Film ini cerita nya memang sederhana tentang seorang ayah yang mengasihi anaknya tetapi karena rasa bersalah yang sangat besar lebih memilih menjauh dari anaknya dan berusaha tidak merepotkan anaknya lagi. Dan sang anak yang menimbun kekecewaan dan rasa marah dan juga capek karena terbebani dengan masalah keluarga memilih untuk tidak menghubungi keluarganya lagi dan membangun tembok untuk keluarganya sehingga perasaan kasih menjadi tawar
Realita yang sering dihadapi banyak keluarga di masa sekarang di mana karena berbagai persoalan hubungan keluarga menjadi hancur ataupun dingin.
Orang tua tidaklah sempurna, dan jika orang tua berbuat salah kepada anak, hendaknya orang tua juga mau minta maaf kepada anaknya sekaligus menyatakan terima kasih kepada anak-anaknya untuk perbuatan baik anak-anaknya karena itu bisa menyembuhkan luka dan kekecewaan anak terhadap orang tua.
Seorang anak sekalipun orang tua tidaklah sempurna tidak seharusnya menjauh dari keluarga dan membiarkan hati menjadi keras dan kasih menjadi tawar. Jika marah katakan marah tetapi dan ungkapkan segala kekecewaan yang ada di hatinya sekalipun mungkin orang tua tidak memahami tapi setidaknya sudah dikomunikasikan, hanya tinggal kerendahan hati dan kerelaan anak untuk dapat memahami dan menerima kelemahan orang tuanya tanpa menjadi suatu beban.
Komunikasi dan keterbukaan dan saling mendengarkan, saling memahami sangatlah penting diantara keluarga, jangan sampai terlambat, seperti film ini ketika hubungan mereka pulih mereka tidak lagi dapat befoto keluarga yang lengkap karena orang tua mereka sudah tiada.
Keluarga memang tidak sempurna, kadang menjengkelkan, kadang merepotkan, kadang membebani tapi sebenarnya keluarga adalah anugerah dan hal yang terpenting di dunia ini, karena keluarga adalah sumber kekuatan serta inspirasi dan juga sebuah rumah untuk kita berlabuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H