Istilah 'superhero' pasti sudah tidak asing di telingamu, kata superhero atau pahlawan super, umumnya dihubungkan dengan karakter fiksi dengan kekuatan super yang hadir untuk membela kebenaran, memerangi kejahatan dan menjadi seorang pahlawan.Â
Tokoh -- tokoh superhero kerap diangkat ke dalam film. Film superhero begitu digemari oleh berbagai kalangan umur. Hal ini disebabkan oleh film superhero yang kerap menyuguhkan alur cerita yang menarik dan visual efek yang memukau khalayak.Â
Film adalah bentuk media komunikasi, maka itu film pasti memiliki pesan, makna, atau isu tertentu yang ingin disampaikan kepada khalayak, begitu juga dengan film superhero.Â
Salah satu film superhero yang mengangkat sebuah isu ialah film Captain Marvel (2019). Film ini mengangkat isu feminisme melalui cerita, tokoh, dan adegan yang ditampilkan.Â
Feminisme
Dalam buku Encyclopedia of Feminism, kata feminisme awalnya berasal dari bahasa Latin, yaitu Femina (perempuan) yang secara harfiah berarti "having the qualities of woman" atau hak -- hak dan kualitas yang dimiliki perempuan.Â
Menurut Weedon, feminisme adalah suatu kajian dan gerakan sosial yang bertujuan untuk mengubah status subordinat perempuan dalam lingkungan masyarakat yang patriarkis  (Suwastini, 2013).
Dapat dikatakan bahwa, feminisme merupakan bentuk gerakan perempuan yang memperjuangkan kesetaraan gender, menuntut adanya emansipasi dan keadilan antara kaum perempuan dan laki -- laki.
Selain itu, menurut Rosemarie Putnam Tong terdapat beberapa aliran dalam feminisme yaitu Feminisme Liberal, Feminisme Radikal, Feminisme Marxis, Feminisme Sosialis, Feminisme Eksistensial, Feminisme Postmodern, Feminisme Multikultural, dan Ekofeminisme.
Film Captain Marvel dan Isu Feminisme
Film Captain Marvel diterbitkan tahun 2019 oleh Marvel Cinematic Universe (MCU). Captain Marvel diproduseri oleh Kevin Feige dan disutradai oleh Anna Boden dan Ryan Fleck. Tidak hanya itu, film Captain Marvel juga diangkat dari komik pertama Marvel yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1967.
Film Captain Marvel  diperankan oleh beberapa artis terkenal Amerika Serikat, seperti Brie Larson (Captain Marvel), Samuel L. Jackson (Nick Fury), Clark Gregg (Agent Coulson), Ben Mendelsohn (Talos), Annette Bening (Supreme Intelligence) dan artis terkenal lainnya.Â
Secata singkat film ini mengangkat kisah tokoh perempuan Carol Danvers (Brie Larson) yang merupakan seorang mantan pilot Angkatan Udara (AU) Amerika Serikat.Â
Carol Danvers kemudian mengalami kecelakaan yang membuat dirinya mendapatkan kekuatan super. Namun, ia hilang ingatan dan berusaha mencari jati dirinya sebenarnya sambil menjadi menyelamatkan bumi.
Analisis feminisme dalam film Captain Marvel akan dibagi menjadi dua, yakni analisis tekstual dan analisis intertekstual. Tekstual berarti menganalisis berbagai hal yang terdapat dalam film, misalnya adegan, tokoh, cerita, naskah.Â
Sedangkan intertekstual lebih menganalisis unsur yang berada di luar film, seperti fakta di balik film dan dampak dari film.Â
Analisis Tekstual Film Captain MarvelÂ
Pada analisis tekstual, isu feminisme dapat diungkap dari adegan film, alur cerita, karakter tokoh, hingga pakaian yang digunakan tokoh Captain Marvel.Â
Film Captain Marvel mengambil latar cerita pada tahun 1995, di mana dalam film Angkatan Udara Amerika Serikat belum mengijinkan pilot wanita bergabung dalam tim militer dan menerbangkan pesawat, seperti dalam adegan ini:
Adegan saat Maria teman Captain Marvel mengatakan bahwa saat itu perempuan belum mendapat kesempatan yang sama dengan laki -- laki untuk mencoba berbagai hal.Â
Namun, akhirnya Carol Danvers membuktikan bahwa perempuan juga dapat mencoba dan menjadi seorang pilot. Dia pun berhasil melakukan tes dan diperbolehkan untuk menerbangkan pesawat jet.Â
Melalui, adegan itu kamu dapat mengetahui bahwa Carol Danvers adalah sosok perempuan yang tangguh dan akan berjuang untuk mendapatkan halnya. Hal tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk gerakan feminisme, terutama aliran feminisme eksistensial.
Feminisme eksistensial adalah aliran feminisme yang menekankan bahwa perempuan harus bisa berdiri sendiri atau menjadi independent. Menurut feminisme eksistensial, penindasan dan diskriminasi terhadap perempuan dapat diakhiri apabila perempuan menunjukkan eksistensinya dan tidak bergantung pada laki - laki.
Selain itu, terdapat juga adegan lain yang menunjukkan isu feminisme di dalamnya, seperti adegan ketika Carol Danvers atau Captain Marvel melawan musuh pria.Â
Pada adegan tersebut Captain Marvel menunjukkan bahwa ia mampu melawan berbagai musuh khususnya musuh pria, karena ia berani dan percaya bahwa ia memiliki kekuatan yang sama lebihnya dengan kekuatan pria. Â
Sisi feminisme juga nampak dari pakaian yang digunakan oleh Captain Marvel. Pada umumnya superhero perempuan kerap menggunakan pakaian yang seksi dan menunjukkan bentuk badan mereka.Â
Namun Captain Marvel dapat mematahkan pandangan tersebut dengan tampil dengan pakaian yang justru terlihat maskulin. Kostum superhero yang ia gunakan cenderung tertutup dan menunjukkan sisi laki -- laki atau universal gender.Â
Dapat dikatakan bahwa  kostum yang digunakan Captain Marvel sepertinya didesain untuk membuat penonton fokus akan kekuatan Captain Marvel bukan pada bentuk badannya. Selain itu, ketika menyamar, Captain Marvel juga lebih memilih kaos band rock Nine Inch Nails, jaket kulit, topi dan celana jeans.Â
Captain Marvel adalah superhero terkuat di jajaran Marvel Universe. Ia juga lebih kuat daripada berbagai karakter superhero laki -- laki lainnya. Kekuatan Captain Marvel bahkan setara dengan alam semesta, sehingga membuatnya sulit untuk dikalahkan
Hal tersebut kemudian membuat karakter Captain Marvel menjadi karakter superhero perempuan yang begitu disukai, karena dia merupakan pahlawan wanita yang kuat dan mandiri. Tidak hanya itu, Captain Marvel bahkan disebut sebagai ikon feminis.Â
Analisis Intertekstual Film Captain Marvel
Analisis intertekstual feminisme film Captain Marvel dapat dilihat melalui fakta dari film Captain Marvel, yakni Captain Marvel adalah tokoh superhero perempuan pertama yang diciptakan film solo oleh Marvel Cinematic Universe (MCU).Â
Dalam memproduksi film Captain Marvel, MCU bahkan memilih sutradara perempuan, yaitu Anna Boden  untuk menggarap film superhero tersebut. Tidak hanya itu, film Captain Marvel juga ditayangkan bertepatan dengan perayaan Hari Perempuan Internasional, tanggal 8 Maret 2019Â
Selain itu, Brie Larson sebagai pemeran utama Captain Marvel juga mengatakan bahwa film Captain Marvel dapat menjadi inspirasi bagi para perempuan.Â
Hal ini disebabkan oleh Brie yang melihat karakter Carol Danvers sebagai seorang Captain Marvel yang kuat, tetapi juga memiliki kadar emosional layaknya perempuan pada umumnya. Menurutnya emosi bukan hal yang buruk, dan wajar dimiliki oleh perempuan dan emosi tak akan mempengaruhi kekuatan seseorang.Â
Brie Larson juga berpendapat bahwa melalui Captain Marvel, ia ingin para perempuan dapat menunjukkan diri mereka yang kuat, dan mampu berdiri sendiri.Â
Film Captain Marvel mengemas cerita superhero yang menarik, mengesankan dan informatif khususnya bagi para penggemar Marvel Universe. Film ini sangat cocok untuk masuk ke daftar film kamu untuk ditonton di akhir minggu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H