Mohon tunggu...
Mursyidah Ibrahim
Mursyidah Ibrahim Mohon Tunggu... -

Gemar membaca dan menulis, kini mengelola Toko pakaian bayi dan anak-anak, Balitaku Galery di Banda Aceh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Minat Baca yang Tergilas

26 Desember 2013   23:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:27 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh Mursyidah Ibrahim

Owner Balitaku Galery, Banda Aceh

Ungkapan bahwa membaca adalah jendela dunia memang benar adanya. Karena dengan membaca kita bisa membuka segala simpul informasi, pengetahuan bahkan membuka rahasia dari sesuatu yang disimpan di dalam buku dan bacaan lainnya. Oleh sebab itu, membaca menjadi aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan. Untuk membuka jendela ilmu, diperlukan kemampuan membaca. Ya, dengan membaca seseorang akan mampu mendapatkan ilmu serta informasi yang diperlukan untuk membangun kehidupan. Allah Maha kaya atas segala sumber ilmu, oleh sebab itu Allah memerintahkan manusia untuk membaca. Ya Iqra (bacalah). Perintah Allah agar kita membuka jendela pengatahuan, karena kita, manusia adalah khalifah di permukaan bumi. Oleh sebab itu pula Allah memberikan kelebihan dan kesempurnaan bagi manusia, bukan hanya memberikan otak, tetapi juga menganugerahi akal, sehingga manusia memiliki kelebihan dibandingkan hewan. Makanya, kita harus dan wajib membaca, bila mau membangun kehidupan yang lebih baik.

Dalam realitas kehidupan kita, telah membuktikan bahwa membaca telahmeningkatkan kualitas hidup kita. Karena membaca, kita bisa lebih produktif, karena ketika kita sudah membaca, kita memperoleh ilmu, informasi dan kemudian ditelaah dan bisa direproduksi dalam bentuk lain yang bernilai bagi kita dan juga bagi orang lain. Misalnya, setelah kita membaca, kita mungkin mendapatkan ide untuk menulis atau menjadi bahan ceramah yang bisa kita presentasikan kepada orang lain, maka di sini kita memetik banyak manfaat. Manfaat yang bukan hanya untuk diri kita, tetapi juga bisa memberikan manfaatnya untuk orang lain.Ketika kita terus menyampaikan isi bacaan itu kepada orang lain, maka banyak hala yang bertambah pada diri kita. Ilmu yang kita peroleh dan sampaikan kepada orang lain tersebut semakin berkualitas,dan tidak hilang, orang lain pun memperoleh manfaat dari ilmu yang kita tebarkan itu. Nah, jadi lebih produktif dan bermanfaat, bukan?

Hitung-hitung, dengan kita membaca, kita sudah ikut membantu bangsa ini meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. yang pertama adalah diri kita sebagai bagian dari bangsa ini, juga orang lain yang kita berikan atau bagikan informasi atau pengetahuan lewat produktivitas kita. Kualitas bangsa ini akan ditentukan oleh seberapa besar kemampuan membacanya. Sudah pasti, tinggi rendahnya kualitas suatu bangsa, ditentukan oleh minat bacanya. Ketika suatu bangsa memiliki minat baca yang tinggi, maka bangsa itu akan memperoleh kemajuan yang besar. Jadi, kemampuan baca suatu bangsa menentukan kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia sangat menentukan perkembangan suatu bangsa. Nah, kalau memang ingin maju dan kaya, harus banyak membaca.

Sayangnya, realitas kekinian, banyak orang yang belum menjadikan membaca sebagai suatu kebiasaan dan kebutuhan. Sehingga banyak yang menilai dan mengatakan bahwa saat ini minat baca masyarakat kita masih sangat rendah. Tentu tidak salah dengan penilaian dan pernyataan itu. Kenyataannya memang demikian. Lalu, ketika ditanyakan mengapa mint abaca masyarakat kita masih rendah, akan banyak pula alasan yang muncul. Ya, rendahnya minat baca masyarakat disebabkan beberapa hal yang berbeda-beda, menurut tingkatannya masing-masing. berberda antara masyarakat yang ekonomi tingkat bawah dengan masyarakat yang ekonomi menengah serta atas. Berbeda pula daya baca mahasiswa dan pelajar.

Rendahnya minat baca di kalangan masyarakat ekonomi kelas bawah, khususnya di pedesaan disebabkan tidak adanya waktu untuk membaca. Hal ini disebabkan oleh aktivitas yang keseharian mereka yang dihabiskan untuk mencari nafkah, kebutuhan keluarga. Misalnya, petani yang di pagi hari pergi ke sawah/ke ladang dan baru pulang sore hari dalam keadaan lelah. Sehingga, di malam hari hanyauntuk istirahat. Ditambah lagi minimnya sarana dan prasarana membaca. Tidak buku, maupun perpustakaan yang membantu mereka untuk membaca. Jadi, bagaimana merekabisa membaca?

Sementara di kalangan masyarakat ekonomi menengah dan atas di perkotaan, mereka mempunyai kemampuan untuk membeli bacaan. Mereka bisa memanfaatkan sarana baca seperti perpustakaan. Asal mereka mau. Namun dalam kenyataannya masyarakat kelas menengah juga masih rendah minat bacanya. Padahal, mereka juga mempunyai banyak waktu, karena jenis pekerjaan mereka tidak seberat masyarakat ekonomi bawah.Mereka malah lebih cendrung mengunjungi tempat-tempat hiburan, pusat perbelanjaan, sehingga tidak ada waktu untuk membaca buku. Bagi masyarakat kelas menengah, seharusnya tidak bisa beralasan tidak punya waktu. Membaca bagi kelas menengah juga sangat perlu, karena dengan banyak membaca, mereka bisa meningkatkan taraf hidup ke kelas yang lebih tinggi, ya pastinya kelas atas, bukan?

Lalu, di kalangan mahasiswa, minat baca mahasiswa, juga rendah. Katanya, ikut dipengaruhi oleh factor kemajuan teknologi yang kian canggih. Idealnya, semakin canggihnya teknologi komunikasi, semakin tinggi minat baca mahasiswa. Namun, kenyataannya, terbalik. Benarkah mereka semakin dimanjakan oleh kecanggihan teknologi? Benarkah kalau teknologi informasi saat ini membuat mahasiswa enggan untuk membaca? Jawabnya adalah coba amati kehidupan para mahasiswa dan remaja kini. Buktinya, merekasibuk dengan gadget seperti smart phone, tablet, koneksi internet dan sebagainya untuk menyenangkan diri.Mereka memilih hal praktis, copy paste di google, kala mereka ada tugas. Jadi, teknologi memanjakan mereka untuk tidak perlu banyak membaca. Nah, dalam kondisi semacam ini, minat baca dan menulis pun menurun. Tak dapat dipungkiri bahwa buku tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan, apalagi kurang praktis.

Sangat ironis memang, karena seorang mahasiswa seharusnya dituntut untuk rajin membaca dan menulis sebagai bagian dari kewajiban mereka dalam menyelesaikan tugas akhir nantinya. Kondisi semacam ini mendorong mahasiswa hanya membaca pada saat ada tugas saja atau saat mulai ulangan, ujian akhir semester tidak lebih dari itu. Hal serupa juga terjadi di kalangan siswa atau pelajar. Mereka juga mengikuti arus yang sama seperti mahasiswa. Namun pada level siswa, kemungkinan lain adalah lingkungan sekolah yang tidak mendukung, Ya, katakanlah model pembelajaran yang tidak mendorong siswa membaca. Tidak tersedianya perpustakaan yang representatif dan memiliki daya tarik. Ditambah lagi, tidak ada model atau contoh baik dari orang tua dalam hal membaca.

Jadi, budaya baca di tengah masyarakat kita, di semua level memang masih rendah. Membaca belum menjadi sebuah kebutuhan. Wajar saja kalau budaya baca terlindas oleh budaya bicara, terlindas oleh budaya menonton televisi, juga terlindas oleh kemajuan teknologi infomasi. Semakin dilindas pula oleh kemalasan membaca. Padahal, oarng bisa kaya karena membaca. Orang bisa maju, karena membaca. Kita hanya bisa berkata, bangsa yang maju adalah bangsa yang banyak membaca. Sementara kita tetap tidak membudayakan membaca. Mau kemanakah kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun