Mohon tunggu...
Ida Riyani
Ida Riyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030116

Masih labil, suka berubah-ubah

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menjadi Dewasa Itu

17 Juni 2021   02:47 Diperbarui: 17 Juni 2021   02:59 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kali ini aku pengen sharing tentang apa yang aku rasain di masa masa pendewasaanku selama ini. Aku pengen kasih tahu ke kalian khususnya teenagers yang sedang beranjak dewasa, bahwa ada beberapa hal yang keliatan aneh padahal itu normal untuk dirasain ketika kita beranjak dewasa.

Aku mengalami betul bahwa ternyata beranjak dewasa itu tentang sendirian. Menurut aku setiap orang pasti punya fase-fase pendewasaan dalam dirinya ketika mereka beranjak dewasa.

Ada yang dikelilingi sama orang-orang yang support dia, entah itu keluarga, teman, atau apapun. Ada juga mereka yang harus melewati semua itu sendirian, ditambah dengan beban beban baru yang tidak direncanakan.

Kalian pasti dalam hidup punya rencana dan kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi di sela-sela rencana itu, dan kita sebagai manusia sering banget dikasih masalah-masalah baru yang sebenarnya nggak cocok dengan rencana yang kita buat.

Kaya entah dari mana tiba-tiba alam semesta ngasih kita kejutan, dikasih sebuah masalah padahal kita sama sekali enggak persiapan untuk itu dan kita nggak pernah kebayang bahwa suatu hari kita akan dapet masalah kayak gitu.

Dan hal-hal seperti itu sebenarnya membuat jadi dewasa semakin terlihat menyeramkan apalagi kalau aku waktu itu mengalaminya bener-bener seorang diri. Bukan berarti aku tidak punya banyak teman, aku yakin bahwa beberapa orang diantara kita adalah tipe orang yang kaya engga mau nambah beban orang lain dengan masalah kita karena setiap orang punya masalahnya sendiri.

Mungkin salahku juga, karena sebenernya menurutku sekarang untuk berbagi sesuatu ke orang lain itu bukan tentang berbagi beban berbagi masalah, karena kita cerita pada seseorang bukan berarti kita berharap orang itu bisa menyelesaikan masalah, ngasih sarah ataupun ngasih jalan keluar.

Kadang ketika kita berbagi cerita tentang masalah yang sedang dialami, kita cuma pengen orang tau bahwa "aku lagi ada masalah nih" atau "aku lagi down nih dan aku lagi ngga bahagia" cuma gitu aja, tapi ya kembali lagi ke diri masing-masing karena engga semua orang seberani itu.

Setiap orang pasti punya fase jatuhnya, kaya yang habis jatuh kemudian jatuh lagi, jatuh lagi dan lagi. Akan ada titik dimana rasanya masalah kaya ngga ngasih kita jeda untuk istirahat. Satu belum selesai udah muncul baru lagi, dan itu terjadi dengan proses panjang yang bahkan kita ngga tau berakhirnya kapan.

Tapi dari hal itulah yang akan membuat kita sadar bahwa itu adalah hal aneh, hal yang ngga masuk akal yang ternyata ketika kita sedang tumbuh beranjak dewasa itu adalah hal yang normal yang kita alami.

Untuk merasa kayak "yaampun aku kayaknya ngga bisa nyelesein masalah ini" atau "yaampun aku bener-bener minta tolong dan ngga sanggup", ternyata untuk mengeluh dan merasa kita punya banyak ketidakbisaan itu hal yang normal karena menurut aku menjadi dewasa adalah aku harus bisa menangani semua hal, aku harus bisa akan semua hal.

Ternyata hal yang dimaksud dari beranjak dewasa itu bukan kaya gitu, bahwa ada beberapa hal yang walaupun kita tidak bisa ya ngga papa. Ada banyak sekali kesulitan yang ngga perlu kita langsung bisa di hari itu juga, karena setiap orang punya waktunya sendiri untuk belajar sampai ngerti. Ada yang butuh waktu sehari seminggu bahkan setahun, jadi waktu setiap orang itu beda-beda.

Bahwa beban masalah dan perjalanan tiap orang beda-beda. Mungkin kelihatannya sama, kaya jatuh, semangat lagi, habis semangat dikasih masalah baru lagi, karena hal tersebut berarti bahwa kita tumbuh, karena ngga mungkin kita dapet masalah trus selesai dah habis itu hidup bahagia selamanya.

Kadang aku ngerasa kalo hidup terlalu mudah juga kayaknya nggak adil aja, kalo kaya gitu terus kapan kita belajarnya, kapan kita mencoba untuk keluar dari zona aman kita selama ini yang kita merasa kayak aku nggak bisa nggak bisa dan ternyata malah bisa. Jadi ada banyak kemudahan yang dibungkus kesulitan karena mungkin Allah tahu bahwa kita bisa lebih dari kita hari ini.

Aku sendiri berusaha menormalkan hal aneh yang baru aku rasakan ketika beranjak dewasa, kaya sendirian, dapet masalah yang bertubi-tubi tapi enggak ada yang bisa nolongin kecuali diri sendiri, dan kehilangan teman, kehilangan orang yang kita sayangi, merasa patah hati, ketika patah hati tapi teman-teman juga sedang punya patah hatinya masing-masing jadi kita cuma bisa menyembuhkan diri sendiri sendirian untuk ngerasa kayak aku pengen hidup kaya orang lain karena hidup orang lain terlihat mudah.

Padahal kita cuman lihat depannya doang, padahal yang kita lihat cuma disosial media doang sedangkan apa yang kita lihat di sosial media itu ibarat teras depan rumah seseorang, kita nggak pernah tau dalemnya kaya apa. Dari situ aku belajar bahwa ternyata menjadi dewasa adalah mencoba untuk melihat segala sesuatu secara sederhana.

Intinya jadi dewasa ternyata kita akan dikasih banyak hal baru yang belum pernah kita alami dan kita emang harus terima, bukan nuntut, bukan mengusir hal itu, bukan dengan kaya "aku pengen banget loncatin fase ini biar bisa lebih tenang dan bahagia kaya yang lain".

Bahwa hidup bukan perjalanan yang bisa kita skip, kita harus lewati semua satu-satu pelan-pelan karena ibarat anak tangga kalau kita nggak naikin satu satu langsung loncat loncat itu pasti capek juga, mending kita jalan pelan-pelan karena jalan pelan-pelan bukan berarti terlambat, bukan berarti kita nggak mampu untuk jalan lebih cepet, karena memang hidup terkadang kita perlu ngerasain banyak hal dengan waktu yang lebih lama untuk bisa memaksimalkan sebuah momen, karena tidak semua hal bisa kejadian dua kali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun