Pada bulan Desember 1948, Belanda melancarkan serangan ke wilayah indonesia, yang disebut Agresi Militer II oleh para pejuang dan Opearatie Kraai (Operasi Gagak) oleh para penjajah Belanda. Dengan serangan ini Belanda berhasil menduduki ibukota Indonesia saat itu, Yogyakarta, dan menawan para pemimpin Indonesia: Sukarno, Muhammad Hatta dan Sutan Sjahrir ditangkap dan dibuang ke pulau Bangka.Â
Dengan serangan ini Belanda hampir melumpuhkan perjuanggan kemerdekaan. Karena itu para pemimpin perjuangan yang masih bebas ingin menjukkan ke dunia bahwa negara Indonesia masih masih ada dan para pejuang masih melawan Belanda. Serangan ini dibuat dengan tujuan tersebut. Gagasan serangan dibuat oleh panglima besar Tentara Nasional Indonesia, Jenderal Sudirman, yang saat itu memimpin perang gerilya, dan Sultan Hamengkubuwono IX.Â
Serangan umum dilaksanakan dalam bentuk serangan kilat untuk menduduki posisi strategis di Yogyakarta, selama beberapa jam lalu mundur kembali ke posisi gerilya di hutan. Selain menyerang dan menguasai Yogyakarta, para pejuang juga menyerang kota Solo agar pertahanan tenatar Belanda pecah. Serangan kilat ini membuat Belanda tidak bisa membalas dan menunjukkan ke dunia bahwa rakyat Indonesia belum menyerah.
Adapun 13 patriot yang terlibat dalam serangan umum 1 maret 1949 Â tersebut antara lain:
1. Â Kolonel Zulkifli Lubis
Sosok perintis Badan Intelijen Negara. Pada akhir 1948 Zulkifli menerima informasi intelijen terkait kemungkinan serangan Belanda ke Ibu Kota RI di Yogyakarta. Sesuai siasat yang disepakat Lubis dan pasukannya mundur ke luar kota menuju ke Srunggo, Selopamioro, Imogiri, Bantul. Di wilayah ini sebagai tempat pengungsian, basis pertahanan militer sekaligus sebagai tempat penyimpanan candu.
2. Â Kolonel Djatikusumo
Pada 1948 Djatikusumo menjabat sebagai KSAD sekaligus Gubernur Akmil dengan pangkat Kolonel. Bersama satuannya para taruna Akmil Djatikusumo ikut bergerilya dan berjuang di medan pertempuran menghadang dan menyerang pos Belanda. Setelah Serangan Umum 1 Maret dan diplomasi menguntungkan.
3. Kolonel Gatot Subroto
Selaku Komandan Divisi II yang membawahi wilayah Solo dan sekitarnya, Gato Subroto bersama anak buahnya melakukan penyerangan terhadap tentara Belanda yang akan memberikan bantuan ke Yogyakarta.
4. Letkol Wiliater Hutagalung