7 Film Indonesia Yang Cocok Ditonton Saat Natal
Tema-tema yang muncul di film Indonesia semakin beragam. Salah satu tema yang selalu menarik dicermati adalah seputar agama. Bukan sekedar film yang menonjolkan agama tertentu namun juga yang menampilkan harmonis agama yang berbeda bisa berdampingan dengan baik.
Berikut 7 film Indonesia yang cocok ditonton saat Natal.
1. NGERI- NGERI SEDAP [2022]
Salah satu film yang mencuri perhatian tahun ini dengan kehangatan tema keluarga. Juga ada secuplik nuansa Kristiani didalamnya. “Ngeri-Ngeri Sedap” tak pernah diprediksi bakal laris manis, namun terbukti bisa menyedot perhatian 2,8 juta penonton.
“Ngeri-Ngeri Sedap” juga menjadi bukti bahwa film bertema keluarga tanpa pemain bintang jika digarap dengan baik berpotensi memenangkan hati penonton. Di bawah arahan Bene Dion Rajagukguk, cerita yang mengangkat kisah kerinduan orangtua terhadap ketiga anak laki-lakinya yang tengah merantau berubah menjadi film yang menghangatkan hati.
2. CINTA BETE [2019]
Atambau dengan segala eksotisme dan kecantikannya berkelindan dengan isu adat, agama dan kesenjangan jender menjadi tema utama “Cinta Bete”. Dan isu agama dimasukkan dengan sangat halus oleh sutradara/penata sinematografi, Roy Lolang.
Agama memang tak pernah bisa dipisahkan sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat di negeri ini. Dengan penampilan trio aktor/aktris cemerlang, Hana Malasan, Yoga Pratama dan Djenar Maesa Ayu, “Cinta Bete” memperlihatkan bahwa agama selayaknya menjadi pondasi dalam menunaikan tugas sebagai manusia di muka bumi.
3. AVE MARYAM [2018]
Robby Ertanto memotret kisah cinta terlarang dalam sebuah film liris dan puitis berjudul “Ave Maryam”. Sebuah kisah tentang pengabdian kepada Tuhan yang bersilangan dengan hasrat duniawi. Apa jadinya jika seorang suster di sebuah biara jatuh cinta dengan seorang romo?
Dan kita pun melihat bagaimana Maryam [Maudy Koesnadi] yang terbakar oleh api asmara dan jiwa muda menggelegak dari Romo Martin [Chicco Jerikho]. Juga melihat bagaimana mereka saling menahan diri dan mempertanyakan kembali ketaatan mereka kepada Tuhan.
4. AISYAH, BIARKAN KAMI BERSAUDARA [2016]
Aisyah yang muslimah taat mengalami gegar budaya ketika ditempatkan di sebuah desa di penghujung timur negeri ini. Ia disangka suster oleh warga yang mayoritas beragama Katolik. Dan yang terjadi selanjutnya adalah sebuah keindahan harmonis tentang menerima perbedaan dan menjalani cinta kasih Tuhan.
“Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara” mengangkat kisah menyentuh hati tentang bagaimana seharusnya rasa Indonesia ditanamkan. Bahwa perbedaan tak perlu menjadi penghalang, karena yang terpenting adalah bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Film ini membuahkan Piala Citra kedua untuk penulis skenario, Jujur Prananto.
5. NADA UNTUK ASA [2015]
Charles Gozali mengawinkan isu AIDS dan agama di film “Nada Untuk Asa” yang dirilis di bioskop pada tahun 2015. Yang menarik karena film ini diproduksi atas inisiasi dari Keuskupan Agung Jakarta.
Stigma masyarakat atas penyandang HIV/AIDS digambarkan secara gamblang di film ini. Kisahnya penuh drama dan semakin menarik ketika dimainkan oleh dynamic duo, Marsha Timothy dan Acha Septriasa.
6. MIRACLE: JATUH DARI SURGA [2015]
Tahun 2015 menjadi tahun yang menarik karena setidaknya ada 2 film Indonesia berlatar agama yang dirilis di bioskop. Selain “Nada Untuk Asa”, di penghujung tahun dirilis pula “MIRACLE: Jatuh Dari Surga”.
Film yang mengangkat tema soal keajaiban ini menjadi menarik karena berlokasi di kota Solo. Dan salah satunya bersetting di Gereja Purbayan yang menjadi salah satu gereja tercantik di negeri ini. Aktris cilik Naomi Ivo bersatu padu dengan Darius Sinathrya memainkan kisah tentang bagaimana menyikapi keajaiban yang mendatangi sebuah keluarga.
7. CAHAYA DARI TIMUR: BETA MALUKU [2014]
Terinspirasi dari kisah nyata Sani Tawainela, mantan pemain sepakbola yang berasal dari desa Tulehu, Ambon. Angga Dwimas Sasongko menggarap film bertema besar tentang konflik antar agama dalam ruang lingkup kecil tentang sepakbola dan menjadikan film ini menyentuh hati banyak orang.
“Cahaya Dari Timur: Beta Maluku” memperlihatkan bagaimana konflik antar agama sesungguhnya bisa dikelola lebih bijak oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Karena Indonesia sejatinya hadir dengan segala perbedaan untuk saling menguatkan. Chicco Jerikho “dilahirkan kembali” sebagai aktor tangguh melalui film ini.
Ichwan Persada Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H