Mohon tunggu...
Ichwan Navis
Ichwan Navis Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepatu Bot Pembawa Sial

11 Oktober 2016   21:21 Diperbarui: 11 Oktober 2016   21:51 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ Bukannya inii milik Rugin  ”

Wanita alngsung pergi menghampiri rumah Rugin . Dan Rugin pun terbangun. Wanita itu langsung mengadu dirinya ke halim. Rugin pun tersenyak. Dan pak halikm memutuskan untuk mendenda Rugin atas pelakukan tidak terpuji melempar seirag wanita dari atas, dan meluia kepalanya.  Rugin semakin emosi sterhadap sepaunya. Ia tidak punya uang untuk membayar denda. Dan kahinya, ia menjual tanah halaman depan untuk membayar denda.

 Rugin pulang ke rumah dengan membawa sepatu bot. Itu penuh kekeslaja. Ia membentak-bentak sepatu bot itu penuh kekesalan.

“ dasar sepatu sialan. Awas kamu akan kuang kamu dari mukabumi ini.”

Terberist di pikiran Rugin sebuah ide. Ia ingin mengubur seoay itu di samping rumahnya. Setelah smapai rumah, Rugin mengambil cangkul dan alat penggagruk tanah untuk menudbur sepatu. Pada malama hari yang gelap, kerto meulai melakukan aksinta. Ia mencangkul tannah dengans angat keras. Suara nya terdengar oleh tetangga sekitar. Mereka melirik dari jendela. Dan mereka pun tersentak.

“  Rugin ingin merobohkan rumah kita. wah ini bahaya,” ucap salah seoanrg teteangga.

Para tetangga Rugin pun melaprokan kejadian itu pada pak lurah. Dan pak lurah menangkap Rugin. Para tetangga mengadu Rugin ke pada hakim. Dan hakim kembali mendenda atas perbuatan burukmya.  Rugin berteriak keras separti orang tidak waras. Dan  Rugin pun di suruh mebayatra. Kena dia tiak punya uang. Ia menyerahkan rumahnya. Pada saat yang sama karto membawa sepatu botnya kepada hakim.

“ Pak saya ingin mengadu pada anda tentang pebyatan sepatu bot ini. Id atelah membuat banyak kesialan pada saya. Dan sepatu ini layak dihukum atau di denda dengan sebanyak-banyaknya.’

Mendnegar uvapan itu, semua tertawa terbahak bahak pada sidang itu. begitu pula pak hakim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun