Yang perlu dipuji pula, keberanian Van Sant memperlihatkan adegan di kamar mandi antara dua pelaku penembakan yang mengarah ke homoseksual (catat, Van Sant adalah seorang gay). Kalau ini hanya akal--akalan Van Sant semata, maka "Elephant" berpotensi dicibir penganut dan pendukung kaum gay. Karena akan sangat susah membedakan yang mana realitas dan yang mana rekayasa dalam sebuah film yang terinspirasi dari kisah nyata.
Dengan "Elephant", Van Sant ingin membingkai potret kisah nyata senatural mungkin. Karena dalam kehidupan sesungguhnya, akan sangat sulit menemukan kejadian yang maha dahsyat seperti yang dicitrakan dalam berbagai film aksi berbujet besar.Â
Se-membosankan itulah hidup kadang--kadang, jadi wajar saja jika perasaan itu juga menghinggapi ketika menyaksikan film ini. Tapi "Elephant" Â sebuah film yang sangat menghormati penonton, dengan cara membiarkan penonton benar--benar berpikir. Apa benar ada kejadian yang menginspirasi kedua pelaku? Atau perbuatannya hanya iseng semata khas remaja? Atau inikah refleksi kemarahan mereka pada sekeliling? Hanya anda yang bisa menjawabnya!
*tulisan ini sudah pernah dimuat di buku 101 Movie Guide edisi I 2013.
Ichwan Persada adalah sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute