"Karena kau berasal dari biji, kau tidak tahu bijimu itu merupakan keturunan pohon mangga yang  jenisnya baik atau tidak."
Walaupun perkataan burung itu sedikit membuat pohon mangga terpengaruh tapi dia masih tidak percaya dengan ucapan burung. Sampai suatu hari di tanah sebelah, tumbulah beberapa pohon mangga  cangkokan yang di tanam pemiliknya.Â
Hanya membutukan waktu beberapa tahun saja  untuk  pohon mangga cangkokan itu bisa berbuah dan pohon-pohon mangga itu berbuah dengan sangat lebat dan buahnya besar-besar juga manis sekali.
Selain terbebani dengan pikirannya sendiri, pohon mangga biji juga sering disindir oleh pohon mangga cangkokan karena sejak pohon mangga cangkokan berbuah lebat dan buahnya besar-besar serta manis, pohon mangga cangkokan menjadi bangga dan mulai sombong, mereka sering menyindir pohon mangga biji yang masih belum berbuah..
"Manusia sering bilang kita adalah bibit unggul karena kita merupakan keturunan dari pohon mangga yang jenisnya unggul, tidak seperti pohon mangga biji yang tidak jelas asal usulnya." Ujar pohon mangga cangkokan satu kepada teman-temannya yang lain.
"Kalau dilihat sampai sekarang pohon mangga biji masih belum bebuah, kemungkinan besar, dia keturunan dari pohon mangga yang buruk," kata pohon mangga dua sambil memandang pohon mangga biji dengan senyum mengejek.
"Kamu jangan berkata seperti itu karena bisa membuat pohon mangga biji bersedih. Kata pohon mangga tiga pura-pura empati,"
"Bisa saja pohon mangga biji justru berbuat  dan buahnya lebih lebat dari kita nantinya, tapi pasti buah nya sangat asam," lanjut pohon  mangga tiga sambil tertawa keras dan teman-teman lainnya ikut tertawa.
"Kalau aku jadi pohon mangga biji daripada tidak berbuah ataupun buahku asam, lebih baik aku tidak usah pernah tumbuh jadi pohon mangga," kata pohon mangga satu lagi.
"Aku juga begitu," kata teman-temannya yang lain serempak.