Segala kegetiran, kekenesan hingga kesedihan bisa ditangkap dengan baik oleh kamera tanpa komestik. Ini adalah sebuah surat cinta Lamtiar kepada negara agar lebih memperhatikan nasib para anak-anak yang mesti dibesarkan di sebuah kondisi luar biasa. Kejujuran Lamtiar terbawa pada bagaimana caranya membuat dokumenter ini terasa disampaikan tanpa filter, tanpa upaya dramatisasi dan membuat rasa itu terasa hingga ke hati penonton. Ilustrasi musik yang dimainkan Charlie Meliala selau ditempatkan pada adegan yang tepat sehingga membuatnya terasa pas. Tidak berlebih, tidak juga kurang tapi pas.
3. NYANYIAN AKAR RUMPUT [2020]
Sosok Widji Thukul adalah sebuah magnet. Ia menjadi simbol perlawanan Orde Baru. Sebelumnya kisah Widji sudah digarap Yosep Anggi Noen dalam "Istirahatlah Kata-Kata" [2016]. Di Film Dokumenter Panjang Terbaik FFI 2018 ini, Yudha Kurniawan memotret Widji dari sudut pandang putranya, Fajar Merah.
Ayahnya menghilang secara misterius ketika usia Fajar baru berumur 4 tahun. Tentu saja kondisi ini membuatnya hanya bisa mengingat sosok ayahnya secara samar. Beruntung Widji punya peninggalan yang kelak membuat anak-anaknya berusaha mengenalinya kembali: melalui puisi.
Puisi Widji memang membekas sebagai salah satu penanda jaman. Ia bukan jenis puisi yang secara estetika sekedar indah namun ia adalah perlambang pemberontakan kaum pinggiran yang diwakili Widji. Dan "Nyanyian Akar Rumput" memberikan penghormatan besar pada puisi-puisi yang dinyanyikannya bersama band-nya, Merah Bercerita.
4. 6,9 DETIK [2019]
Sebuah pendekatan unik dilakukan Lola Amaria kali ini. Mengangkat kisah nyata dan dimainkan sendiri oleh pelakunya. "6,9 Detik" adalah sebuah kisah perjuangan luar biasa dari peraih medali emas cabang olahraga panjat tebing di Asian Games 2018, Aries Rahayu Susanti.
Lola memperlihatkan bagaimana perempuan yang dijuluki Spiderwoman ini bahkan berjuang sejak masa kecilnya. Di tengah himpitan kemiskinan, ibunda Ayu memutuskan menjadi TKW demi bisa menghidupi keluarga. Dan kepergian ibunya meninggalkan dampak sekaligus trauma bagi Ayu. Menarik sekali menyaksikan bagaimana Lola memperkenalkan olahraga panjang tebing dari sudut pandang atletnya yang humanis. Sekaligus menjadi paralel bagi kehidupan Ayu yang berjuang sejak kecil memanjat "puncak tebing" kehidupannya.
5. GURU NGAJI [2018]
"Guru Ngaji" adalah penyutradaraan kedua dari Erwin Arnada. Debut-nya berjudul "Rumah di Seribu Ombak" langsung memasukkannya sebagai nomine Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia 2012. Setelah melihat harmonisnya Islam dan Hindu, di film kali ini, Erwin mengajak kita melihat bagaimana Islam berakulturasi dengan Nasrani.