Selasa, 23/07/2024 Dinas Pendidikan Kabupaten berikan pembinaan kepada guru-guru UPTD SMPN 1 Bungursari khususnya melalui Kabid Dikdas Ervin Aulia, Kasi Kurikulum dan Penilaian Dede Supendi dan Kasi GTK Asep Rahmatudin berkenaan dengan pembelajaran yang dianggap kondisi darurat  Diantara kondisi yang dianggap darurat UPTD SMPN 1 Bungursari saat ini disampaikan oleh kepala sekolah baru Elya Ratna Hartawati yang akrab disapa "bu El". Menurut beliau "rencana pembelajaran satu shift belum bisa dilaksanakan karena kelas dan mobeler kurang memadai, di tahun ini juga ada pengurangan guru pada beberapa mapel sehingga guru mengajara melebihi yang seharusnya seperti PAI, penjas, TIK dan bahasa sunda." Begitu diantara  curhatan yang dikutip dari sambutannya saat membuka pertemuan singkat padat namun memberikan pencerahan pemikiran bagi guru-guru yang mengajar di UPTD SMPN 1 Bungursari.
Kabid Dikdas Ervin Aulia menanggapi "kondisi sekarang pasti tidak ideal tapi kita optimalkan saja ruang yang bisa dijadikan kelas". Beliau juga menambahkan "mempertimbangkan 25 kelas dioptimalkan untuk dijadikan pembelajaran satu shift."  Adapula  alternatif mode home best learning dimana ada satu hari dalam seminggu dilakukan di rumah dengan stategi belajar mode daring." jelasnya.
Sementara Dede Supendi Kasi Kurikulum dan Penilaian berpendapat tentang kondisi UPTD SMPN 1 Bungursari bahwa kondisi ini bukan masalah tetapi callenge, apakah kita akan berpikir selalu positif untuk menghadapi kondisi ini atau menyerah begitu saja karena kondisi kurang kelas dan guru.
Sebagai pembinaan pamungkas disampaikan kabid GTK Asep Rahmatudin yang mengajak semua warga sekolah untuk senantiasa bersyukur dengan progres segala keadaan yang terjadi, misalnya kedatang kepala sekolah yang masih energik, capaian guru-guru honor yang sudah diangkat menjadi P3K maupun yang masih dalam prosesnya. Beliau menggambarkan kondisi guru sekarang yang yidak bisa menutupi yang kosong dan beliau menibaratkan kondisi  "Seperti berselimut tetapi pungsat"  (sunda). Walaupun kita berharap mempunyai Sekolah yang dicita-citakan yang ideal bukan hanya kondisi kuantitas tapi kwalitas tetapi terkadang kita menghadapi kondisi darurat. "Dalam kondisi ini best thinking yaitu cara berpikir besar diperlukan untuk mencari solusi dalam kondisi sulit." Ujarnya. Beliau juga memotivasi agar "Guru  harus memiliki pemikiran merdeka, bertindak merdeka, mengajar merdeka serta memberi penilaian yang merdeka, dicontohkan pada guru PAI yang menilai "bagi anak pentas PAI tidak usah mengikuti ujian langan tapi langsung diberikan  nilai 100." pungkasnya tersenyum menginspirasi.
Wallaahu a'lamÂ
Baarakallah lanaa
#Salam Literasi: Indonesia_Berkarya!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H