Ada dua pilihan yang diperhadapkan keluargaku: operasi atau cabut selang. Kalaupun operasi, peluang berhasilnya hanya 50:50. 50 persen hidup tetapi cacat fisik, 50 persen meninggal dunia. Setelah berunding, dengan berat hati papa mama memutuskan untuk tidak melakukan tindakan operasi. Mereka tidak tega melihatku cacat nantinya. Mereka pasrahkan hidup matiku pada Tuhan. Kalaupun Tuhan mau sembuhkan, biarlah itu dilakukan dengan mukjizatNya.
Aku yakin itu adalah keputusan tersulit yang pernah mereka buat. Karena menurut cerita mamaku, papa yang amat jarang meneteskan air mata, sampai menangis keras lantaran harus menempuh jalan itu.
 MUKJIZAT ITU ADA!
Teman-teman gereja makin banyak yang berdatangan ke rumah sakit. Pada suatu Minggu, pukul 3 pagi, keluarga dan teman-teman sengaja berkumpul. Mereka saling bergandeng tangan, membentuk lingkaran dan menaikkan pujian penyembahan. Tanpa mereka sadari, di saat yang bersamaan Tuhan mulai mengerjakan mukjizatNya atas tubuhku. Â Jari-jari tanganku mulai bergerak dan mataku perlahan terbuka.
Saat menerima kabar kalau aku sudah sadar, keluargaku sempat tidak percaya. Apalagi selang nafasku saat itu sudah dicabut. Akhirnya teman-teman dan keluargaku berhamburan ke ruang ICU untuk melihat dengan mata kepala mereka sendiri. Di saat itulah mereka menyaksikan bahwa mukjizat Tuhan itu benar-benar ada!
Hari ketiga di ruang ICU, kondisiku berangsur membaik. Ajaibnya, dan ini sangat kusyukuri, aku masih mengenali wajah dan nama orang-orang yang datang menjengukku. Apa yang dokter ucapkan kalau aku akan hilang ingatan, sama sekali tidak terbukti! Maha besar kuasa Tuhan Yesus! Hari keempat, aku dipindahkan ke ruang HCU (High Care Unit), dan tak lama pindah ke ruang perawatan biasa.
Sekitar 2 minggu aku berada di rumah sakit. Waktu yang cukup singkat untuk kasus cedera berat seperti aku. Kesembuhanku jelas mukjizat Tuhan! Bagaimana tidak, aku yang menurut dokter harus dioperasi dan setelah operasi pun akan menderita cacat, tetapi Tuhan justru perlihatkan tanpa operasi aku bisa sembuh! Pekerjaan tangan Tuhan memang sungguh mengagumkan!
Allah adalah Jevova Jireh, itu aku percaya. Biaya perawatan dan pengobatanku selama di rumah sakit nominalnya sangat besar. Secara manusia, keluargaku tidak mungkin sanggup. Tetapi berkat Tuhan mengalir pada keluargaku lewat gereja, teman-teman dan tempat aku bekerja. Mereka menggalang dana sehingga keluargaku mampu melunasi tagihan rumah sakit. Sungguh, aku berterima kasih atas doa dan bantuan yang mereka berikan.
Sekarang aku semakin percaya, mukjizat itu benar ada. Aku ingat khotbah pendeta di gerejaku, Pak Wiryo, jika ingin alami mukjizat kita mesti bersedia lebih dulu melewati ujian. Dan lucunya sebelum peristiwa yang kualami, aku pun kerap membagikan kebenaran itu pada teman-teman di CC Youth. Â Tak kusangka, justru aku sendiri yang langsung diperhadapkan.
Namun ujian berat yang Ia izinkan untuk kulewati, justru membuatku bisa menikmati berkat Tuhan yang luar biasa. Besarnya jauh melebihi ujian itu sendiri. Aku sungguh mengalami kasih dan kuasaNya yang sempurna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H