“ Baik, aku maafkaan. Tapi dengan satu syarat.”
“ Apa itu, Pak ?”
“ Kamu harus menikahi anak gadisku !”
Seketika pemuda itu girang bukan main. Tapi pemilik kebun itu menambahkan,
“ Tapi anak gadisku itu lumpuh. Lumpuh kakinya. Lumpuh tangannya. Lumpuh matanya. Bagaimana apa kamu masih setuju ? Kalau tidak, maka permohonan maafmu kutolak.”
Dengan penuh keyakinan, pemuda itu menerima tawaran pemilik kebun itu. Hari itu juga dia melamar anak gadis pemilik kebun itu. Dia tampak terheran bahwa anak gadisnya bisa berjalan. Di balik itu, dia seolah melihat bidadari turun dari langit.
Beberapa hari kemudian, dia melaksanakan akad nikah dan acara pernikahan. Dia terus mengamati istrinya. Dan dia tidak melihat cacat pada istrinya. Dia mengira bahwa mertuanya berdusta. Tapi firasatnya tidak mungkin hal itu terjadi.
Malam pertama tiba, mereka berdua masuk ke dalam kamar. Dia pun mengutarakan unek uneknya pada sang istri.
“ Istriku, ayah kita mengatakan padaku bahwa kamu ini lumpuh kaki, tapi aku melihat kamu bisa berjalan. Ayah juga bilang kamu lumpuh tangan, tapi tanganmu juga normal. Ayah bilang kamu lumpuh mata, tapi kamu bisa melihat.”
Istrinya tersenyum, lalu berkata,
“ Ayah memang tidak berbohong, Mas. Aku memang lumpuh kaki. Lumpuh kaki dari berjalan ke tempat tempat yang diharamkan Allah. Aku memang lumpuh tangan. Lumpuh tangan dari gerakan tangan yang diharamkan Allah. Aku memang Lumpuh mata. Lumpuh mata dari apa yang dilihat yang diharamkan Oleh Allah.”