Mohon tunggu...
ichsan vanandjung adisusanka
ichsan vanandjung adisusanka Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Belajar Teori bukan dari sekedar Almamater dan buku-buku kritis tapi dari setiap langkah kaki ini, tulisan-tulisan dan memperkaya pengalaman tanpa melupakan Sang Kuasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Zainab RA, Sebuah Cerita pada Masanya

30 Januari 2011   17:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:03 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Usai shalat, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menghadap pada para shahabat sembari bertanya, 'Kalian mendengar apa yang aku dengar?' 'Ya, wahai Rasulullah.' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata lagi, 'Sesungguhnya aku tidak mengetahui apa pun sampai aku mendengar apa yang baru saja kalian dengar.'

Kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menemui putrinya dan berpesan, 'Wahai putriku, muliakanlah dia, namun jangan sekali-kali dia mendekatimu karena dirimu tidak halal baginya.' Zainab radhiallahu 'anha menjawab, 'Sesungguhnya dia datang semata untuk mencari hartanya.'

Setelah itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengumpulkan pasukan Zaid bin Haritsah radhiallahu 'anhu dan berkata pada mereka, 'Sesungguhnya Abul 'Ash termasuk keluarga kami sebagaimana kalian ketahui, dan kalian telah mengambil hartanya sebagai fai' yang diberikan Allah kepada kalian. Namun aku ingin kalian berbuat kebaikan dan mengembalikan harta itu kepadanya. Akan tetapi kalau kalian enggan, maka kalian lebih berhak atas harta itu.' Para shahabat menjawab, 'Wahai Rasulullah, kami akan kembalikan harta itu padanya.'

Seluruh harta yang dibawa Abul 'Ash kembali ke tangannya dan tidak berkurang sedikit pun. Segera dia membawa harta itu kembali ke Makkah dan mengembalikan setiap harta titipan penduduk Makkah pada pemiliknya. Lalu dia bertanya, 'Apakah masih ada di antara kalian yang belum mengambil kembali hartanya?' Mereka menjawab, 'Semoga Allah memberikan balasan yang baik padamu. Engkau benar-benar seorang yang mulia dan memenuhi janji.' Abul 'Ash pun kemudian menegaskan, 'Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya! Demi Allah, tidak ada yang menahanku untuk masuk Islam saat itu, kecuali aku khawatir kalian menyangka bahwa aku memakan harta kalian. Sekarang setelah Allah Subhanahu wa Ta'ala tunaikan harta itu kepada kalian masing-masing, aku masuk Islam.' Abul 'Ash bergegas meninggalkan Makkah, hingga bertemu dengan Rasulullah

Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan Islam.
Enam tahun bukanlah rentang waktu yang sebentar. Akhir penantian yang sekian lama pun menjelang. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengembalikan putri tercintanya, Zainab radhiallahu 'anhu kepada suaminya, Abul 'Ash bin Ar- Rabi' radhiallahu 'anhu, dengan nikahnya yang dulu dan tanpa menunaikan kembali maharnya. Dua insan kini bersama meniti jalan mereka ...
Namun, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menetapkan taqdir-Nya. Tak lama setelah pertemuan itu, Zainab bintu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kembali ke hadapan Rabb-nya, pada tahun kedelapan setelah hijrah, meninggalkan kekasihnya untuk selamanya.

Di antara para shahabiyyah yang memandikan jenazahnya, ada Ummu 'Athiyyah Al-Anshariyah radhiallahu 'anha. Darinya terpapar kisah dimandikannya jenazah Zainab radhiallahu 'anha, sesuai perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dengan guyuran air bercampur daun bidara. Seusai itu, rambut Zainab radhiallahu 'anha dijalin menjadi tiga jalinan. Jenazahnya dibungkus dengan kain Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Putri pemimpin para nabi itu telah pergi...

Zainab bintu Rasulullah radhiallahu 'anha, semoga Allah meridhainya...
Wallahu ta'ala a'lamu bish-shawab.

Sharing:

' Al-Isti'ab, karya Al-Imam Ibnu 'Abdil Barr (4/1701-1704,1853-1854)
' Ath-Thabaqatul Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa'd (8/30-35)
' Mukhtashar Sirah Ar-Rasul, karya Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhab (hal. 110-117)
' Shahih As-Sirah An-Nabawiyah, karya Ibrahim Al-'Ali (hal. 192)
' Siyar A'lamin Nubala, karya Al-Imam Adz-Dzahabi (2/246-250)

-penulis di sebuah blog-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun