Mohon tunggu...
Ida Hutasoit
Ida Hutasoit Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Editor

Menulislah dengan hati. Menulislah karena cinta. Niscaya tulisanmu berguna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buat Apa Hidup, Hidup Buat Apa?

3 September 2021   23:04 Diperbarui: 4 September 2021   16:13 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*"Malu jualan? Ngapain malu! Nyolong uang rakyat tuh baru malu..."

"Trus kenapa gak mau jualan??"

*"Lah emang gak bakat, gak minat. Mau dipaksain juga gak bisa. Hasilnya gak akan maksimal."

"Kan belum dicoba? belum dipelajari? Jadi jangan langsung bilang ga bisa, dong."

*"Kamu ngeyel, ya. Sini aku kasih tahu, setiap orang punya passion, minat dan bakat beda-beda. Jadi kamu gak bisa maksain passion dan bakatmu ke orang lain, sebagaimana kamu pun gak mesti menjadi sama seperti orang lain. Masing-masing sudah ada perlintasan takdirnya sendiri. Saya menyebutnya calling. Panggilan hidup. Itu sudah ditentukan sama Sang Khalik, khusus buat setiap orang."

"Tapi kalau ada orang yang mau nyoba jualan meski bukan passion atau bakatnya gimana?? Atau nyoba sesuatu yang lain di luar panggilannya gimana??"

*"Ya, sah sah saja. Boleh boleh saja. Gak ada yang melarang. Bisa saja kamu justru baru sadar bakat ataupun panggilanmu sesungguhnya setelah nyoba sesuatu yang baru, yang beda dari apa yang kamu kerjakan sebelum-sebelumnya. Itu malah menjadi pintu kamu bertemu kesuksesan yang selama ini menantimu."

*"Kalau kamu tanya apa panggilan saya, ya saya akan jawab penulis dan menulis. Bukan cuma buat dapetin uang, tetapi lebih kepada pemuasan batin., karena di situlah minat saya, bakat saya, passion saya. Jadi, gak usah repot repot saranin saya jualan...!"

MENGHIDUPI PANGGILAN

Panggilan, seperti yang sempat disinggung dalam percakapan di atas, lebih bicara tentang pekerjaan atau tugas spesifik yang Tuhan sudah desain buat masing masing orang. Termasuk saya dan Anda. Istilah dalam bahasa asingnya, God's Calling. Paggilan ini khusus diberikan pada seseorang, dan hanya orang itulah yang dapat mengerjakan dan menyelesaikan panggilan itu sampai tuntas. Panggilan bisa terbungkus dalam bentuk apa saja. Bisa berupa pekerjaan (profesi seperti guru, dokter, penari, penulis, dll) maupun pelayanan (rohaniwan, pendeta, biksu, kiai, pemerhati hewan, pemerhati lingkungan, dll).

Mengenal panggilan itu penting, namun jauh lebih penting untuk hidup dalam panggilan. Mengapa menghidupi panggilan itu penting bagi seseorang? Apa alasannya?

Alasan pertama, apa saja yang dilakukan, jika itu menyangkut panggilan, pasti akan disertai dengan kegairahan, kecintaan, semangat. Karena kita suka, cinta, menyenanginya, maka semua effort lebih yang kita keluarkan (baik itu tenaga, perhatian, waktu, materi) tidak lagi kita perhitungkan sebagai sebuah pengorbanan. Kita akan menganggapnya sebagai sesuatu yang memang wajar dilakukan. Semua akan mengalir begitu saja, tanpa beban. Tantangan, kesulitan, kepentok masalah, justru jadi adrenalin dan pemecut semangat untuk berjuang sampai kerja selesai dan berhasil. Bahkan sampai di garis akhir nanti.

Kedua, hasilnya akan jauh lebih baik, syukur syukur lebih banyak. Kenapa? Karena kita kerja maksimal, syukur syukur kerja excellent. Terkadang kita rela mengerahkan semua kemampuan dengan habis habisan. Orang yang mencintai pekerjaannya, pasti (hanya) akan melakukan yang terbaik, yang the best. Kalau sudah begitu, biasanya hidup dan pekerjaannya pun menjadi berkat. Ini bukan bicara materi, tetapi lebih kepada dampaknya bagi kehidupan orang lain. Hakekat panggilan memang sejatinya ditujukan untuk kepentingan orang banyak. Bukan keuntungan pribadi semata.

Ketiga, apa saja yang kita lakukan tanpa cinta dan hati, hanya akan buang buang waktu. Cepat atau lambat. Cuma masalah waktu saja untuk kita menyadarinya. Itu artinya, menjalani hidup di luar panggilan kita adalah bentuk penyia-nyiaan kehidupan itu sendiri. Betapa sayangnya jika hidup yang singkat ini, kita habiskan untuk mengerjakan sesuatu yang ujungnya tidak menjadi apa apa. Selain uang dan capek. Tidak ada kepuasan batin.

Realitasnya orang yang mengerjakan panggilan kehidupannya jauh lebih bahagia, lebih mengalami kepuasaan batin, dan memetik kesuksesan. Sekali lagi, sukses tolak ukurnya tidak melulu kekayaan, jabatan maupun kekuasaaan. Tetapi lebih kepada pencapaian hidup yang berfaedah maksimal bagi lingkungan dan orang-orang di sekitar. Lantas gue mesti gimana, dong? Cari tahu apa panggilan Anda. Biasanya, panggilan selalu relate dengan bakat ataupun kemampuan serta passion yang Anda miliki. Cari tahu sungguh-sungguh, Anda pasti temukan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun