17 tahun lalu, seorang ponakan membawanya pulang ke rumah. Tubuhnya masih amat kecil, bahkan usianya mungkin belum genap sebulan. Begitu kecil, sampai-sampai aku mengiranya seekor tikus! Tapi tentu saja itu tak mungkin. Sejak kapan keluargaku membolehkan tikus ada di dalam rumah?? Lalu bermain-main dengannya tanpa rasa jijik?Â
Kutegaskan mataku untuk menyakinkan apa yang tadi kulihat. Ahhh, ternyata seekor anak anjing! Seketika terselip rasa senang, tapi juga galau. Senang karena aku penyuka anjing. Hadirnya anak anjing di rumah tentu membawa kegembiraan. Galau, karena aku sadar, anak anjing itu belum waktunya dipisahkan dari induknya. Ia masih bergantung pada air susu ibunya. Bagaimana  ia bertahan hidup? Sontak aku pesimis bercampur miris, sambil memandangi tubuh nan rapuh, yang bahkan berjalan pun belum sempurna. "Ah, pasti anak anjing ini akan mati!" bisik hatiku sedih.
Tapi prasangkaku keliru! Anak anjing kecil itu, yang kemudian kami beri nama Owen, ternyata anjing yang kuat. Bukan hanya bisa bertahan hidup, ia pun tumbuh besar dengan sehat. Entah, mungkin lantaran Owen anjing kampung. Menurut kepercayaan sebagian orang, anjing kampung itu lebih kuat, tak harus di-treat dengan perawatan 'mahal' layaknya anjing ras. Pada akhirnya aku percaya dengan pandangan itu, karena Owen.
Kehadiran Owen membawa kebahagiaan di rumah kami. Dengan tingkah polahnya yang lucu, nakal, dan ceria, Owen dengan mudah mencuri hati dan perhatian kami. Ia menjadi kesayangan semua anggota keluarga. Sepanjang usianya, Owen menjadi sahabat buat kami. Ia menyayangi kami dengan seluruh hidupnya. Ia menunjukkan kepercayaan dan kesetiaan tanpa ragu. Kami adalah dunianya, tempatnya mencurahkan semua yang dia punya.
25 Mei 2021, tepatnya dua hari setelah perayaan ulang tahunku, Owen berpulang. Kepergiannya sungguh tak kami duga, dan dengan cara tak terduga pula. Langit cerah di pagi itu, seketika mendung. Aku menangisi jasadnya seperti menangisi kematian seorang kekasih. Sakitnya seperti ditikam sembilu. Kesedihan macam apa ini?? Sesakit ini ternyata?? Sungguh aku patah hati!! Benar-benar patah hati! Jangan berani bilang padaku, dia hanya seekor anjing??!!
Mungkin dia hanya seekor anjing di mata orang lain. Tetapi bagi aku, kami, dia adalah sahabat. Teman sejati. Salah satu anggota keluarga. Yah, seberarti itulah Owen buat kami.
Ah, teganya kamu Owen.... Pergi di saat kami masih ingin bersamamu lebih lama lagi. Kepergianmu meninggalkan sedih yang tak pernah terbayang. Ini semakin menyadarkan kami, kupikir Owen yang butuh kami. Tetapi ternyata kamilah yang lebih butuh kamu, Owen. Maafkan kalau kami egois.... Mungkin kamu pun sudah lelah, mengingat usiamu yang sudah amat senja. Tugasmu menemani kami memang sudah waktunya usai, sampai di sini.
Terima kasih sudah bersama kami selama 17 tahun ini. Terima kasih buat kebahagiaan dan sukacita yang kamu bawa ke rumah. Terima kasih untuk pengertianmu, saat kami salah memperlakukan. Terima kasih telah mengajarkan kami cinta tulus tak bersyarat, juga kesetiaan tanpa batas. Terima kasih untuk sabar menerima semua kekurangan kami.Â
Selama nafas ini belum putus, kenangan tentangmu pun akan selamanya tersimpan rapih di ruang hati.
Sekarang aku berusaha untuk rela.... sepenuhnya rela. Pergilah dengan tenang menuju jembatan pelangi, sayang. Cintaku.
You'll be missed. Always.Â