2.  Malas memulai sesuatu yang baru dan harus beradaptasi lagi dari awal dengan lingkungan baru, pekerjaan baru dan bos baru.

Saya juga mempunyai banyak kenalan yang sudah bosan dan jenuh bekerja di perusahaan  tapi mereka memilih bertahan di perusahaan tersebut karena malas memulai sesuatu yang baru dan malas harus beradaptasi lagi dari awal dengan lingkungan baru, pekerjaan baru dan bos baru. Mereka memilih terus berada di zona nyaman yang sebenarnya tidak nyaman.

3. Perusahaan yang baru belum tentu lebih enak dari perusahaan yang sekarang jadi terlampau berisiko harus meninggalkan pekerjaan lama demi sesuatu yang belum pasti.

Itu mungkin ada benarnya tetapi kalau tidak pernah mencoba masuk kedalam perusahaan tersebut kita tidak pernah tahu yang ada di dalamnya bisa jadi perusahaan tersebut lebih bagus dari perusahaan kita saat ini dan seandainya kita ada kesempatan masuk ke perusahaan tersebut tapi kita tolak, mungkin suatu saat nanti akan kita sesali.

Saya pernah bekerja di satu perusahaan keluarga, walaupun sudah berbentuk PT tapi manajemen perusahaan  ini masih memakai manajemen keluarga yang peraturannya suka-suka  owner perusahaan.

Masalahnya si owner ini temperamental, cerewet dan tiap hari ada saja hal-hal sepele yang dijadikan alasan untuk marah.

Ketika saya baru masuk di perusahaan ini setiap hari saya melihat bos saya memarahi teman-teman saya sekantor, kebetulan teman saya sekantor ini anak-anak muda yang masih termasuk fresh graduate karena hampir satu tahun mereka bekerja disini.

Ketika saya tanya sampai berapa lama mereka bertahan untuk bekerja disini karena bos pemarah bahkan kalau marah pernah melempar sesuatu misalkan kertas yang baru di print yang jumlahnya banyak dan setelah melempar dia menyuruh karyawan tersebut memungut kembali kertas yang di lemparnya.

Ketika ditanya seperti itu, Mereka bilang butuh pengalaman kerja, kalau itu ada benarnya.
Tapi mereka juga melanjutkan: "Perusahaan yang baru belum tentu lebih enak dari perusahaan yang sekarang jadi terlampau berisiko harus meninggalkan pekerjaan lama demi sesuatu yang belum pasti. Dan mendapatkan bos yang pemarah anggap saja untuk latihan mental."

Saya tertawa dan berkata dalam hati, memang ini militer pakai latihan mental. Bukannya latihan mental tapi lama-kelamaan bisa membuat kalian stres dan justru kalian yang jadi pemarah.

Saya tidak lama bekerja di perusahaan tersebut hanya sekitar 2 bulan. Selain karena bosnya pemarah, manajemen perusahaan ini buruk dan merugikan karyawan. Selain tidak berkembang malah keahlian yang dimiliki seperti terkukung.
Teman-teman saya yang masih muda masih bertahan disana. 

Menurut saya sangat disayangkan  mereka masih bertahan sampai dengan sekarang karena mereka masih muda dan masih bisa berkembang untuk mencapai karir yang mereka inginkan dan masih bisa mempelajari banyak hal-hal dan pengetahuan baru.

4.  Tidak bagus menjadi Job Hopper karena ujung-ujungnya  bisa jadi Jobless.

Banyak yang beranggapan menjadi Job Hopper itu tidak baik dan bisa berakibat menjadi jobless dan hal tersebut menjadi alasan banyak orang untuk bertahan di perusahaannya walaupun tidak betah.

Menurut saya tidak salah menjadi Job Hopper selagi  perusahaan tempat bekerja itu memang tiidak memberikan peningkatan karir, gaji yang tidak sesuai, lingkungan yang tidak  nyaman, terlampau banyak konflik di perusahaan tersebut, dsb.

Selagi masih muda  menjadi Job Hopper tidak masalah karena dengan menjadi Job Hopper  seseorang mempunyai banyak asam garam di dunia kerja, dan tentu saja banyak keahlian yang didapat. Hanya saja harus ada target atau batasan seperti: sampai umur berapa akan berpetualang menjadi Job Hopper.

Mulailah  menetap di suatu perusahaan dan membangun karir yang diinginkan ketika mendekati batasan umur untuk menjadi Job Hopper.

Jika sampai umur yang ditetapkan masih belum menemukan pekerjaan yang cocok atau nyaman mungkin harus ada rencana cadangan seperti membuka usaha sendiri.

Selagi masih muda dan kesempatan di depan masih terbentang luas, sangat disayangkan jika harus memilih bertahan di suatu perusahaan yang tidak memberikan keuntungan apa-apa bahkan mungkin malah merugikan karena alasan-alasan di atas.

"Kok bisa merugikan? Padahal kan kerja digaji!"

Tapi jika hasil yang diterima tidak sebanding dengan pendidikan dan keahlian yang dimiliki, pengorbanan yang diberikan seperti: pikiran, tenaga dan waktu yang didedikasikan untuk perusahaan dan pekerjaan yang dimiliki.

Don"t waste your time untuk pekerjaan yang tidak memberikan keuntungan apa-apa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun