Mohon tunggu...
Ida S
Ida S Mohon Tunggu... Administrasi - Joyful

Youtube: https://www.youtube.com/channel/UC_VcRcUxjRCthjILM9AmNAA/ my blog: https://agrace2011.blogspot.com/ https://mywishes09.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Uniknya Pesta Pernikahan Orang Batak Toba di Kampung Sarulla

30 November 2018   17:04 Diperbarui: 30 November 2018   21:58 1650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya belum pernah menghadiri pesta pernikahan adat Batak di kampung, jadi sewaktu sepupu saya menikah, saya memutuskan untuk datang menghadiri pesta pernikahan sepupu saya tersebut. Pernikahan adat Batak Toba walaupun secara garis besarnya sama, tapi untuk setiap kota atau daerah memiliki sedikit perbedaan sesuai dengan masing-masing daerahnya.

Sepupu saya adalah anak dari tulang saya yang berasal dari kampung Onan Hasang, sementara calon suaminya berasal dari Kampung Sarulla. Pesta adat akan dilaksanakan pihak Paranak, berarti pesta akan diadakan di Kampung Sarulla. Pernikahan orang Batak Toba di Sarulla sedikit berbeda dari kota saya tinggal yaitu, Palembang.

DOK.PRIBADI
DOK.PRIBADI
Di dalam acara pernikahan adat Batak Toba, dimulai dengan acara Marsibuhai-buhai sebelum acara pemberkatan nikah di gereja, di mana pengantin pria beserta keluarga menjemput pengantin wanita di rumah.

Dalam acara Marsibuhai-buhai biasanya pengantin pria memberikan bunga tangan kepada pengantin wanita dan pemasangan korsase oleh pengantin wanita dilanjutkan dengan penyerahan daging babi oleh pihak Paranak dan penyerahan ikan mas oleh pihak Parboru, dilanjutkan dengan makan pagi bersama. 

Marsibuhai-buhai ini biasanya diadakan di rumah, tapi di kota Palembang acara tersebut sering dilaksanakan di gedung yang dipakai untuk acara pesta adat, hal ini demi kepraktisan supaya empunya hajatan tidak direpotkan lagi menyiapkan makan pagi.

makan pagi di acara Marsibuhai-buhai
makan pagi di acara Marsibuhai-buhai
Di kampung, acara Marsibuhai-buhai ini masih tetap dilaksanakan di rumah, dan uniknya makan pagi di acara Marsibuhai di kampung, tidak menggunakan piring tapi menggunakan kertas cokelat untuk pembungkus nasi yang dibagikan kepada para undangan yang hadir. 

Orang-orang yang bertugas membagikan makanan, membawa ember yang berisi lauk seperti daging, ikan, dan nasi mendekati setiap tamu undangan dan menuangkan makanan yang mereka bawa itu ke kertas coklat yang telah dibagikan. Saya baru pertama kali merasakan makan ala begini di acara marsibuhai-buhai. 

Dilihat dari segi kepraktisan memang sangat praktis karena yang empunya hajatan tidak perlu direpotkan untuk mencuci piring dan membereskan bekas makan, karena setelah makan kertas nasi tadi bisa langsung dibuang.

Pengantin sedang diberikan ulos oleh orangtua wanita
Pengantin sedang diberikan ulos oleh orangtua wanita
Pernikahan adat di kota Palembang biasanya menyewa gedung serba guna yang ada di dalam lingkungan gereja, sehingga begitu selesai pemberkatan nikah di atas gereja bisa langsung turun dan masuk ke gedung serba guna untuk pesta adat. 

Di Kampung Sarulla, pesta diadakan di Onan (pasar), dan jarak dari gereja HKBP Sarulla ke Onan berkisar beberapa ratus meter. Setelah ibadah pemberkatan selesai, pengantin diarak menuju Onan sambil diiringi musik terompet yang dimainkan oleh beberapa pemain musik. 

Pemandangan unik seperti ini tidak akan didapatkan di acara pernikahan orang Batak Toba di Palembang, tetapi bisa dilihat pada acara pernikahan orang Batak Toba di Kampung Pahae di mana Kampung Onan Hasang, dan Sarulla termasuk wilayah Pahae.

Pengantin memasuki Onan
Pengantin memasuki Onan
Nah, yang paling unik itu adalah pesta di Onan (pasar). Pernah ke pasar tradisional? Kalau pernah, pasti tahukan bagaimana kondisinya, apalagi pasar tradisional di kampung tidak sebagus pasar tradisional di kota. 

Pasar di Kampung Sarulla buka di hari tertentu saja, tapi di hari Minggu pasar ini tutup, hanya ada beberapa penjual seperti penjual gorengan, es dan makanan kecil lainnya. Di kampung pesta adat diselenggarakan di Onan, dan tempat untuk pelaminan pengantin beserta keluarganya duduk telah dipersiapkan, untuk tamu undangan yang mempunyai peran di acara adat pesta juga telah dipersiapkan.

Keluarga dan undangan memasuki Onan
Keluarga dan undangan memasuki Onan
Tapi uniknya di pesta adat di kampung ini ketika pesta adat dimulai, Paranak terlebih duahulu masuk dan beracara, sedangkan pihak Parboru belum boleh masuk, tetapi harus menunggu di dalam pasar sampai tiba waktunya boleh masuk. Kami adalah pihak Parboru, jadi kami harus menunggu. 

Selama menunggu itu ada yang berdiri dan ada yang duduk. Kondisi pasar itu kotor maka yang memilih duduk harus menggunakan alas supaya baju tidak kotor para wanita yang memilih duduk lesehan harus menyiapkan sarung untuk menutupi kaki mereka. Sudah berdandan cantik-cantik memakai kebaya dan bersanggul tapi harus duduk, kebayangkan bagaimana susahnya duduk lesehan, tapi kalau tidak hanya berdiri saja, kaki lumayan pegal dan badan capek.

dok.pribadi
dok.pribadi
Jarak lantai pasar dengan tanah cukup tinggi jadi saya lebih memilih duduk dengan kaki yang menjuntai ke tanah, tapi resikonya saya harus menahan panas dikarenakan atap pasar dari seng dan tempat saya duduk itu tidak semuanya tertutup seng atapnya. Selagi menunggu itu para undangan ada yang membeli gorengan, es dan lain sebagainya ke penjual yang berjualan di situ. Jadi suasananya bukan seperti pesta tapi sedang piknik.

Dikarenakan kepanasan dan telah berdandan cantik, saya agak malas mengambil banyak foto ketika lagi menunggu di Onan ini, padahal banyak momen-momen menarik untuk di foto.

dok.pribadi
dok.pribadi
Pesta adat Batak Toba di Kampung Sarulla berlangsung lebih lama daripada pesta adat Batak Toba di kota Palembang. Hal ini disebabkan banyak sekali ritual dan tortor yang diadakan disini, sementara di palembang ritual dan tortor sudah dikurangi, sehingga mempersingkat waktu pelakasanaan pesta adat. Makan siang pesta pernikahan di Sarulla pun baru bisa dilaksanakan berkisar pukul 15.00 WIB, sementara kalau di Palembang makan siang dilaksanakan berkisar pukul 12.00 WIB. 

Bagi penderita maag seperti ibu saya, biasanya sudah mempersiapkan makanan dari rumah, tapi saya dan beberapa kelaluarga lainnya akhirnya membeli makan siang diluar karena sudah kelaparan. 

Pesta adat di Sarulla baru bisa selesai pukul 20.00 WIB, jadi untuk pengantin harus menyiapkan stamina tubuh agar tetap kuat dan tidak pingsan, dikarenakan dini hari pukul 03.00 WIB pengantin wanita sudah bersalon, dan pelaksanaan pesta adat yang sangat lama, apalagi setelah selesai pesta adat, di rumah pengantin laki-laki biasanya masih ada acara lagi.

Pulang dari pesta adat terasa sangat lelah tapi juga senang karena saya bisa melihat langsung keunikan pesta pernikahan adat Batak Toba di kampung, dan itu semakin memperkaya pengetahuan budaya Batak Toba yang saya miliki.

Note: 1. Paranak (pihak Laki-laki)

          2. Parbouru (pihak Wanita)

          3. Tulang ( Kakak atau adik Laki-laki , ibu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun