Mohon tunggu...
Cut Tiara Utami Putri
Cut Tiara Utami Putri Mohon Tunggu... mahasiswi fe unmuha -

Saya sekarang sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi yang ada di Banda Aceh. Awal kuliah, saya lebih suka menggunakan bahasa Indonesia. Berhubung pada saat itu saya tidak tahu apakah lawan yang saya ajak bicara bisa berbahasa Aceh atau tidak. Untuk sekarang, di kampus saya lebih banyak menggunakan bahasa Aceh. Kawan-kawan pun berasal dari golongan yang suka melestarikan bahasa sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bangga Jadi Orang Aceh

14 Oktober 2010   09:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:26 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Masing-masing daerah maupun negara yang ada di dunia ini punya keunikan, budaya, bahasa dan karakter-karakter lainnya yang berbeda. Hal tersebut bisa menjadi jati diri bagi setiap daerah maupun negara tersebut. Begitupun orang Aceh. Aceh memiliki karakter tersendiri. Bahkan, Aceh juga memiliki bahasa yang berbeda dengan masing-masing Aceh. Seperti daerah Aceh Selatan yang selama ini saya jumpai, banyak dari mereka yang berbicara dengan bahasa yang disebut bahasa Jamee. Bahasa yang hampir sama dengan bahasa Padang.

Saya sekarang sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi yang ada di Banda Aceh. Awal kuliah, saya lebih suka menggunakan bahasa Indonesia. Berhubung pada saat itu saya tidak tahu apakah lawan yang saya ajak bicara bisa berbahasa Aceh atau tidak. Untuk sekarang, di kampus saya lebih banyak menggunakan bahasa Aceh. Kawan-kawan pun berasal dari golongan yang suka melestarikan bahasa sendiri.

Nah, yang buat saya agak sedikit terganggu. Yakni dengan orang-orang yang enggan mnggunakan bahasa Aceh padahal dia termasuk orang yang menguasai bahasa Aceh. Bahkan, muda mudi, ada yang menggunakan kata-kata Loe dan Gua saat berbicara. Jelas-jelas kata tersebut berasal dari bahasa betawi. Bahasa mereka yang berada di kota yang ada monasnya.

Beberapa daerah telah kehilangan bahasa daerah yang bisa saja diakibatkan oleh kurangnya penggunaan bahasa tersebut oleh penduduk masing-masing. Menguasai banyak bahasa memang tidak dilarang. Tetapi ada tempat dimana kita juga harus melestarikan bahasa kita. Aceh ke depan apakah hanya menguasai bahasa Indonesia. Kasian sekali. Jika memang orang Aceh dapat menguasai bahasa-bahasa internasional dan bahasa daerah serta bahasa nasional, pasti akan lebih sangat membanggakan.

Sungguh disayangkan bagi mereka yang malas ataupun bahkan malu menggunakan bahasa Aceh. Jelas-jelas mereka menguasainya. Malah tidak digunakan. Itulah kita. Orang-orang yang tidak bangga dengan segala sesuatu yang berasal dari kita sendiri. Jika sudah diklaim oleh Negara lain, baru sadar.

Contoh lain pun kerap terlihat. Seni tari bahkan lebih banyak dikuasai oleh orang dari luar teritorial.

Salam

Cut Tiara Utami Putri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun