Mohon tunggu...
ichwan prasetyo
ichwan prasetyo Mohon Tunggu... -

Saya jurnalis, suka membaca buku, suka mengoleksi buku, suka berkawan, tak suka pada kemunafikan. Saya memilih lebih baik hidup terasing daripada menyerah pada kemunafikan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bangsa Sakit di Bawah Proyek Politik

6 April 2013   07:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:39 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Premanisme yang merebak di mana-mana, dilakukan kalangan sipil maupun militer, kemudian menjadi lahan proyek politik demi kekuasaan. Sejarah negerai ini, sejak era bahuela sampai era kiwari selalu pekat dengan proyek-proyek politik yang memanfaatkan premanisme. Proyek politik itu hanya diabdikan untuk kepentingan penguasa dan atau kekuasaan.

Aksi-aksi kekerasan kemudian diklaim sebagai kebenaran oleh pelakunya. Membunuh dibenarkan sebagai semangat belarasa, semangat solidaritas, semangat membela negara yang dalam bahaya. Demikianlah yang kini menjadi kisah sehari-hari di negeri ini. Penyerbuan LP Cebongan dan pembunuhan empat tahanan yang dilakukan 11 tentara anggota Kopassus itu sebenarnya kisah dengan narasi yang sama dengan bentrok antarkampung, bentrok siswa antarsekolah, bentrok massa atas nama sentimen agama dan keyakinan, pembunuhan seorang perwira polisi yang hendak menangkap pejudi, pembakaran markas polisi oleh tentara yang merasa berbuat benar demi membela kawan mereka, dan kisah-kisah "sepele" lainnya yang bernarasi besar sama: premanisme.

Dan yang membikin saya kian sedih, realitas demikian tak segera disembuhkan dan diantisipasi oleh otoritas-otoritas kenegaraan dan kebangsaan. Mereka justru asyik dengan proyek politik mereka. Saya membaca dan memaknai, kisah tragis dan memalukan di LP Cebongan tak bisa dilepaskan dari proyek politik bernarasi Pemilu 2014, bernarasi alokasi anggaran untuk kepentingan keamanan nasional, dan narasi-narasi politik lainnya yang dimainkan bukan demi kepentingan rakyat, tapi demi kepentingan kekuasaan dan penguasa.

Saya kira, sebaiknya kita jadi penonton saja dengan pegangan narasi kita hidup di negara hukum yang merupakan warisan nenek moyang dan fouding fathers yang bercita-ciat membangun bangsa ini jadi bangsa yang beradab dalam makna yang sesungguhnya. Mendukung dan membiarkan premanisme (apalagi dilakukan oleh aparat negara) jelas sangat tidak beradab, tapi membasmi premanisme dengan semena-mena, mengumbar peluru, mengkhianati hukum dan melanggar HAM adalah jauh lebih tak beradab. Menoleransi yang demikian menunjukkan bangsa ini, kita, sedang sakit. Dan kesakitan tak kunjung disembuhkan, tetapi justru jadi proyek politik...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun