Mohon tunggu...
Moch IchwanPersada
Moch IchwanPersada Mohon Tunggu... Seniman - Sutradara/Produser Film/Pernah Bekerja sebagai Dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Produser film sejak tahun 2011. Sudah memproduseri 9 film panjang termasuk nomine Film Dokumenter Terbaik FFI 2012, Cerita Dari Tapal Batas. Menjadi sutradara sejak 2019 dan sudah menyutradarai 5 serial/miniseri dan 5 film pendek. Mendirikan rumah kreatif Indonesia Sinema Persada dan bergiat melakukan regenerasi pekerja film dengan fokus saat ini pada penulisan skenario.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

7 Film Indonesia yang Seharusnya Tayang di Layanan Streaming [Bagian I]

26 Desember 2022   11:23 Diperbarui: 28 Desember 2022   21:22 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

7 Film Indonesia Yang Seharusnya Tayang di Layanan Streaming

[Bagian I]

Maleo Films

Layanan streaming legal yang berkembang pesat saat ini seharusnya memungkinkan akses ke film Indonesia semakin luas. Namun layanan streaming sedikit banyak masih bertumpu pada unsur komersialisme sehingga film Indonesia yang mencoba idealis masih jarang dilirik.

Berikut 7 film Indonesia yang seharusnya tayang di layanan streaming.

1. CINTA BETE [2021]

Film yang menjadi debut penyutradaraan Roy Lolang ini menarik perhatian ketika dirilis di tahun 2021. Selain keindahan lansekap Atambua, film ini juga menawarkan ensemble akting memikat dari trio Hana Malasan, Yoga Pratama dan Djenar Maesa Ayu. Kerja keras ketiganya berbuah nomine untuk kategori pemeranan di Festival Film Indonesia 2021.

Sebelum "Cinta Bete", kita melihat Atambua dalam perspektif politis dalam "Atambua 39 Derajat Celcius". Riri Riza memperlihatkan Atambua setelah Referendum 1998 dan bagaimana sebuah keluarga terpisah di 2 batas negara dengan segala kompleksitasnya. Sementara "Cinta Bete" memilih bersandar pada isu adat, agama dan kesenjangan jender yang menggerakkan cintanya.

Dan di tangan Roy Lolang yang lebih dikenal sebagai salah satu penata sinematografi terbaik negeri ini, "Cinta Bete" sekali lagi memperlihatkan eksotisme Atambua dan bagaimana indah dan cantiknya wilayah timur Indonesia. Sudah saatnya semakin banyak film Indonesia yang tak hanya menggarap cerita dari pusat, namun juga memotret dari pinggir Nusantara.

2. INVISIBLE HOPES [2021]

Jika ada film dokumenter panjang dengan isu penting dan perlu untuk diakses lebih luas via layanan streaming, maka "Invisible Hopes" berada di jajaran terdepan. Lamtiar Simorangkir menyajikan secara telanjang tentang anak-anak yang dibesarkan dalam rutan ketika ibu-ibu mereka mesti menjalani hukuman.

Segala kegetiran, kekenesan hingga kesedihan bisa ditangkap dengan baik oleh kamera tanpa komestik. Ini adalah sebuah surat cinta Lamtiar kepada negara agar lebih memperhatikan nasib para anak-anak yang mesti dibesarkan di sebuah kondisi luar biasa. Kejujuran Lamtiar terbawa pada bagaimana caranya membuat dokumenter ini terasa disampaikan tanpa filter, tanpa upaya dramatisasi dan membuat rasa itu terasa hingga ke hati penonton. Ilustrasi musik yang dimainkan Charlie Meliala selau ditempatkan pada adegan yang tepat sehingga membuatnya terasa pas. Tidak berlebih, tidak juga kurang tapi pas.

3. NYANYIAN AKAR RUMPUT [2020]

Sosok Widji Thukul adalah sebuah magnet. Ia menjadi simbol perlawanan Orde Baru. Sebelumnya kisah Widji sudah digarap Yosep Anggi Noen dalam "Istirahatlah Kata-Kata" [2016]. Di Film Dokumenter Panjang Terbaik FFI 2018 ini, Yudha Kurniawan memotret Widji dari sudut pandang putranya, Fajar Merah.

Ayahnya menghilang secara misterius ketika usia Fajar baru berumur 4 tahun. Tentu saja kondisi ini membuatnya hanya bisa mengingat sosok ayahnya secara samar. Beruntung Widji punya peninggalan yang kelak membuat anak-anaknya berusaha mengenalinya kembali: melalui puisi.

Puisi Widji memang membekas sebagai salah satu penanda jaman. Ia bukan jenis puisi yang secara estetika sekedar indah namun ia adalah perlambang pemberontakan kaum pinggiran yang diwakili Widji. Dan "Nyanyian Akar Rumput" memberikan penghormatan besar pada puisi-puisi yang dinyanyikannya bersama band-nya, Merah Bercerita.


4. 6,9 DETIK [2019]

Sebuah pendekatan unik dilakukan Lola Amaria kali ini. Mengangkat kisah nyata dan dimainkan sendiri oleh pelakunya. "6,9 Detik" adalah sebuah kisah perjuangan luar biasa dari peraih medali emas cabang olahraga panjat tebing di Asian Games 2018, Aries Rahayu Susanti.

Lola memperlihatkan bagaimana perempuan yang dijuluki Spiderwoman ini bahkan berjuang sejak masa kecilnya. Di tengah himpitan kemiskinan, ibunda Ayu memutuskan menjadi TKW demi bisa menghidupi keluarga. Dan kepergian ibunya meninggalkan dampak sekaligus trauma bagi Ayu. Menarik sekali menyaksikan bagaimana Lola memperkenalkan olahraga panjang tebing dari sudut pandang atletnya yang humanis. Sekaligus menjadi paralel bagi kehidupan Ayu yang berjuang sejak kecil memanjat "puncak tebing" kehidupannya.

5. GURU NGAJI [2018]

"Guru Ngaji" adalah penyutradaraan kedua dari Erwin Arnada. Debut-nya berjudul "Rumah di Seribu Ombak" langsung memasukkannya sebagai nomine Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia 2012. Setelah melihat harmonisnya Islam dan Hindu, di film kali ini, Erwin mengajak kita melihat bagaimana Islam berakulturasi dengan Nasrani.

Dalam sebuah cerita sederhana yang ditulis Alim Sudio, kita melihat bagaimana pengabdian seorang guru ngaji di sebuah desa. Hingga ketika ia dihadapkan pada kebutuhan ekonomi. Ia tak mau mengkhianati ketulusannya mengajar mengaji hingga membiarkan dirinya mencari penghasilan sebagai badut.

Donny Damara bermain cemerlang sebagai Mukri, seorang ustadz yang berprofesi ganda. Namun Ence Bagus mencuri perhatian sebagai sidekick Mukri yang menempatkannya menjadi nomine Pemeran Pendukung Pria Terbaik di Festival Film Indonesia 2018.

Chanex
Chanex
Ridhall Pictures

6. WAGE [2017]

Generasi sekarang perlu tahu lebih banyak mengenai sosok para perintis negeri ini. Dan niat mulia itu diejawantahkan dengan sangat baik oleh John De Rantau di film "Wage". Sebuah upaya untuk memotret sekelumit hidup dari Wage Rudolf Supratman yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

John memperkenalkan secara efektif siapa Wage sesungguhnya: seorang jurnalis yang bersimpati pada kehidupan rakyat kecil, seorang organisatoris yang serius memasuki organisasi-organisasi kepemudaan dan seorang musisi yang punya misi besar menggelorakan semangat kebangsaan melalui lagu.

"Wage" juga terasa efektif berkat pemeranan cemerlang dari Rendra Bagus Pamungkas yang sayangnya justru luput dari radar juri Festival Film Indonesia. Padahal di tangannya, kita bisa melihat bagaimana sosok Wage sesungguhnya.

7. NIGHT BUS [2017]

Tahun 1994, dunia memperkenalkan Keanu Reeves melalui "Speed". Sebuah film aksi kejar-kejaran bus yang menegangkan. Dalam nafas yang sama namun dengan isu yang lebih menohok, "Night Bus" hadir dari tangan Emil Heradi.

Jika "Speed" hanya berfokus pada sosok polisi [Keanu Reeves} dan seorang penumpang [Sandra Bullock], maka "Night Bus" membagi perhatian pada beberapa karakter sekaligus. Semuanya dengan intensi tersembunyi masing-masing yang secara perlahan dikupas oleh cerita.

"Night Bus" berbicara banyak isu penting dan diperlihatkan secara brutal. Beberapa karakter juga tereksplorasi secara baik dan menarik dan menambah poin plus dari Film Terbaik di Festival Film Indonesia 2017 ini.


Ichwan Persada adalah sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun