Mohon tunggu...
Moch IchwanPersada
Moch IchwanPersada Mohon Tunggu... Seniman - Sutradara/Produser Film/Pernah Bekerja sebagai Dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Produser film sejak tahun 2011. Sudah memproduseri 9 film panjang termasuk nomine Film Dokumenter Terbaik FFI 2012, Cerita Dari Tapal Batas. Menjadi sutradara sejak 2019 dan sudah menyutradarai 5 serial/miniseri dan 5 film pendek. Mendirikan rumah kreatif Indonesia Sinema Persada dan bergiat melakukan regenerasi pekerja film dengan fokus saat ini pada penulisan skenario.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Gadis Paya dan Prasangka Kita

18 Januari 2023   09:13 Diperbarui: 18 Januari 2023   09:15 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah saatnya Kya berhadapan dengan dunia. Sebuah tempat yang bertahun-tahun memojokkannya, sebuah tempat yang tak pernah memberinya sekedar pijakan untuk berdiri. Dan Kya dipaksa masuk ke dalam dunia berbeda. Sebuah penjara bermodal prasangka yang sudah disimpan bertahun-tahun bak dendam kesumat itu.

Kya, juga Josef K, juga sebagian dari kita akhirnya mempertanyakan apa sesungguhnya keadilan. Apakah perkataan satu atau beberapa orang tanpa pembuktian bisa dianggap sebagai kebenaran? Apakah opini satu atau beberapa orang yang seringkali lebih banyak diisi dengan imajinasi bisa diterima sebagai kebenaran? Dan apakah sesungguhnya kebenaran itu? Bagaimana kita membuktikan kebenaran hanya dari opini dan imajinasi?

Pada suatu ketika, saya juga pernah berada di posisi Kya. Dituduh melakukan sesuatu yang tak pernah bisa dibuktikan. Dan si penuduh tanpa merasa bersalah terus membakar orang demi orang dengan opini yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Dan si penuduh juga tak pernah merasa perlu mendudukkan masalah dengan tertuduh yaitu saya. Ia hirau dari mencari kebenaran karena sudah punya versi kebenarannya sendiri. Jadi apa pentingnya keadilan baginya jika kebenaran pun direkayasa olehnya?

Seperti Kya, Josef K dan juga saya pada suatu ketika, kami tak tertarik untuk membela diri. Kami membiarkan bukti demi bukti membuka dirinya sendiri dan pada akhirnya lebih memperlihatkan siapa kita sebenarnya. Bahwa tuduhan lebih sering digerakkan oleh prasangka, oleh nafsu untuk menghancurkan, bukan oleh niat baik untuk mencari keadilan.

Tapi siapa kita ini yang begitu bernafsu menghakimi orang lain? Siapa kita ini yang merasa pantas melihat diri kita lebih baik dari orang lain? Dan mengapa kita terus memelihara prasangka kita? Mengapa kita terus membiarkannya tumbuh subur dalam diri kita?

Kya tak pernah berusaha membela dirinya. Namun saya memilih untuk membela diri secara terbuka. Karena tak ada satu cara yang ajeg untuk membuktikan kebenaran. Apa sesungguhnya kebenaran itu? Dan bagaimana keadilan bisa bekerja dengan baik? Bagi Deleuze dan Guittari, Keadilan ternyata bukanlah Keniscayaan melainkan Kebetulan.

WHERE THE CRAWDADS SING

Produser: Lauren Neustadter, Reese Witherspoon

Sutradara: Olivia Newman

Penulis Skenario: Lucy Alibar

Pemain: Daisy Edgar-Jones, Taylor John Smith, Harris Dickinson

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun