Layani lelakimu selayak raja. Maka kau akan senantiasa dipuja. Ucapan nenekku seakan menjadi fatwa yang senantiasa kulaksanakan. Lima tahun sudah pernikahan kita. Nenekku benar, kau masih memujaku, mesti belum ada anak pelengkap cinta kita.
Tapi dunia serasa kiamat ketika suatu sore kau pulang dengan wajah itu. Wajah yang membuatku menangis darah.
“Aku mercintaimu, Laras.” Ucapmu dulu.
“Cinta, tidak seperti ini, Mas.”
Awan sesal menggumpal di wajahmu.
“Maafkan aku. Aku khilaf, hanya sekali.Tapi dia hamil.” ujarmu seraya bersujud di hadapanku.
Terlambat, Mas. Aku terlanjur membencimu.
“Baikalah, aku akan merawat anak itu.” Jawabku seraya meninggalkanmu. Sebuah rencana sudah tersusun jelas dalam otakku.
***
Jangan salahkan aku, dua puluh tiga tahun yang lalu kau tanam bara di hatiku Reinaldy. Kini aku hidup dalam kepura-puraan. Ikut permainan dalam dunia yang telah kau kukuhkan. Tapi camkan aku ini tokoh utama merangkap sutradara. Bisa kuubah cerita sesuka hatiku.
Yolanda Reinaidi, aku benci harus menjadi ibunya.