Mohon tunggu...
Ida RS Napitu
Ida RS Napitu Mohon Tunggu... Guru - Educator

LIFELONG Learner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Makna Membangun Suasana

12 Desember 2020   18:06 Diperbarui: 12 Desember 2020   21:48 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Refleksi dalam Pendidikan

Pada awalnya saya mendefinisikan Pendidikan sebagai suatu cara/usaha dimana seseorang dapat bertumbuh dan mengalami proses (bimbingan dan latihan) yang membawa kepada sebuah pengertian yang benar yang bergantung lagi kepada siapa dan dasar etika apa yang dipakai oleh si anak didik tersebut.

Tentu saja ini bukan suatu hal yang salah. Namun, setelah saya dalami lebih lanjut, saya tertantang untuk membuat sesuatu yang lebih dari sekedar memberikan bimbingan atau latihan kepada siswa-siswi saya. Saya tertantang untuk dapat membuat suatu pemikiran baru dimana siswa-siswi juga merupakan insan yang membuat pendidik dapat belajar. Pendidikan diperlukan sekali untuk dapat memanusiakan manusia.

Saya meyakini bahwa pelajar adalah manusia yang memiliki ide-ide yang baik dan terkadang membuat saya sebagai guru tercengang dengan ide-ide baru yang mereka miliki. Saya sebagai pendidik butuh untuk memfasilitasi siswa saya untuk dapat menyampaikan pendapatnya tanpa harus takut bahwa pendapatnya tidak diterima oleh orang lain.

Gadamer membuka mata dan pikiran saya bahwa setiap orang bisa dan mampu berhermeneutik. Saya terinspirasi untuk menciptakan suasana pendidikan yang harmonis. Pendidikan yang beratmosfer tidak menyinggung satu dengan yang lain terkait ide dan fusi horizon dari masing-masing pribadi. Sehingga saya akan menerapkan banyak waktu diskusi berkelompok dan juga bekerja dalam kelompok untuk projek-projek siswa.

Dengan adanya sistem pendidikan yang seperti ini, tidak banyak orang tersinggung akan perkataan orang lainnya terkait pernyataan pendapat. Itu terjadi karena masing-masing pribadi mengerti bagaimana menempatkan diri dan mendekatkan ide dan makna yang berbeda antara satu manusia dengan manusia lainnya.

Konsep ini bisa diterapkan kepada siapa saja termasuk orangtua siswa yang diyakini pasti memiliki makna yang berbeda antara orangtua siswa A dan B. Namun, dengan menerapkan dan menjunjung tinggi nilai estetika dalam berkomunikasi/berelasi dengan semua pihak, niscaya makna-makna yang ada dengan dibumbui pemahaman, suasana harmonis pun akan terbangun disana. Pada akhirnya, marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun