Mohon tunggu...
Ichsan Herwanto
Ichsan Herwanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Angkatan Covid-19

Lagi kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Suka banget sama bola dan makan. Visca Barca!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

"Catcalling" di Ruang Virtual, Mimpi Buruk bagi Perempuan

2 Januari 2022   16:31 Diperbarui: 2 Januari 2022   22:26 1884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena catcalling di dunia virtual (Sumber Foto: Dictio.id)

Tidak hanya akun palsu saja, akan tetapi catcalling tersebut juga bisa dilakukan oleh orang terdekat kita, tapi pada umumnya hal ini sering dilakukan oleh orang-orang yang tidak dikenal atau belum kita ketahui kepribadiannya. 

Pujian atau sapaan bernuansa seksual, selama ini dianggap biasa saja. Padahal, perilaku semacam ini merupakan salah satu bentuk pelecehan. Pemahaman mengenai catcalling di masyarakat masih sangat rendah karena adanya pewajaran. 

Masih adanya anggapan bahwa catcalling adalah hal yang biasa atau merupakan bentuk dari candaan dan pujian menyebabkan hal ini terus terjadi berulang-ulang Padahal jika perilaku ini terus terjadi dan masif berkembang, maka sang aktor catcalling ini akan tak pernah takut dengan perilaku yang dibuat.

Fenomena-fenomena catcalling di ruang virtual mungkin belum banyak dilihat oleh orang-orang, tetapi fenomena ini akan kita ketahui jika penyintas dari fenomena tersebut menyebarluaskan apa yang terjadi pada dirinya. Jika penyintas tersebut hanya diam-diam saja, maka sang pelaku akan terus-menerus melakukan perilaku tersebut. 

Tak bisa dipungkiri, disini posisi pelaku merasa berada pada posisi superior sehingga berhak melakukan sesukanya tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain. Tak hanya itu, orang-orang yang merasa punya latar belakang atau kekuasaan yang lebih, maka akan lebih merasa leluasa untuk melakukan hal tersebut. 

Tak heran dan tak jarang, fenomena ini akan berujung ke perilaku seksual yang lebih mendalam jika sang pelaku memiliki niat yang lebih buruk dan juga sang korban yang diam-diam saja atau tidak mengetahui motif dari pelaku akan mengalami kejadian yang tidak diinginkan.

Tidak Boleh Diam Ketika Mendapatkan "Catcalling"!

Korban merasa tidak berdaya jika tidak mengetahui latar belakang atau motif dari pelaku, jika fenomena-fenomena ini masih masif terjadi. Oleh karena itu, korban-korban yang mendapatkan perilaku tersebut, harusnya tidak diam-diam saja dan melantangkan fenomena tersebut. 

Untuk mencegah perlakuan dari akun-akun palsu, hal yang seharusnya dilakukan yakni dengan memblok akun pelaku yang termudah dilakukan. Namun, tidak menutup kemungkinan hal itu juga bisa diselesaikan dengan memberikan konsekuensi yang lebih berat. Fenomena ini dimulai dari hal-hal yang kecil, akan tetapi bisa menjadi besar ketika kita hanya berdiam diri saja, khususnya kaum perempuan jangan diam saja jika merasa tidak nyaman pada perlakuan tersebut. 

Hal tersebut dapat memperburuk psikologis. Selain itu, penting untuk setiap individu dapat menempatkan diri sesuai kapasitasnya dalam bersosialisasi, berdinamika dan tentunya tetap menjaga privasi diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun