Mohon tunggu...
Ichwan Muttaqin
Ichwan Muttaqin Mohon Tunggu... Mahasiswa - cantrik

Tirakat yang paling utama adalah membaca, dan ibadah yang paling membekas adalah menulis (Allah yarham Gus Dur)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Budaya Kita, Membeli Mobil Tanpa Pikir Bagasi

11 Desember 2024   23:43 Diperbarui: 11 Desember 2024   23:43 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayangnya, menyediakan garasi atau lahan parkir tambahan sering kali dianggap sebagai beban tambahan yang tidak mendesak, baik dari segi finansial maupun prioritas. Bagi sebagian orang, memiliki kendaraan pribadi terlihat sebagai pencapaian yang membanggakan, tetapi pengadaan fasilitas pendukung seperti garasi sering kali diabaikan. Akibatnya, banyak pemilik mobil yang lebih memilih memanfaatkan ruang publik, seperti jalan perumahan, sebagai tempat parkir sementara atau bahkan permanen.

Pilihan ini tidak hanya merugikan pengguna jalan lainnya, tetapi juga menimbulkan masalah yang lebih luas. Pemanfaatan ruang publik untuk parkir sering kali menyebabkan konflik dengan tetangga, menghambat fungsi jalan, dan dalam banyak kasus, melanggar aturan tata ruang yang berlaku. Fenomena ini mencerminkan bahwa budaya konsumtif masyarakat dalam membeli mobil belum sepenuhnya diiringi dengan kesadaran tanggung jawab terhadap lingkungan tempat tinggal.

Mengubah Pola Pikir

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan perubahan pola pikir dalam masyarakat. Edukasi tentang pentingnya perencanaan matang sebelum membeli kendaraan menjadi langkah awal. Pembeli mobil harus memahami bahwa memiliki kendaraan tidak hanya melibatkan biaya pembelian, tetapi juga tanggung jawab menyediakan fasilitas pendukung seperti garasi.

Pemerintah juga memiliki peran penting. Penegakan aturan terkait parkir dan ruang manfaat jalan harus lebih tegas. Selain itu, insentif untuk pengembangan tata kota yang mendukung kendaraan multifungsi atau fasilitas parkir bersama dapat menjadi solusi jangka panjang.

Produsen kendaraan juga dapat berkontribusi dengan mempromosikan kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan ruang dan kondisi masyarakat, khususnya di perkotaan.

Budaya membeli mobil tanpa memikirkan bagasi atau lahan parkir mencerminkan konsumtivisme tanpa perencanaan yang matang. Kebiasaan ini tidak hanya menimbulkan masalah praktis dan sosial, tetapi juga melanggar hukum yang telah ditetapkan. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, menegakkan aturan yang ada, dan mendorong inovasi dalam tata kota, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih teratur dan harmonis. Mobil seharusnya menjadi alat yang memudahkan, bukan sumber masalah di tengah masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun