Mohon tunggu...
IDA NURKHAYATI
IDA NURKHAYATI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya guru Informatika, disini saya mencoba mengembangkan hobby menulis dan bercirita tentang kehidupan orang orang di sekitar saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terang di Ujung Terowongan

27 Maret 2024   13:00 Diperbarui: 27 Maret 2024   13:05 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan tekad yang teguh, Maya merasa bertanggung jawab untuk membawa perubahan positif dalam hidup Arief. Dia tahu bahwa tidak cukup hanya merasakan empati, tetapi juga perlu bertindak nyata untuk memberikan dukungan dan bantuan yang dibutuhkan. Dengan penuh keputusan, Maya mencoba mencari solusi dengan mendekati Arief, ingin mengetahui apakah Arief sudah memberitahu guru atau orang tua tentang masalah yang dia alami. Namun, rasa kecewa mulai menyelimuti Maya ketika Arief menggelengkan kepala dengan sedih. Tatapan mereka bertemu, dan dari ekspresi Arief, Maya bisa merasakan betapa dalamnya rasa keputusasaan yang dia rasakan. Pengakuan Arief menandakan bahwa dia belum berbagi masalahnya dengan orang dewasa yang seharusnya bisa membantunya. Bagi Maya, ini merupakan panggilan untuk bertindak lebih lanjut, untuk menjadi suara yang didengar dan tangan yang membantu Arief keluar dari kegelapan yang sedang melandanya.

Semakin Maya mendengarkan cerita Arief, semakin tertanam dalam benaknya keyakinan bahwa tindakan konkret harus segera diambil untuk membantu temannya itu. Kesadarannya tumbuh kuat saat dia menyadari bahwa tidak ada langkah yang telah diambil oleh pihak yang seharusnya bertanggung jawab, seperti guru-guru atau orang tua Arief. Dengan tekad yang semakin menguat, Maya memutuskan untuk mengambil inisiatif. Dia merasa bahwa tidak boleh lagi ada seorang pun, termasuk Arief, yang harus merasa sendirian dan terabaikan dalam menghadapi masalah yang sedemikian besar. Tanpa ragu, Maya memutuskan untuk berbicara dengan Bu Ani, seorang guru yang tidak hanya bertindak sebagai pengajar mereka, tetapi juga sebagai wali kelas Arief. Dia yakin bahwa Bu Ani memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk mengatasi masalah ini dengan serius. Langkah ini diambil dengan harapan bahwa suara mereka, baik Maya maupun Arief, akan didengar dan diberi perhatian oleh pihak yang berwenang, sehingga langkah-langkah konkret dapat segera diambil untuk menyelesaikan masalah ini.

Setelah menerima persetujuan dari Bu Ani, Maya tidak menyia-nyiakan waktu. Dengan berani dan tegas, dia memaparkan situasi yang dialami oleh Arief dengan detail yang meyakinkan. Setiap kata yang keluar dari mulut Maya memancarkan keberanian dan ketegasan, mencerminkan komitmennya untuk membantu temannya yang sedang terjebak dalam masalah yang serius. Maya tidak hanya sekadar menyampaikan peristiwa yang terjadi, tetapi juga membagikan pengalaman Arief secara mendalam. Dia menggambarkan betapa sulitnya perjalanan yang dilalui oleh Arief, sekaligus memberikan pandangan pribadi tentang betapa seriusnya situasi tersebut. Dengan suara yang gemetar namun penuh keteguhan, Maya menegaskan bahwa tindakan harus segera diambil untuk mengatasi masalah ini.

Reaksi Bu Ani tidak bisa disangkal. Wajahnya mengekspresikan kejutan dan penyesalan yang mendalam. Merasa tergetar oleh cerita yang didengarnya, Bu Ani merasa bersalah karena tidak menyadari masalah yang dihadapi Arief sebelumnya. Dia menyadari bahwa sebagai seorang pendidik, tanggung jawabnya tidak hanya terbatas pada pelajaran akademis, tetapi juga terhadap kesejahteraan emosional dan sosial para siswanya. Dalam hati, Bu Ani bersumpah untuk bertindak segera. Dia merasa bahwa tidak boleh lagi ada siswa yang merasa terpinggirkan atau terabaikan di bawah pengawasannya. Keputusan untuk mengatasi masalah ini harus diambil dengan cepat dan tindakan konkret harus segera dilakukan. Dengan tekad yang bulat, Bu Ani bersiap untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membantu Arief dan mencegah kejadian serupa terulang di masa depan.

Dengan keputusan yang mantap, Bu Ani segera mengambil langkah-langkah konkret untuk menangani masalah bullying yang telah mengganggu kedamaian di sekolah. Dia merasa bahwa tidak ada lagi waktu untuk ditunda, dan tindakan harus diambil segera untuk mengatasi permasalahan ini sebelum semakin memburuk. Pertama-tama, Bu Ani merencanakan sebuah pertemuan kelas khusus yang bertujuan untuk membahas masalah ini secara terbuka. Ruang kelas dipersiapkan dengan cermat, diberikan suasana yang hangat dan ramah untuk memfasilitasi diskusi yang berlangsung. Ketika para siswa berkumpul di ruang kelas, Bu Ani dengan tegas memimpin diskusi, memberikan ruang bagi setiap siswa untuk berbagi pengalaman dan pandangan mereka terkait bullying yang telah terjadi. Dalam diskusi tersebut, Bu Ani tidak hanya menyoroti keseriusan masalah bullying, tetapi juga mengangkat pentingnya menghormati satu sama lain. Dia menjelaskan dengan lugas konsekuensi dari perilaku bullying, menekankan bahwa tindakan tersebut tidak pernah dapat diterima di lingkungan sekolah. Bu Ani dengan tegas menegaskan bahwa setiap siswa memiliki hak untuk merasa aman dan dihargai di sekolah, dan tidak boleh ada yang merasa terancam atau terpinggirkan.

Tidak hanya berhenti pada pembicaraan, Bu Ani juga mengajukan langkah-langkah konkret yang harus diambil untuk mengatasi masalah ini. Dia mengusulkan pembentukan program anti-bullying yang melibatkan partisipasi aktif dari seluruh siswa dan staf sekolah. Selain itu, dia juga mengatur layanan konseling khusus bagi para korban bullying dan pelaku, dengan harapan dapat memberikan dukungan yang diperlukan dan mencegah kejadian serupa terulang di masa depan. Dengan langkah-langkah ini, Bu Ani berharap dapat menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan penuh dengan saling penghargaan. Ini adalah langkah awal yang penting dalam menjaga kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh siswa di sekolah, serta mencegah terulangnya peristiwa-peristiwa yang menyakitkan seperti bullying di masa mendatang.

Setelah berlangsungnya diskusi yang intens di ruang kelas, Bu Ani memandang ke sekeliling dengan harapan di matanya. Dia merasa optimis bahwa, bersama-sama, mereka dapat menemukan solusi untuk masalah bullying yang telah mengganggu keharmonisan lingkungan sekolah. Dengan suara yang tegas namun penuh semangat, Bu Ani mengajak para siswa untuk berkolaborasi dan bersama-sama mencari jalan keluar dari situasi yang sulit ini. Ruangan diisi dengan energi yang bersemangat saat para siswa mulai berdiskusi tentang ide-ide mereka. Berbagai gagasan segar bermunculan, menandakan semangat dan komitmen mereka untuk mengubah keadaan yang ada. Ada yang mengusulkan pembentukan tim anti-bullying yang melibatkan seluruh siswa sebagai agen perubahan. Ada pula yang mengusulkan untuk mengadakan kegiatan sosial seperti acara musik, olahraga, atau pertunjukan teater, dengan tujuan memperkuat ikatan persaudaraan di antara mereka.

Bu Ani dengan penuh perhatian mendengarkan setiap saran yang diajukan oleh para siswa. Dia merasa bangga melihat semangat dan kreativitas yang ditunjukkan oleh mereka. Dalam hati, dia yakin bahwa jika semua bersatu dan bekerja sama, mereka akan mampu mengatasi tantangan ini dengan sukses. Setelah mendengarkan berbagai ide yang diajukan, Bu Ani merasa yakin bahwa langkah-langkah konkret harus segera diambil. Dia merasa tergerak untuk segera mewujudkan ide-ide tersebut menjadi aksi nyata. Dengan itu, dia berjanji untuk memberikan dukungan penuh kepada para siswa dalam merealisasikan gagasan-gagasan tersebut, sehingga sekolah bisa menjadi lingkungan yang lebih aman, inklusif, dan menyenangkan bagi semua siswa.

Semangat dan tekad membara memenuhi ruang kelas saat semua siswa setuju untuk berpartisipasi dalam upaya mengatasi masalah bullying yang telah lama meresahkan mereka. Mereka merasa bahwa saatnya telah tiba untuk mengambil alih kendali atas situasi yang selama ini mengganggu kedamaian sekolah mereka. Suasana kebersamaan dan solidaritas merebak di antara mereka, memberi dorongan tambahan untuk mengubah lingkungan sekolah menjadi tempat yang lebih aman dan ramah. Maya, yang merasa bertanggung jawab atas perubahan ini, menonjol sebagai pemimpin dalam menginisiasi langkah-langkah nyata. Dengan penuh semangat, dia mengambil peran penting dalam membentuk sebuah tim yang solid dan berkomitmen untuk membuat kampanye anti-bullying menjadi sebuah kenyataan. Bersama dengan beberapa teman sekelasnya yang juga merasa geram terhadap perilaku bullying yang telah mengganggu kehidupan sekolah, mereka membentuk sebuah tim yang tangguh dan penuh semangat.

Dengan semangat yang membara, tim ini mulai merancang rencana untuk kampanye anti-bullying mereka. Mereka bertemu secara teratur, berdiskusi, dan berkolaborasi untuk menghasilkan ide-ide kreatif yang dapat membuat dampak besar dalam upaya mereka untuk mengubah budaya sekolah menjadi lebih positif dan inklusif. Meskipun mereka menyadari bahwa perjalanan tidak akan mudah, namun tekad dan semangat mereka tidak pernah padam. Mereka siap untuk menghadapi tantangan dengan keberanian dan tekad yang tidak tergoyahkan.

Tanpa membuang waktu, mereka segera memulai proses perencanaan dengan penuh semangat dan determinasi. Pertama-tama, mereka berkumpul untuk merancang poster yang menyentuh hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun