Sebelumnya, apa yang ada di kepala kamu begitu mendengar kata semut? Binatang kecil yang nyebelin, jorok, menjijikkan, suka mengerubungigula di toples dapurmu, atau binatang kecil yang bikin lantai rumah keliatan kotor? Apa pun itu, untuk saat ini singkirkan dulu semua pikiran negatif kamu tentang semut. Karena kenyataannya, kita justru bisa belajar hal positif dari binatang kecil satu ini.
Semut tidak kenal kata menyerah
They are never give up! Coba perhatikan, kalau kamu menghalang-halangi atau berusaha menghentikan langkah semut, ia selalu akan mencari jalan lain. Mereka bakal memanjat ke atas, menerobos ke bawah, atau mengelilingi. Pokoknya, tidak ada kata ‘mentok’ dalam kamus semut, mereka akan terus mencari jalan keluar, dan tidak akan menyerah sebelum mereka menemukannya dan sampai ke tujuan. Kalau semut bisa begitu, harusnya kita manusia bisa melakukan jauh dari itu. Faktanya, manusia sekarang mentalnya letoy dan selembek tempe.
Alhasil lebih suka dengan mentalintas jalan pintas, misalnya mencari uang dengan cara tidak halal. Mulai dari jadi tukang minta-minta alias pengemis, sampai jadi koruptor kelas kakap. Kalau punya keinginan tenar, bisa menghalalkan cara dengan menjual tubuh. Paling buruknya, melakukan usah percobaan bunuh diri karena menyerah dengan persoalan. Manusia harus malu dan belajar dari semut agar punya mental pantang menyerah.
Semut rajin bekerja
Semut adalah binatang yang paling rajin di dunia. Tidak percaya? Pernahkah lihat semut yang tidak bergerak? Semut yang cuma diam-diam saja di sudutan sambil ongkang-ongkang kaki? Sepertinya kita hampir tidak melihat ada semut yang seperti itu, kecuali semut berkepala besar (menurut ahli binatang, semut kepalanya besar termasuk tipe semut pemalas). Sebagian besar semut adalah pekerja keras. Setiap kali semut keluar untuk mengumpulkan makananan, mereka akan melakukannya tanpa mengenal lelah, dan baru berhenti setelah bekerja selama 1/2 sampai 1 jam.
Semut giat mencari makanan pada waktu musim panas, sehingga giliran musim hujan datang mereka sudah punya persediaan logistik yang cukup. See, semut tahu gimana cara membekali diri. Kadang kita manusia, mau menikmati berkat-berkat Allah tanpa berusaha sedikit pun. Ingin menikmati hasil banyak, tapi tidak mau bekerja keras. Satu prinsip yang harus diyakini manusia, selama tangan ini rajin maka selama itu pula manusia bisa makan. Tidak akan pernah kita temukan manusia yang giat dan ulet tidak punya apa-apa. Kesuksesan justru diukur dari seberapa rajin kita berusaha dan bekerja.
Semut bisa belajar dari tanda
Mungkin tidak banyak dari kita yang tahu hal ini. Tapi coba iseng-iseng kamu perhatikan tingkah semut. Setiap kali hujan akan turun, semut-semut selalu keluar dari lubangnya dalam jumlah banyak. Mereka beramai-ramai mencari makanan dan membawanya ke sarang mereka. Dan benar, pada malam harinya hujan akan turun. Unik, semut tidak punya alat-alat meteorologi, tetapi bisa membaca datangnya hujan. Memang, semut tidak sepintar manusia, tetapi semut selalu belajar dari tanda.
Kalau bumi semakin panas, mereka tahu sebentar lagi bakal turun hujan. Kadang manusia justru tidak mau belajar dari tanda. Kita punya otak yang bisa mereka atau menganalisa segala peristiwa, bisa baca literatur, tapi sering tidak mau belajar dari tanda. Contohnya, tanda-tanda akhir zaman sudah makin terlihat, tetapi kita malah mengabaikan dan hidup “semau gue”, tidak melakukan akidah agama dan Firman Tuhan, lalu jatuh dalam dosa. Tuhan mendesain otak manusia lebih canggih dari makhluk lain, gunakan keistimewaan ini untuk bijak membaca apa yang terjadi di sekitar agar kita tidak tergilas zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H