Mohon tunggu...
Moch IchwanPersada
Moch IchwanPersada Mohon Tunggu... Seniman - Sutradara/Produser Film/Pernah Bekerja sebagai Dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Produser film sejak tahun 2011. Sudah memproduseri 9 film panjang termasuk nomine Film Dokumenter Terbaik FFI 2012, Cerita Dari Tapal Batas. Menjadi sutradara sejak 2019 dan sudah menyutradarai 5 serial/miniseri dan 5 film pendek. Mendirikan rumah kreatif Indonesia Sinema Persada dan bergiat melakukan regenerasi pekerja film dengan fokus saat ini pada penulisan skenario.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Catatan tentang Nama dan Agama

11 Januari 2023   19:25 Diperbarui: 11 Januari 2023   19:27 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan Tentang Nama Dan Agama

 

Film punya takdirnya sendiri untuk berbicara pada penontonnya. Pada awalnya adalah sebuah gagasan, ia lantas akan menemukan bentuk untuk merumuskan lakunya. Dan "Cin(T)a" (2009) memang sudah ditakdirkan oleh sang sutradara sebagai film yang berjalan di jalur independen.

Dan disitulah letak daya magnetisnya. Ketika film indie kita masih bermain-main pada bentuk dan cara pengucapan, "Cin(T)a" berani masuk pada wilayah yang lebih jauh. Ia bertopang pada isi dan pada gagasan yang tak main-main. Bukan sebuah muatan yang bisa dibicarakan sambil lalu.

Disini Sammaria Simanjuntak yang menjadi sutradara dan juga menulis skenario (dibantu Sally Anom Sari) mengobrolkan dua hal 'besar'. Mereka ingin bertukar pikiran seputar nama dan agama. Nama bukan sekedar 'panggilan untuk seseorang' seperti kata Shakespeare. Ia adalah identitas, menjadi pembeda antara satu dengan lainnya. Dan agama juga pada hakikatnya nyaris seperti nama. Ia juga membuat manusia satu dengan manusia lainnya jadi terkotak-kotakkan. Dan agama tentu bermuara pada satu hal: Tuhan.

Gagasan besar bisa jadi bumerang jika bersatu padu dengan ego yang besar. Untungnya Sammaria dan Sally tahu diri. Mereka menempatkan diri seperti anak muda yang mempertanyakan dan mendebatkan seputar Tuhan dan agama. Maka jadilah dialog-dialog di dalam film ini, walaupun di beberapa titik mungkin terasa kering (juga artifisial), tapi tak lantas menjadi corong 'suara' bagi Sammaria dan Sally. Maka kalimat demi kalimat yang terlontar dari mulut Cina (Sunny Soon) dan Annisa (Saira Johan) pun terdengar layak di telinga. Tak terdengar terlalu pretensius, juga bombastis.


Dari nama kedua tokoh utama, juga adegan perkenalan keduanya yang menarik, "Cin(T)a" sudah memposisikan dirinya akan dibawa bergerak ke arah mana. Cina adalah seorang mahasiswa baru yang dideskripsikan sebagai warga keturunan Tionghoa. Dan Annisa adalah seorang mahasiswi senior yang merasa dikucilkan oleh lingkungannya. Persentuhan keduanya yang bermula dari niat Cina membantu Annisa menyelesaikan tugas akhir membawa mereka pada pergumulan pemikiran.

Dan keduanya memang mempertanyakan banyak hal di film, sebagaimana yang juga berkecamuk di benak sekian juta anak muda di Indonesia, juga di seantero dunia. Terutama mereka yang bermukim di wilayah yang seolah mendekatkan kekerasan dengan agama, padahal sesungguhnya agama hakikatnya berdampingan dan hidup tenteram dengan perdamaian.

Melihat Sammaria dan Sally begitu asyik mengobrolkan persoalan ketuhanan dan iman bisa jadi mengingatkan kita pada sosok Ahmad Wahib, seorang tokoh muda Islam yang mati di malam sepi pada akhir Maret 1973. Wahib terkenal ketika ia meninggal, karena ia intens merekam, mencatat, berdiskusi, mendengarkan tentang banyak hal yang berkaitan dengan persoalan tersebut semasa hidupnya di dunia yang terbilang singkat. Karena agama dan persoalan ketuhanan memang harusnya tak bisa berhenti untuk diobrolkan, ia harus terus dipancing berada di ranah publik untuk dikaji.

Wahib meninggalkan 17 jilid buku catatan hariannya yang kelak diterbitkan menjadi buku yang terkenal berjudul Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib. Sammaria dan Sally pun bisa jadi kelak dikenang, karena pernah membuat film yang menjadi penting oleh muatannya di tengah kesederhanaan teknisnya (siapapun maklum, karena ini adalah film independen yang diproduksi dengan semangat maksimal, namun dengan dukungan biaya minimal). Maka seharusnya "Cin(T)a", sebagaimana agama dan Tuhan, seyogyanya tak berhenti sampai di sini. Ia hanya pemicu bagi kaum muda berpikiran menggelora untuk mempertanyakan banyak hal dan kemudian mencari jawabannya dengan sikap seperti seorang pemikir. "Cin(T)a" adalah awal dan penontonlah yang baiknya menentukan kemana pemikiran itu terus mengembara.

*tulisan ini sudah pernah dimuat di buku 101 Movie Guide edisi I 2013.


Ichwan Persada adalah sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun