[caption id="attachment_315227" align="aligncenter" width="300" caption="Credit of VOA-Indonesia"][/caption] Di awal tahun 2005, hanya sekitar dua bulan pasca Tsunami Aceh, saya bertemu dengan seorang teman di Bandung. Beliau mengungkapkan rencananya berangkat ke Aceh bersama beberapa tim dari ITB (tempatnya berkuliah) untuk ikut membantu korban disana. Lalu saya mengungkapkan keinginan saya untuk membantu korban bencana dengan berangkat juga kesana. Tiba-tiba dia menimpali: "Mau ngapain kamu kesana?! nambah-nambahin repot aja." Waktu itu saya agak kesal dengan tanggapannya. Bukankah bagus jika seseorang memiliki keinginan dan niat untuk membantu orang lain?! Ya, tidak ada yang salah dengan niat baik tersebut. Tapi kemudian saya terus mencermati maksud dari kata-katanya. Waktu itu saya masih berstatus mahasiswa pertanian dan tidak memiliki keahlian bahkan kemampuan apapun. Sedangkan beliau adalah mahasiswa Elektro yang terpilih bersama beberapa orang mahasiswa elektro lainnya untuk diperbantukan di daerah bencana guna menanggulangi masalah listrik di sana. Di kemudian hari, saya memang membenarkan kata-katanya. Dengan sekian banyak sukarelawan yang sudah diperbantukan di sana, jika terus ditambah dengan para sukarelawan yang tidak memiliki keahlian dan kemampuan tertentu, mungkin malah akan menghambat proses pemulihan para korban. Alih-alih membantu malah jadi merepotkan. Maka kemudian saya mencoba menekuni salah satu bidang yang harus benar-benar saya kuasai. Karena bagaimana pun memiliki kemampuan dan keahlian tertentu bisa menjadi modal untuk kita berkembang di kemudian hari, sukses di kemudian hari, bahkan bisa menjadi nilai jual tersendiri. Apalagi jika kemampuan dan keahlian tersebut bermanfaat bagi orang lain. Tentu ini akan menjadi nilai plus tersendiri. Memiliki kemampuan dan keahlian itu butuh proses. Proses menjadi mampu dan ahli. Apapun bidangnya. Dan tak ada kata terlambat untuk mulai mempelajari dan berproses menjadi mampu dan ahli. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H