Beberapa waktu yang lalu, bertiga dengan kolega kita ditugaskan memberi kuliah di Pulau Natuna, tepatnya di Sedanau. Hal ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di Pulau yang berdekatan dengan Vietnam dan Kalimantan. Untuk mencapai Pulau tersebut hanya bisa ditempuh via udara dan laut. Awalnya kita sudah memutuskan berangkat via Tanjung Pinang menggunakan transportasi laut dan kitapun sudah membeli Tiketnya. Sudah terbayang di depan mata akan menikmati pemandangan laut selama 24 jam dari dalam Kapal Pelni yang besar, akan tetapi semua itu hanyalah tinggal rencana. Sesampai di Tanjung Pinang kita menginap satu malam karena Kapalnya Esok senja baru berangkat.
Pagi hingga siang esoknya sebelum berangkat ke pelabuhan Kijang kita berkeliling dulu ke Pulau Penyengat untuk melihat-lihat peninggalan dan makam raja Ali Haji pengarang "Gurindam 12". Banyak hal yang bisa dilihat di sana. Masyarakat tempatan sengaja menyuguhkan kesenian dan tarian Melayu kepada semua pengunjung yang datang ke sana. Meski cuma sebentar tapi sangat mengesankan dan mengasyikkan. Waktu yang ada kita manfaatkan untuk melancong ibarat kata pepatah sambil menyelam minum air.
Sepulang dari penyengat kita makan siang di sebuah restoran dan setelah itu kita mampir sholat di Mesjid Raya Tanjung Pinang. Istirahat sebentar kemudian kita cuci mata di Pasar dekat sana untuk mengisi waktu sambil menunggu waktu yang pas untuk ke Pelabuhan. Tapi apa mau dikata, ketika kita sedang asyik jalan-jalan di seputar pasar ada seseorang yang memanggil saya dan ternyata dia adalah salah seorang mahasiswa saya dulu. Kita cerita panjang lebar dan alangkah terkejutnya saya dan teman-teman ketika dia mengatakan kalau kapal yang berangkat ke Natuna sudah berangkat satu jam yang lalu dan dia baru saja mengantar saudaranya yang juga berangkat ke Natuna dengan kapal yang sama.
Kita sempat panik sudah tak tahu lagi mau bagaimana karena transportasi ke sana hanya ada 2 minggu sekali. Hal itu berarti bahwa kita harus menunggu 2 minggu dan itu sangat mustahil karena kita harus balik lagi ke Pekanbaru. Syukur alhamdulillah ketemu orang baik yang bersedia memfasilitasi kita untuk dapat berangkat dengan pesawat cargo AURI meski tempat duduk ala kadarnya ternyata asyik juga berpegangan di Jaring-jaring layaknya prajurit. Kenangan itu sangat mengesankan dan takkan pernah terlupakan.... terbang di atas lautan luas seperti tak bertepi. Indah sekali pemandangan.... subhanallah Maha Besar dan Maha Kuasa Allah SWT.
Mendarat di Pelabuhan Auri Ranai pusat kota dan pemerintahan sambil melihat-lihat dermaga internasional dan merasakan bermalam di pulau Ranai sambil silaturrahim dengan kenalan-kenalan yang berdomisili di sana...... Esoknya kita menuju pelabuhan kecil untuk menumpang speed boat menuju pulau Sedanau tempat kita mengajar.... satu minggu di sana Sedanau sudah kita kelilingi maklum cuma pulau kecil dan kita juga memancing dan berenang di lautan Natuna sambil berkunjung ke rumah salah seorang mahasiswa di pulau seberang dengan menumpang sampan bermesin.... tidak bisa diceritakan bagaimana nikmatnya ikan yang barusan kita pancing langsung dibakar dan digoreng yang cuma dibumbui garam terus dimakan dengan nasi hangat di pinggir laut di saat perut lapar.....
Pulau Natuna sungguh mempesona terutama pantai yang di Ranai lebih indah dari Bali dan juga Batu Sindu yang Luar biasa.... ditambah pemandangan di sepanjang Tanjung..... dan panorama gunung yang sangat mempesona. Sayangnya pada saat itu objek wisatanya belum dikelola dengan baik entah kalau sekarang. Entah kapan bisa napak tilas kembali ke sana ingin melihat sejauhmana perubahan yang terjadi semenjak Natuna masuk Propinsi Kepri dan misah dari Riau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H