Mohon tunggu...
Ida S
Ida S Mohon Tunggu... Freelancer - https://www.facebook.com/share/15caRE7VfE/

Soshite Ikiru

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berkunjung ke Wisata Sejarah Semarang, Tak Cuma Berburu Foto Tapi Juga Belajar tentang Sejarah

28 November 2018   16:48 Diperbarui: 28 November 2018   17:09 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan Negara yang sangat luas wilayahnya, saya  berkeinginan untuk bisa mengunjungi banyak tempat di Indonesia, jadi jika ada waktu dan kesempatan saya pasti akan mewujudkan keinginan saya itu, walaupun hanya sebentar di tempat tujuan, tidak masalah buat saya,  yang penting saya harus mengunjungi tempat-tempat penting yang menjadi landmark daerah itu.

Bulan Agustus 2018 yang lalu, Saudara saya mengajak saya untuk berwisata ke Semarang, kebetulan saya memang belum pernah ke Semarang, saya pun menerima ajakan itu.  Kami berangkat tanggal  Sabtu, 18 Agustus 2018 dan memutuskan naik kereta malam dari Jakarta agar sampai di Semarang hari Minggu pagi, dan tujuan kami pergi ke Gereja Blenduk untuk berwisata sekaligus beribadah, Kami ingin menikmati langsung bangunan bersejarah peninggalan Belanda tersebut, tidak hanya dari luar tapi dari dalam bangunan. Jarak dari Stasiun Kereta Api Tawang ke gereja Blenduk sangat dekat, memerlukan waktu sekitar 10 menit untuk sampai kesana.  Kami tiba pukul 8.00 wib, maka kami bisa mengikuti ibadah yang kedua pukul 9.00 wib.

Dalam Gereja Blenduk/dokpri
Dalam Gereja Blenduk/dokpri
Gereja Blenduk berada di Kota Tua dan di kota Tua tersebut banyak terdapat tempat menarik yang bisa dikunjungi seperti: Taman Srigunting, 3D Trick Art Museum,  Semarang Contemporary Art Gallery, Pasar Klitikan Kota Lama, Persimpangan di tengah kota lama, dsb. Jadi karena masih ada waktu satu jam sebelum ibadah dimulai kami menggunakan waktu tersebut berfoto di taman Srigunting yang asri walaupun kecil tapi menarik untuk dijadikan spot foto apalagi taman Srigunting bersebelahan dengan gereja Blenduk. sehingga dapat mengambil foto dari taman Srigunting dengan latar gereja Blenduk yang megah walaupun sudah berusia  lebih dari dua abad.

Gereja Blenduk dibangun pada tahun 1753 dan merupakan gereja Kristen tertua di Jawa Tengah. Gereja yang merupakan landmark Semarang ini sebenarnya bernama gereja GPIB Immanuel, tetapi karena bangunannya berbentuk kubah maka masyarakat setempat menyebutnya dengan Blenduk.  Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini.  

dokpri
dokpri
Gereja ini dirawat dengan baik, bahkan di dalamnya pun masih tampak megah, ketika masuk, saya membayangkan bahwa dua abad yang lalu gereja ini pernah dipakai oleh orang---orang Belanda untuk beribadah, dan gereja ini masih bisa dipakai sampai sekarang dan saya salah satu orang yang bisa merasakan beribadah disini walaupun bukan orang Semarang. Bangunan ini memang menjadi saksi sejarah untuk sebuah peristiwa dan kisah orang-orang yang hidup di masa lalu yang sekarang sudah tiada.

Kami berada di Semarang, hanya sebentar yaitu cuma 2 hari 1 malam, oleh karena itu kami tidak begitu mengejar target untuk mengunjungi banyak spot-spot widata terkenal di Semarang. Kami hanya ingin menikmati kota Semarang, kuliner khas Semarang, dan yang paling penting mengunjungi beberapa tempat bersejarah yang menjadi landmarks kota Semarang.

dokpri
dokpri
Setelah mengunjungi gereja tertua di  Semarang kami pun mengunjungi klenteng Sam Po Kong., Sam Po Kong merupakan tempat bersejarah karena tempat ini merupakan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok bernama Zheng He atau lebih dikenal dengan nama Cheng Ho. Klenteng ini di perkirakan di bangun pada  abad ke-15, dan di dalamnya terdapat patung Laksamana Cheng Ho yang besar sebagai penghormatan untuk mengenang Laksamana Cheng Ho yang pernah singgah kesini. Klenteng Sam Poo Kong memiliki empat kelenteng di dalamnya, yaitu: kelenteng Dewa Bumi, kelenteng Juru mudi, Kelenteng Sam Poo Tay Dijen dan kelenteng Kyai Jangkar, dan Kelenteng Sam Poo Tay Djien merupakan kelenteng utama dan terbesar di Sam Poo Kong.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Banyak pengunjung yang datang kesini dikarenakan hari Minggu, pengunjung yang datang kesini bertujuan untuk berfoto, karena disini spot-spot fotonya banyak dan menarik, apalagi tarif karcis masuk kesini sangat murah hanya sepuluh ribu rupiah, tidak perlu jauh pergi ke China, berfoto disini sudah memberikan nuansa seperti berada di negeri China yang terkenal dengan klentengnya.

dokpri
dokpri
Kami tidak hanya membeli tiket depannya saja yang seharga sepuluh ribu rupiah tapi juga membeli tiket terusan seharga dua puluh delapan ribu rupiah, sehingga kami  bisa masuk ke daerah sembahyang, dan melihat keempat klenteng itu dari dekat. Kami tidak hanya sekedar berfoto, tapi juga menikmati hasil arsitektur masa lalu, bukti-bukti budaya dan kepercayaan yang terpatri di dalam bangunannya yang menjadi saksi sejarah yang menunjukkan bahwa kota semarang telah dari dahulu penuh dengan keberagaman budaya, kepercayaan yang tidak hanya berasal dari Indonesia tapi juga dari Tiongkok.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Setelah itu kami juga mengunjungi Lawang Sewu yang merupakan museum Kereta Api yang dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Lawang Sewu dahulu adalah kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Masyarakat Semarang menyebutnya Lawang Sewu karena gedung ini mempunyai banyak pintu yang sangat banyak, walaupun sebenarnya pintunya tidak mencapai seribu. Gedung ini juga memiliki jendela yang tinggi dan lebar sehingga masyarakat pun sering mengganggapnya sebagi pintu.

dokpri
dokpri
Lawang Sewu menjadi terkenal di seluruh masyarakat Indonesia,sejak menjadi tempat syuting acara reality show :"Dunia Lain: yang ditayangkan secara langsung oleh sebuah TV Swasta. Sejak itu banyak wisatawan yang datang untuk sekedar berfoto atau uji nyali karena tempat ini dianggap memiliki sejuta nilai mistis  dan mitos ini dipercayai banyak orang.

Pada saat saya berkunjung ke Lawang Sewu, hari kerja jadi tidak banyak pengunjung datang, pengunjung yang datang ini kebanyakan berasal dari luar Semarang dan juga ada beberapa turis asing dari Negara Asia. Wisatawan lokala hanya berburu foto di Lawang Sewu, mereka mengambil foto di spot-spot menarik baik yang ada di luar bangunan, maupun yang ada di dalam bangunan. Berbeda halnya dengan para wisatawan asing ini, mereka lebih tertarik mendengarkan penjelasan guide tour tentang sejarah Lawang Sewu sambil memotret bukti-bukti sejarah itu, hanya sesekali mereka berfoto dengan mereka yang menjadi objek dan bangunan ini menjadi latarnya.

Lawang sewu ini adalah saksi sejarah berlangsungnya pertempuran hebat antara pemuda AMKA (Angkatan Muda Kereta Api) melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang yang berlangsung selama  lima hari di Semarang (14 Oktober -- 19 Oktober 1945).

Mengunjungi tempat-tempat wisata sejarah atau budaya hendaknya jangan fokus untuk berburu spot-spot untuk berfoto menarik tapi hendaknya juga untuk belajar tentang sejarah itu sekaligus menikmati bukti-bukti peninggalan sejarah itu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun