Mohon tunggu...
ichwan prasetyo
ichwan prasetyo Mohon Tunggu... -

Saya jurnalis, suka membaca buku, suka mengoleksi buku, suka berkawan, tak suka pada kemunafikan. Saya memilih lebih baik hidup terasing daripada menyerah pada kemunafikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lokalitas Islam-Jawa, Sahabat yang Saling Merindu

1 Maret 2012   00:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:43 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya berpendapat akhir-akhir ini lokalitas Islam-Jawa sebenarnya masih mayoritas di tanah Jawa. Sayangnya, dari sisi suara mereka kalah dengan minoritas Islam yang berkiblat pada pemahaman Islam transnasional yang berakar pada tradisi Islam Timur Tengah atau Arab. Islam minoritas yang bersuara dominan ini sebenarnya tak mengakar dengan realitas historis Islam di Jawa.

Islam transnasional ini mengutamakan simbol-simbol yang lekat dengan budaya Arab. Pakaian gamis panjang, berjenggot lebat bagi laki-laki, memakai burqa bagi perempuan, adalah bagian kecil dari "identitas Islam baru" yang kini suaranya dominan walaupun minoritas dari sisi kuantitas. Dan secara kualitas, sebenarnya mereka ini juga ahistoris dalam konteks realitas Islam yang datang, tumbuh dan berkembang di Jawa.

Mempelajari Islam yang historis Jawa dan Indonesia semestinya memang seperti yang dilakukan para mahasiswi asal Amerika Serikat itu. Islam yang historis di Indonesia adalah Islam yang mengakar dengan budaya lokal keindonesiaan---tentu saja bukan dalam penafsiaran aspek teologinya, tapi penafsiran dari aspek sosiologis kulturalnya--salah satunya adalah Islam-Jawa yang memanifes dalam keyakinan teologis ala Nabi Muhammad SAW yang berbasis La illaha ilallah, tiada Tuhan selain Allah, dan secara sosiologis memanifes dalam nilai-nilai moral budaya lokal.

Mempelajari Islam ala Jawa (dan ala Indonesia) meniscayakan nirkekerasan. Islam di Jawa adalah model historis Islam yang selalui nguwongke wong, memanusiakan manusia, antikekerasan, sangat menghormati manusia lain, toleran dan menjunjung tinggi hakikat perbedaan dalam bingkai nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Dan itulah hakikat Islam yang rahmatan lil alamin, yang sejak beratus tahun lalu sudah memanifes di Indonesia dan lebih khusus di bumi Jawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun