Mohon tunggu...
Ida Mayasari
Ida Mayasari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

pemimpi hari dalam rajutan coding, script, dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Cinta

6 September 2013   12:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:16 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bongkar-bongkar laptop, dapat ini, cerpen belum jadi. Dibuat waktu SMA, dan males lanjutin lagi. Kali aja ada yang berminat dan butuh referensi. #eh #abaikan

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Harus aku mulai dengan apa?” tanyaku pada Reina, sahabatku.

“Katakan saja ‘kakak, aku suka kakak. Pacaran yuk.’ Haha.” Reina berkata setengah tertawa.

Kucubit pipinya  yang gembul. “Kau kira semudah itu, Ndut?”

“Aduh… sakit, Kurus.” Reina mengelus pipinya yang memerah karena cubitanku. Haha.

Dengan gugup, kuambil buku catatanku dan menuliskan rangkaian kata demi kata yang berintegrasi membentuk alunan cerita bergenre surat cinta dengan diksi yang tidak begitu tertata.

Kuselipkan surat itu di antara lembaran buku fisikaku.

Untuk pria terindah yang pernah kutemukan

Dengan rasa gelisah kuberanikan diriku menulis sepucuk surat untukmu. Entah apapun nama surat beramplop merah jambu ini, aku harap ini bukan kertas yang akan kau bakar nantinya.

Aku memilih untuk menuliskan ini untukmu karena setitik air pesonamu telah menjadikan taman bunga di atas kegersangan hatiku. Aku harap tiada kekecewaan setelah kau membaca ini atau rasa benci pada pengirim surat ini. Aku mohon, tetaplah membaca ini sampai titik akhir tintaku.

Untuk cinta yang datang dalam kedipan mata

Kau yang datang mendobrak pintu cintaku yang sudah lama tertutup karena hilang kuncinya. Sejak pertama aku bertemu denganmu dua hari yang lalu, surat ini sudah tertulis dalam pikiranku. Melihat sosokmu tergopoh-gopoh menggendong tas berisi buku-buku membuatku tak bisa lepas dari setiap inchi pergerakanmu. Ketika teman-temanmu sibuk mem-bully murid-murid baru, kau malah asyik tenggelam dalam buku-bukumu di bawah pohon cherry di siang itu.

Ingin rasanya aku lari dari gerombolan kelompokku dan menghampirimu. Namun, aku tak berani dan tak ingin dimarahi oleh teman-temanmu. Sampai ketika kau menghampiri kelompokku dan memberikan game pada kami, hatiku seperti melompat-lompat kegirangan.

Malam-malam kemarin aku tak bisa tidur karena terbayang senyummu. Kau pria terindah sepanjang mimpi dan nyataku. Silau kacamatamu menghanyutkanku yang terus memandangimu dari jauh. Apa kau tau itu?

Untuk kamu yang cerahkan hari-hari bosanku

Tanpa kamu, mungkin aku tak kan begitu bersemangat mengikuti hari-hari orientasi siswa itu. Tanpa kamu, mungkin aku lebih suka membuat surat keterangan pura-pura sakit dari pada menikmati kelakuan iseng teman-temanmu.

Mengetahui siapa namamu, membuat aku sekali lagi ingin terbang ke awan dan merangkai namamu di sana. Ah, empat huruf itu seperti empat hati baru yang tercipta dalam diriku.

Kaulah tempat ketika imajinasiku rindu sosok pujaan hati. Kaulah pelabuhan yang selalu ingin kutuju selama mengarungi lautan sendu dalam sendiri.

Dari pengagum rahasiamu,

yang rajin mengintipmu lewat jendela perpustakaan

Byta Adinda

Februari 2012

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun