Mohon tunggu...
Ida Riyani
Ida Riyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030116

Masih labil, suka berubah-ubah

Selanjutnya

Tutup

Diary

Beauty Privilege, Jadi Orang Cakep Lebih Enak

17 Juni 2021   04:48 Diperbarui: 17 Juni 2021   04:49 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam suatu masyarakat pasti ada yang namanya ketidak setaraan dan dasarnya itu bisa karena ekonomi, ras tertentu, gender tertentu atau agama tertentu, akhirnya didalam dinamika ini ada orang-orang yang mendapatkan keuntungan cuma cuma hanya karena statusnya dia itu punya kuasa yang lebih besar di konteks sosialnya.

Privilege yang paling sering kita dengar adalah male privilege, white privilege (kalo konteksnya di negara-negara barat), class privilege kalo di Indonesia ada muslim orivilege dan jika ada yang diuntungkan dari suatu sistem yang tidak setara, udah pasti akan ada orang-orang yang dirugikan dan biasanya orang-orang yang dirugikan akhirnya akan lebih sensitif dan lebih aware soal ketimpangan tersebut.

Contohnya perempuan dia akan lebih aware dengan gendernya dia, dengan soal patriarki dan isu feminisme dibandingkan laki-laki. Karena memang ketidak setaraan bisa ada karena orang orang yang diuntungkan dari sistem ini terus menerus melestarikannya.

Sebenarnya apa sih hubungannya antara privilege dengan daya tarik seseorang? Padahal kan katanya cakep itu realtif dan subjektif, ternyata ada banyak studi yang membuktikan bahwa memang ada karakteristik fisik yang hampir semua orang setuju kalo hal tersebut masuk kategori cakep.

Physical appereance itu engga cuma berhubungan dengan estetika aja sebenarnya, kenapa akhirnya manusia itu lebih prefer sama orang yang cakep? Hal ini berhubungan sama kesehatan dan kesuburan, jadi berhubungan dengan dua hal yang paling penting untuk melanjutkan eksistensi manusia di muka bumi.

Fitur atay karakteristik pada laki-laki dan perempuan yang dianggap attractive itu biasanya memang adalah pertanda bahwa seseorang tersebut lebih kuat dan lebih sehat contohnya laki-laki dianggap lebih sehat kalau dia punya level testosteron yang tinggi, biasanya laki-laki dengan testosteron yang tinggi tersebut punya fitur muka yang kita anggap ganteng atau maskulin.

Begitu juga dengan perempuan, perempuan dianggap lebih subur kalau level estrogen lebih banyak, nah perempuan seperti ini biasanya punya fitur yang kita anggap attractive. Contohnya kulitnya lebih mulus atau tulang pipinya lebih tinggi.

Orang-orang yang punya daya tarik memang intinya hidupnya lebih enak diberbagai aspek, mereka dianggap lebih pintar, dianggap punya personality yang lebih bagus dan lebih gampang punya pasangan. Padahal berdasarkan study mereka engak lebih pinter, nggak lebih produktif atau pun gak lebih mahir daripada yang engga cakep.

Hanya karena orang cakep itu biasanya punya kepercayaan diri yang lebih tinggi, akhirnya mereka kelihatannya lebih kompeten. Karena orang cakep itu secara umum punya pengalaman hidup yang lebih baik akhirnya itu semua bermanifestasi dan berpengaruh ke diri dia.

Stereotype gender sebenarnya berhubungan dengan beauty privilege, perempuan yang cantik kalau dia feminim, laki-laki dianggap lebih ganteng kalau dia maskulin. Dan yang lebih dianggap cakep itu biasanya yang masih muda, kita sering memberi stigma, kita takut jika sudah muncul keriput atau kulitnya kendor padahal ya namanya juga orang berumur udah pasti fisiknya berubah.

Ngomongin soal privilege sebenarnya cukup sulit, karena orang-orang yang punya privilege biasa dia tidak sadar kalo dia punya jadi dia enggan membicarakan hal tersebut. Dan secara umum sebenarnya kalau kita membicarakan soal privilege kita nggak bisa pukul rata bahwa si individu itu hidupnya akan enak terus dan gampang karena muka dia enak dilihat.

Karena poin penting dari privilage itu adalah konsep intersectionality, yaitu seorang manusia punya berbagai identitas dan setiap identitas tersebut berinteraksi satu sama lain, dan itu semua akhirnya memberikan pengalaman yang unik khusus untuk si orag itu aja.

Contoh gampangnya, beauty privilege kan berpengaruh ke semua orang, perempuan atau laki-laki bisa dapet dampak, cuma pengalaman perempuan cantik dan pengalaman laki-laki ganteng itu bisa beda karena kalau kita melihat aspek gender mereka dalam tatanan masyarakat kita sekarang, laki-laki lebih ada di atas.

Pengaruh beauty privilege ini juga lebih besar ke perempuan karena secara umum perempuan lebih sering dijudge penampilannya dan lebih sering diobjektifikasi, laki-laki mukanya kalau misalnya jelek masih bisa ditolerir apalagi kalo dia kaya.

Beuaty privilege juga ngga melulu memberikan dampak positif kepada seseorang, dampak negatifnya juga ada, contohnya orang yang cakep itu dapet ekspektasi lebih besar dari lingkungannya, jadi misalnya dia tidak sesuai dengan ekspektasi tersebut dia akan mendapat replication lebih besar.

Beauty privilege ini juga membentuk pandangan yang ngga sehat terhadap fisik, akhirnya perempuan itu selama dia hidup akan dihantui narasi bahwa fisiknya itu adalah salah satu poin utama dalam dirinya. Makannya akan susah untuk beberapa perempuan melihat pada keunggulannya yang lain, dia jadi shallow dan akhirnya in general perempuan jadi lebih kritis terhadap fisiknya dibandingkan laki-laki.

Terus dia jadi punya kemungkinan yang besar untuk punya body esteemed yang rendah, dan akhirnya muncul stereotype bahwa perempuan hanya peduli pada fisiknya. Perempuan cantik terutama akan dianggap bahwa mereka tidak punya keunggulan selain mukanya, stereotype ini yang juga mempengaruhi aspek karir.

Misalnya perempuan yang attractive yang bekerja di male dominated industry biasanya harus bekerja dua kali atau tiga kali lebih keras hanya untuk membuktikan bahwa dia lebih dari sekedar muka aja, dia harus membuktikan bahwa dia juga punya otak, dia juga punya kode etik yang bagus karena banyak orang berpikir bahwa orang cantik itu biasanya bodoh.

Mereka juga lebih sering jadi korban pelecehan seksual karena mungkin ada sebagian orang yang ngga bisa ngebedain mana poor complement dan mana yang udah inappropriate dan bahkan banyak orang juga yang nggak tau gimana caranya berinteraksi sama orang yang cantik.

Media dan industri besar itu menurutku juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap isu ini, mereka banyak memberikan informasi bahwa menjadi attravctive adalah segalanya, terutama beauty industry yang jadi akhirnya orang akan berlomba-lomba untuk bisa cakep karena mereka berpikir bahwa jadi cakep itu adalah segalanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun