Mohon tunggu...
Ida S
Ida S Mohon Tunggu... Freelancer - Joyful

Soshite Ikiru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Burukkah Menjadi Tua?

15 September 2019   21:50 Diperbarui: 15 September 2019   22:01 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini Sekolah Minggu gereja kami mengunjungi Panti Werdha atau Panti Jompo, yang ada di kota kami Palembang. Mengajak anak-anak sekolah minggu ke Panti Jompo adalah bertujuan mengajarkan Anak-anak Sekolah Minggu untuk memiliki kasih, keperdulian, dan perhatian kepada orang tua atau lansia yang tinggal di Panti Jompo.

dokpri
dokpri
Para lansia yang tinggal di Panti Jompo ini mempunyai berbagai cerita kenapa mereka bisa ada disana. Ada yang memang tidak memiliki keluarga sama sekali, atau ada yang memiliki keluarga tapi tidak mau merepotkan keluarganya, ada yang memang menginginkan tinggal di Panti Jompo karena di panti Jompo mempunyai teman-teman sesama lansia sehingga dapat memahami problem yang dihadapi sesama lansia.

dokpri
dokpri
Tapi hidup jauh dari keluarga ataupun tidak mempunyai keluarga dapat menimbulkan rasa sepi di hati para lansia yang tinggal di Panti Jompo, sehingga jika ada kunjungan dari orang-orang yang perduli kepada mereka dapat menjadi penghiburan buat para lansia ini bahwa mereka juga diperhatikan oleh orang lain.

dokpri
dokpri
Kondisi kesehatan para lansia ini bermacam-macam ada yang tetap sehat, tapi ada juga yang sakit. Dengan mengunjungi Panti Jompo, Anak-anak sekolah Minggu dapat melihat secara langsung kondisi para lansia, dan hal itu dapat menumbuhkan rasa kasih dan keperdulian anak-anak kepada orang tua yang sudah lansia. Mereka pun dapat lebih menghormati dan menghargai orang tua dan para lansia.

dokpri
dokpri
Para lansia ini dulu pernah melewati fase menjadi bayi, anak, remaja, dewasa. Dan akhirnya menjadi tua. Artinya para lansia tersebut pernah menjadi gagah, produktif dan karena usia ataupun sakit, tubuh mereka pun mulai melemah. Waktu itu berlalu dengan cepat, itulah yang dialami para lansia.

Saya masih ingat cerita ibu saya tentang masa remaja dia dulu, dan di akhir cerita tersebut, ibu saya katakan seperti baru kemarin saja dia mengalami masa remaja, padahal sekarang dia sudah tua. 

Pada saat ibu saya menceritakan hal itu, usianya masih 45 tahunan. Sekarang ibu saya ber usia 70 tahun. Waktu ibu saya bercerita tentang masa remajanya itupun seperti baru kemarin padahal sudah diceritakan 25 tahun yang lalu.

Jadi setiap orang pasti menjadi tua, siap atau tidak siap ketika Tuhan memberikan seseorang panjang umur akan melewati fase menjadi tua. Seseorang pasti berharap panjang umur dan sehat, tapi untuk menjadi tua, mungkin secara tidak sadar banyak orang yang menolaknya karena takut menjadi tua.

Kenapa saya katakan banyak yang menolak untuk menjadi tua? Karena menjadi tua itu artinya tubuh kita mulai melemah, tulang-tulang kita mulai merapuh, kulit wajah kita mulai mengendur, dan berkeriput, mata, alis, mulai turun, kantong mata kita mulai membesar dan lainnya sebagainya.

Dan tidak semua orang siap untuk menerima hal itu, bahkan untuk terlihat muda banyak orang yang melakukan treatment di klinik-klinik kecantikan, seperti dermal filler, botox, suntik pemutih, Thread Lift dan berbagai treatment lainnya  Treatment ini dilakukan untuk mengencangkan kulit, dan agar kulit tetap terlihat sehat dan halus. 

Biaya untuk treatment tentu saja tidak murah, ada yang 50 jutaan sekali treatment. Walaupun harga untuk sekali treatment mahal tapi banyak orang melakukannya dan rela mengeluarkan uang yang banyak untuk bisa terlihat, cantik, tampan, awet muda dan mempesona,  bahkan demi hasil yang instant banyak orang rela melakukan operasi plastik.

Kebutuhan untuk tetap awet muda membuat klinik-klinik kecantikan semakin menjamur dan setiap klinik-klinik kecantikan bersaing menawarkan berbagai macam treatment terkini dan termutakhir.

Maka ketika seseorang di puji awet muda maka pastilah orang tersebut senang tapi jika seseorang itu disangka lebih tua dari usia sebenarnya, maka bisa berdampak hebat bagi seorang wanita, seperti video viral yang baru-baru ini terjadi dimana tampak seorang wanita paruh baya sangat marah kepada seorang perempuan muda. 

Keributan antara wanita paruh baya dengan perempuan muda tersebut terjadi gara-gara wanita paruh baya itu dipanggil nenek oleh perempuan muda tersebut. Perempuan muda ini mengira wanita paruh baya tersebut nenek dari seorang anak kecil yang duduk disampingnya.

Beberapa tahun yang silam saya ke Mall bersama seorang teman yang masih berusia awal 20-an. Di mall tersebut kami dihampiri seorang SPG dengan menawarkan brosur serta contoh produk, kebetulan saya mendapat telpon sehingga saya tinggalkan teman saya itu. 

Ketika saya selesai menerima telpon, teman saya itu menghampiri saya dengan langsung mengomel karena dia kesal SPG itu memanggilnya bunda, teman saya tidak rela dikira sudah menikah dan mempunyai anak, karena usianya masih awal 20-an.

"Memang tampang saya sudah keliatan ibu-ibu, apa? Kata teman saya dongkol.

Jangankan teman saya yang masih usia 20-an, wanita yang berusia 30-an pun jika belum menikah banyak tidak rela dipanggil bunda.

Kenapa banyak orang yang ingin awet muda dan terlihat cantik?

Untuk wanita yang belum menikah mungkin jawabannya karena belum menikahlah agar tetap bisa terlihat cantik, dan bahkan ada yang mengatakan perempuan muda banyak maka untuk bisa dilirik para pria ya, harus kelihatan cantik dan awet muda.

Untuk wanita yang sudah menikah, bisa jadi jawabannya agar suami mereka betah di rumah dan tidak tertarik wanita idaman lainnya.

Atau mereka berusaha untuk tampil awet muda karena berhubungan dengan pekerjaan mereka sebagai artiskah, publik figurkah, atau pekerjaan yang menuntut mereka selalu berhubungan dengan customer dan pekerjaan lainnya yang menuntut penampilan sempurna dari mereka.

Kalau begitu burukkah menjadi tua? Sampai setiap orang berlomba-lomba untuk menjadi awet muda.

Atau memang dunia yang kita tinggali ini adalah dunianya para orang muda sehingga orang tua pun berlomba-lomba menjadi muda untuk bisa diterima di tengah-tengah masyarakat?

Atau juga memang karena menjadi tua itu seperti memalukan apalagi jika itu untuk wanita yang belum menikah di usia tua, maka sering dikenal dengan istilah perawan tua, bahkan sering di ejek ataupun jadi bahan gunjingan karena status mereka yang belum menikah di usia yang lebih dari cukup.

Saya ingat sebuah scene di drama Korea, di Dalja Spring yang bergosip di toilet yang menggosipin rekan kerja mereka yang belum menikah, padahal usianya sudah 33 tahun, dan yang bergosip ini wanita muda awal 20-an. Si wanita yang digosipin ini sebenarnya sedang ada di toilet, mendengar teman-temannya bergosip tentang dia tentu saja membuatnya marah dan curhat dengan teman akrabnya.

Ada juga sebuah scene di drama Korea, Mr. Dignity tentang seorang wanita muda awal 20-an yang beradu mulut dengan wanita berusia 35 tahunan yang belum menikah. 

Wanita muda yang sombong ini bangga dengan kemudaannya dan mengejek wanita yang berusia 35 tahun tersebut. Wanita dewasa tersebut mempunyai jawaban yang cukup telak menurut saya dan membuat wanita muda itu terdiam.

"Wajar saja kalau kau cantik karena kau masih muda, tapi ingat! kau tidak selamanya terus muda, kaupun pasti menjadi tua, dan jika nanti kau sampai pada usiaku belum tentu kau secantik dan seawet muda diriku."

Fakta yang terjadi di dunia nyata pun membuktikan banyak orang muda yang kurang menghormati orang yang lebih tua, baik dengan perilaku ataupun ucapannya. Orang muda bangga dengan kemudaannya dan kadang-kadang meremehkan orang yang lebih tua.

Misalkan di lingkungan kantor, jika terdapat wanita yang belum menikah di usia 30 tahunan ke atas, seringkali jadi bahan gunjingan, cemoohan, dan dilabeli perawan tua.

"Wajar si anu cerewet karena dia perawan tua". Bahkan stigma seperti itupun melekat.

Atau di dalam organisasi, kumpulan, kantor orang-orang muda seringkali meremehkan orang tua, bahkan mereka merasa paling pintar, dan jika terjadi perdebatan dengan arogannya dan suara tinggi orang muda ini tidak mau mengalah. Jika ada orang tua yang bersikap arogan atau sombong atau bersikap tidak sesuai umur, sering kali orang-orang muda berkata:

 "Padahal Bapak/Ibu itu sudah tua tapi tidak tahu malu dan tidak bersikap seusianya".

Sering kali orang muda menyerang orang tua dengan perkataan kata "Tua, Perawan tua, dan lain sebagainya yang menunjukkan usia".

Apakah hal itu bisa disebut Age Shaming?"

Dulu saya pernah menonton acara di Oprah Winfrey Show, saya sedikit lupa ceritanya, tapi ada seorang wanita muda usia awal 20-an yang mengikuti tantangan menyamar menjadi nenek usia 60 tahunan, dan hidup bergaul dengan para lansia. Wanita muda ini untuk beberapa waktu lamanya menyamar menjadi wanita tua dan bergaul dengan para lansia. 

Menyamar menjadi nenek membuat wanita muda ini merasakan bagaimana menjadi tua di tengah masyarakat,  dan dia juga lebih memahami perasaan para lansia sejak bergaul dan menjadi komunitas mereka. 

Akhirnya setelah tantangan itu selesai wanita muda itu yang dulunya kurang respek dan hormat kepada para lanisia berubah sikap, jauh lebih hormat,perduli dan menjaga sikap dan perkataan kepada orang tua.

Jadi ketika mengungjungi Panti Jompo bukan hanya menanamkan bibit kasih dan keperdulian Anak-anak Sekolah Minggu kepada orang tua dan para lansia, tapi juga membuat saya semakin tersadar bahwa saya pun akan menjadi tua dan lemah, oleh karena itu saya harus menghormati orang tua dan para lansia dan siap menjadi tua.

Orang muda janganlah bangga dengan kemudaannya dengan meremehkan orang tua, tapi banggalah karena prestasi dan mimp-mimpi besar masih terbentang lebar. Terutama hormatilah orang tua dan para lansia karena orang mudapun nantinya akan menjadi tua.

Jika orang muda menghormati dan menghargai orang tua, maka yang tua berkata tidak buruk menjadi tua, walaupun kulit seluruhnya sudah keriput, tapi ditahun-tahun hidup yang sudah dilaluinya dapat menjadi teladan bagi orang muda dan pengalaman hidup yang berharga dapat dibagikan bagi orang-orang muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun