Garin banyak membubuhkan adegan yang mungkin akan terpatri cukup lama dalam benak penonton. Seperti adegan menggulung tubuh seseorang dengan kain berwarna merah dan membiarkan seseorang lainnya menggunting kain tersebut hingga membentuk pola yang diinginkan. Adegan yang tak terbayangkan ini terasa horor sekaligus erotik. Dan mungkin hanya Garin seorang yang bisa mendorong adegan seperti ini tercipta.
Kali lain Garin membuat adegan jarum jahit berbenang yang menusuk tubuh perempuan yang meronta dan berteriak. Dan kita pun ikut merasa ngeri dan terteror. Walaupun sesungguhnya bagi penonton film Garin, kita sudah melihat adegan serupa di film "Bulan Tertusuk Ilalang".
Teror, kekerasan dan erotika bercampur aduk dalam "Puisi Cinta Yang Membunuh". Sebuah film yang perlu ditonton dengan pemikiran terbuka. Bahwa horor/thriller/slasher tak perlu selalu begitu-begitu saja penyajiannya. Dan sah-sah saja jika ia digabung dengan problematika yang lebih subtil seperti trauma dan sejarah. Juga sah-sah saja jika ia bergabung dengan puisi-puisi. Karena film Indonesia masih butuh Garin Nugroho yang tak berhenti menjelajahi sebuah dunia bernama sinema.
Â
PUISI CINTA YANG MEMBUNUH
Produser: Chand Parwez Servia
Sutradara: Garin Nugroho
Penulis Skenario: Garin Nugroho
Pemain: Mawar de Jongh, Baskara Mahendra, Raihaanun
ICHWAN PERSADA
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute